Cowok itu berbisik pada telinga kiri Aluna. "Abang sayang Aluna."

"Aluna tau Bang, tapi gak gini caranya."

"Abang sayang Aluna, Abang cinta sama Aluna. Lebih dari sekedar rasa sayang Abang ke Adeknya," lirih cowok itu.

Aluna terdiam mendengar ucapan Abangnya. Jadi selama ini? Dirinya menyakiti perasaan Abangnya? Gila! Aluna tidak pernah berfikir bahwa Abangnya menyanyangi dirinya lebih dari seorang Adek.

"Tapi Aluna sayangnya Gavriel, lagi pula Aluna Adek Abang."

Emosi cowok itu kembali naik. "Mau Aluna Adek Abang sekalipun? Abang gak peduli! Aluna cuman milik Abang!"

Aluna mengukir senyum miringnya. Boleh juga di manfaatkan.

"Abang sayang sama Aluna kan? Berarti Abang mau dong ngelakuin hal yang Aluna minta?"

"Apapun untuk kamu sayang...," bisiknya serak.

"Oke. Nanti kapan-kapan Aluna mintanya ya." Aluna masih bersikap biasa saja setelah mendengar sebuah kebenaran yang sulit di terima. Tapi cewek itu seakan tidak takut, ataupun ilfeel ke Abangnya. Bahkan Aluna masih membiarkan Abangnya berada di atas tubuhnya.

"Aluna? Boleh Abang cium lagi?"

Aluna menaikan alisnya sebelum setelahnya mengangguk tanpa ragu. Tidak mau menunggu lagi. Cowok itu segera mencium Aluna, bahkan sekarang mendapat balasan dari Aluna sendiri. Permainan semakin memanas.

"Mau lebih?" tawar Aluna dengan senyuman miringnya.

"Boleh?" suara cowok itu semakin serak.

"Boleh."

Dan permainan kembali berlanjut hingga tubuh keduanya semakin memanas.

Mau sama siapapun gue mau. Apalagi sama Gavriel. Tunggu Aluna ya sayangg...

Batin Aluna tersenyum miring.

Jadi Gavriel? Sekarang tau kan? Mana yang lebih murahan?

***

Arsen merapikan rambutnya akan bersiap untuk berangkat ke sekolah. Arsen keluar dari kamar dan turun ke ruang makan. Ada Bundanya juga yang sedang menyiapkan berbagai menu sarapan. Apalagi nasi gorengnya. Beh! Gak usah diragukan lagi rasanya.

"Arsen, kamu udah ketemu sama dia?"

Mendengar ucapan Bundanya membuat Arsen jadi bingung harus gimana jelasinnya. "Udah Bun. Cantik, baik, tapi sedikit bar-bar."

"Cocok itu mah sama kamu."

Arsen terdiam. Bukannya Zera mencintai cowok lain? Yang bahkan gak pernah menghargai Zera sama sekali.

"Gak tau Bun. Udah jangan bahas dia mulu. Arsen juga udah terlambat."

"Loh? Kenapa? Bukannya dia—"

"Bunda... please don't discuss it again." Arsen menatap penuh harap.

Bunda tersenyum meledek. "Why? have you fall in love with her?"

"I don't know, this feeling is weird."

Bunda mengusap puncuk kepala Arsen. "Apa kamu ada niatan buat kembali ke Prancis?"

Arsen jadi galau mendengar ucapan Bundanya. Mungkin tidak? Arsen tidak bisa meninggalkan Zera sendiri disini. Disaat cewek itu saja membutuhkan perlindungan.

"Arsen belum tau. Tapi untuk sekarang Arsen mau di Indonesia dulu Bun. Yaudah Arsen pamit Bundaaa!!"

"UDAH BAWA UANG SAKU?!"

GAVRIELZE [Completed]Where stories live. Discover now