Aku dan Dayang Penyihir Utama(ku)

6 5 3
                                    

Aku tahu apa yang akan ada dipikiran kalian saat ini.

Kamose, pangeran tidak tahu diri yang kebetulan juga seorang penyihir gila yang kerjanya meledakkan semua yang ada di sekitarnya kecuali orang yang mempunyai darahnya.

Nah, aku juga baru tahu aku ini pangeran. Dan entah kenapa aku terus meledakan semua yang di sekitarku apalagi ketika aku marah. Kekuatanku bukannya tidak bisa kukendalikan, tapi hari ini, dan malam ini pun, bagaimanapun tidak mau bekerja sama denganku.

Dan untungnya gadis itu tidak hangus terbakar.

Malahan ....

Yah, aku rasa aku harus menjelaskannya meskipun dapat dipercaya atau tidak.

Gadis berambut persik itu awalnya terkulai lemas saat menelan semua darahku. Namun tiba-tiba dia meronta menggila, membuatku bergidik takut kalau aku membuatnya semakin parah. Mata Horusku berdenyut, aku bersinar seperrti matahari, gelombang sihir kejut menyeruak di sekitarku, dan alhasil panggung ritualnya hangus dan hancur.

Tapi yang mencengangkan adalah bagaimana sebelumnya gadis itu bercahaya sebelum aku meledakkan panggungnya. Retakkan di tubuh dan wajah gadis itu merekahkan cahaya dan dia pun juga membuat gelombang kejut. Terlepas dari semua ikatan dan tiang pengikatnya terpental ke langit, masuk ke salah satu cerobong asap dan beberapa saat kemudian semburat api ungu meledak di cerobong itu. Lalu setelah cahaya itu meredup, gadis itu menumpu tanah dan berlutut, padaku!

Eh, maaf, di depanku. Dia jatuh berlutut—

Oh, benar ternyata, dia berlutut kepadaku karena setelah kejadian itu dia memanggilku.

"Tuan, aku sebagai dayangmu akan selalu setia melayanimu."

Nah, setelah itu aku merasa sudah hilang akal.

Semua yang menyaksikan terkesiap. Ny. Kings pun berdiri kaku dengan mata terbelalak.

Namun tak lama kudengar sesuatu yang pecah. Membuatku tersentak dan menoleh, salah satu penyihir yang berjubah sudah melengos pergi. Dan empat penyihir lainnya pun sama. Secara beruntun mereka memecahkan bejana kecil yang berisi darah, menghentakkan kaki, dan berguman sebal seraya beringsut menjauh.

Mereka pasti menyalahkanku juga.

"Tuan, sekarang Anda apakah perlu sesuatu?" ujar gadis persik itu.

"Apa? Kenapa tiba-tiba kau bersikap seolah-olah aku ini tuanmu?" aku bertanya seraya menaikkan alis dan beringsut mundur.

"Karena tuan ...." perkatannya terpotong.

"Kau yang membuatnya seperti itu, Nak! Ritual penyihir baru dan tebaklah, kau menjadikannya antek penyihirmu!" papar Ny. Kings sinis.

"Apa? Bagaimana bisa?"

"Kau tadi memasukkan sesuatu padanya, kan? Mungkin itu yang membuatnya menjadi pelayanmu. Astaga, kenapa jadi salah sasaran begini. Yah, setidaknya dia seorang penyihir. Hampir sama dengan penyihir utama, tetapi kau mengubahnya menjadi pelayan pribadimu."

"Bagaimana bisa?"

"Bagaimana bisa? Kau terus yang bertanya, tapi tidak bisa menjelaskan! Dan kenapa kau tiba-tiba menyerbu dan merebut ritual ini? Apa urusanmu?" Ny. Kings terlihat murka.

"Tunggu, aku—"

"IBU!" seseorang datang dari belakang dan memeluk Ny. Kings. Wanita itu menoleh ke belakang dan melihat Kinsey terpejam sedang mendekapnya erat.

"Kinsey! Jangan begini dulu. Ibu harus tahu kenapa anak muda ini ...."

"Ibu tidak kenal dia? Dia Kamose."

Scamatories: Kamose TheosWhere stories live. Discover now