8. Arfandi Bagaskara

155 111 29
                                    

"Kamu itu candu, karena tanpamu di sampingku aku ragu untuk melangkah maju."

****

Suasana kamar indekos Arfan sedang ramai. Temannya yang perusuh itu hobi sekali berada di kamar Arfan berlama-lama. Hampir semua yang dibutuhkan ada di kamar Arfa. Orang tuanya yang tidak membiarkan anaknya kekurangan stok bahan makanan di kota orang membuat temannya betah berada disini untuk membantu menghabiskan persedian barang-barang Arfan

Ada televisi yang berada di sisi kiri kamarnya, dan ada juga sebuah kulkas di pojok kiri di samping almari miliknya. Dan dua buah sofa berwarna maroon berada di samping kanan tempat tidurnya. Walaupun tidak ada AC, namun udara di kamar Arfan sangat sejuk karena ada dua kipas di dalamnya. Kamar berukuran lima kali sepuluh meter ini cukup luas untuk dihuni satu orang yang bahkan jarang berada di kamarnya karena kesibukannya di kampus.

"Fan, pinjem charger-mu." Arfan menganggukkan kepalanya, melihat Sandi yang sudah memakai barangnya terlebih dahulu sebelum izin.

"Minta beliin PS besok kali, Fan. Lo kan tajir." Kata Danil dengan cengengesan. Arfan hanya meliriknya sinis.

"Mulutmu lancar banget, Dan." Balas Sandi sembari melempar bantal yang ada di pangkuannya.

"Canda doang, Fan. Kalau bener ya bersyukur kita." Danil terus berbicara tanpa dihiraukan oleh teman-temannya.

Arfan sibuk dengan Laptop yang ada di depannya, tugasnya semakin menumpuk saja seiring bertambahnya semester. Ditambah dengan kegiatan magangnya yang akan berlangsung mulai minggu depan.

"Beli makan, yuk! Laper banget gue, kepala udah berasap ngerjain tugas kampus dari kemarin gak kelar." Keluh Arfan.

"Rajin aman lo. Gue aja belum ngerjain sama sekali." Kata Sandi.

"Lo mau makan apa? Gue pesenin sekalian ini." Tanya Arfan.

"Terserah. Kalau bisa ayam bakar, Fan." Jawan Danil.

"Lo apa, San?"

"Sama, kayak Danil aja dah."

"Oke. Minumnya ada di kulkas ya. Gak usah pesen kita." Jelas Arfan yang kemudian diangguki kedua temannya.

"Minggu depan mau balik kampung gue. Ya kali mau mikirin tugas juga di rumah." Jelas Arfan.

"Asyik nih. Kesini bawain apa gitu kek, Fan." Ucap Danil.

"Otakmu isine ngerepotin orang mulu daritadi." Kesal Sandi.

"Canda doang, elah. Kayak gak tau gue aja."

Serempak mereka berdua melempar gumpalan kertas yang sudah mereka remas menjadi bulatan ke arah Danil.

"Bakal kangen sama Danilla gak ya?" Curhat Arfan dengan suara lirih.

"Eh, iya. Lo kan lagi pedekate ya sama doi. Udah jadi apa kalian?" Tanya Danil.

"Jadi manusia lah."

"Lola banget dah. Gak gitu maksud gue. Sudah sejauh apa hubungan kalian?" Tanya Danil menjelaskan pertanyaannya tadi.

"Masih gini-gini aja. Susah banget deketinnya."

Melawan ArusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang