1. Danilla Arsinta

580 316 240
                                    

"Mencintai bukan perkara kebal. Jauh dari kata mudah dan asal"

Nadin Amizah - Taruh

Dering ponsel berulang kali berbunyi, namun tidak sedikitpun mengganggu kegiatan tidur dari wanita yang memakai piyama warna biru muda. Ketukan pintu dari luar yang semula hanya terdengar sepuluh menit sekali sekarang berubah menjadi gedoran yang begitu keras. Pemilik kamar bernuansa abu-abu ini bahkan masih tidak bergeming sedikitpun, entah mimpi indah apa yan menghampirinya sehingga membuat tidurnya terasa begitu nyenyak.

"Danilla, buka pintunya!" teriak seorang lelaki dengan pakaian rumahan dengan terus mengetuk pintu di depannya dengan brutal.

Danilla, cewek yang sedang tertidur pulas muda akhirnya merasa terganggu dengan kebisingan di dalam kamarnya yang berasal dari ponselnya dan kegaduhan yang disebabkan oleh abangnya. Tanpa mematikan alarm yang terus berbunyi, Danilla menghampiri pintu dengan terpaksa.

"Kenapa, mas?" tanya Danilla dengan nada malas dan suara serak khas orang bangun dari tidur.

"Masih bisa tanya kenapa ya kamu? Katanya ada kuliah pagi tapi jam segini baru bangun". Adrian menatap adiknya dengan raut wajah sebal.

Danilla yang baru sadar langsung menutup pintu kamarnya dengan keras tanpa peduli abangnya yang masih berdiri di depan pintu. Adrian yang diperlakukan seperti itu lantas berteriak menyumpah serapahi adiknya yang tidak tau diri itu.

Adrian merasa tidak dihargai usahanya yang sedari tadi untuk membangunkan adik satu-satunya itu. Ditutup pintu dengan sangat keras di depan wajahnya sendiri membuat jantungnya berdetak kencang karena ulah adiknya itu.

Sedangkan di dalam kamar tidak butuh waktu lama bagi Danilla bersiap, sekitar lima belas menit ia bahkan sudah berganti pakaiannya yang semula piyama warna biru muda bergambar hello kitty, kartun kesukaannya itu dengan kaos berwarna hitam ditambah kemeja oversize, dipadukan dengan jeans berwarna hitam. Rambutnya ia kuncir kuda. Style Danilla ini memang sangat berbeda jauh jika berada di rumah dan di kampus. Jika di dalam rumah ia terlihat seperti perempuan pada umumnya, sedangkan di luar rumah ia lebih nyaman terlihat tomboy.

Berlari ke meja makan untuk mengambil sarapan roti dan minum susu putih yang telah disiapkan oleh abangnya, Danilla kemudian berpamitan kepada Adrian untuk berangkat kerja. Hari pertama kuliah setelah kemaren melalui masa ospek sungguh diawali Danilla dengan kesialan. Memakai helm dan mengendarai motor maticnya ke kampus yang jaraknya lumayan jauh dengan kecepatan penuh. Perjalanan selama 45 menit ditempuhnya dengan mengendarai motornya dengan ugal-ugalan di jalanan tetapi masih mengikuti rambu lalu lintas yang ada.

"Bagus banget, baru hari pertama udah telat setengah jam kamu" ucap dosen yang tengah memanggil nama mahasiswanya itu menoleh ke arahnya. Seisi kelas juga melihat ke arahnya menambah kegugupan Danilla.

"Maaf bu, tadi ada kendala di jalan." Ucap Danilla pelan dengan menundukkan kepalanya.

"Ya sudah, sekarang kamu duduk sana. Tidak ada toleransi setelah ini" perintah Bu Rosi dengan tegas.

"Baik, bu. Terima kasih."

Danilla memegang dadanya, akhirnya bisa bernapas lega. Setelah menempuh perjalanan yang macet karena ada kecelakaan di jalan, entah kendaraan apa yang terjadi kecelakaan ia sendiri tidak sempat memperhatika, ditambah dengan harus berlari naik ke lantai dua, dia yang jarang berolah raga pastinya merasa sesak juga. Sejak siang ia sibuk menonton drama mandarin sampai selesai pukul 3 pagi. Sungguh malang nasibnya. Biasanya ia bahkan tidak pernah menonton lebih empat episode setiap harinya. Tapi karena ceritanya seru sehingga ia asyik menonton sampai selesai hingga matanya perih.

Melawan ArusWhere stories live. Discover now