14. RASA SAKITNYA

Start from the beginning
                                    

"Cih! Rindu lo? Gue malah senang saat gaada lo!"

Mendengar ucapan Gavriel seketika hati Zera menjadi sesak kembali. Cewek itu membuang tatapannya, tidak mau menatap kearah Gavriel. "Kok nanyain?"

Gavriel mati kutu karena ucapan Zera.

"Ck! Gue tau lo bolos, harusnya lo mikir bodoh! Udah kelas 12 bentar lagi mau lulus, dan lo? Hobinya bolos! Mau jadi apa cewek modelan kayak lo Zera? Gadis malam, iya?" Gavriel terkekeh sinis. Cowok itu berusaha mengalihkan topik pembicaraan.

Namun salah. Ucapan Gavriel berhasil membuat hati Zera seakan hancur berkeping-keping. Se bodoh-bodohnya Zera, dirinya tidak pernah berfikir untuk jadi apa yang Gavriel ucapkan.

Gavriel kembali memegang dagu Zera. Menyuruh agar cewek itu menatap kearahnya. Alis Gavriel terangkat melihat perban di kepala Zera. Bukannya kasihan, Gavriel malah tertawa sinis. "Lo pake perban buat nutupin kalo lo emang bolos dengan cara pura-pura sakit? Bego! Cara lo itu sampah banget! Dikira guru-guru bakalan kasihan saat ngelihat perban di kepala lo?!"

"Sakit hm?" Gavriel menekan perban dan tepat mengenai luka lebar Zera.

Gavriel terus menekannya bahkan sampai hampir membuat perban di kepala Zera lepas. Zera memejamkan matanya berusaha menahan ringisan dari bibirnya.

Tidak bisa! Rasanya begitu menyakitkan!

"Sakittt... Gavriel." pada akhirnya Zera tidak dapat menahan ringisannya lagi.

Gavriel mengukir senyum miringnya. Cowok itu mencekeram pipi Zera hingga kukunya menyakiti kulit Zera. "Gak usah pura-pura, gue gak mudah buat lo tipu. Lo fikir gue bakal kasihan sama lo?" Gavriel memajukan wajahnya. "Mimpi!"

"Sini gue bikin lo lebih sakit." Gavriel semakin menekan perban yang terdapat luka disana. Tangan kanan ia gunakan untuk menekan perban Zera, dan tangan kirinya ia gunakan untuk mencekeram tangan kiri Zera. Hingga membuat tangan Zera memerah.

"Cewek bodoh!"

"Gavriel stop! Sakit...." Zera ingin menyentak tangan Gavriel. Sebelum salah satu tangannya kembali di cengkeram erat oleh Gavriel.

Padahal sebelumnya luka di dahi sudah membaik karena di beri salep oleh Bang Glen. Tapi sekarang lukanya kembali sakit, bahkan rasanya lebih menyakitkan daripada saat Zera mendapatkan luka itu ketika dirinya celaka.

Bukannya berhenti. Gavriel malah semakin kuat menekan luka Zera yang terbalut akan perban putih itu.

"Sakit? Kok gue gak percaya?" Gavriel membuka paksa perban itu. Hampir saja perbannya terbuka sebelum Zera menyentak tangan Gavriel dengan kasar. Cewek itu mendorong tubuh Gavriel dengan kuat.

"GUE SAKIT GAVRIEL! LO GAK PERNAH TAU ITU!!" Zera berteriak dengan air mata yang berderai. Tolong... kali ini rasanya begitu menyakitkan. Padahal Zera hampir menolak ucapan Keira, tapi untuk kali ini mungkin tidak. "GUE SAKIT KARENA LOO!!"

"KARENA LO NOLAK PANGGILAN GUEE! DISAAT GUE BENAR-BENAR BUTUH LO BUAT NOLONGIN GUE! GUE HAMPIR MATI SAAT ITU! GUE HAMPIR DIBUNUHHH! DAN GUE BUTUH LO TAPI LO MALAH GAK ANGKAT TELFON DARI GUE!!" nafas Zera memburu. Cewek itu meraup wajahnya kasar.

"Saat dimana gue berharap kalo lo bakal datang nolongin gueee! Gue berharap lo ada disaat kematian berada tepat di hadapan gue!! Tapi lo malah gak jawab panggilan gueee! GUE BUTUH LO! GUE CELAKA KARENA LO! GUE HAMPIR MATI KARENA LOOOO!!"

Kini giliran Zera yang tertawa. Tawa yang terdengar miris. "Gue gajadi mati Gavriel, gajadi. Tapi perasaan gue buat lo yang udah mati."

Mati.

Tubuh Gavriel terdiam membeku di tempat. Tatapannya memandang lurus kearah Zera. Dahi cewek itu mengeluarkan darah begitu banyak. Darah itu keluar tepat di mana Gavriel menekan luka Zera.

GAVRIELZE [Completed]Where stories live. Discover now