Extra part

62 14 58
                                    

Setelah mengabdi di negara orang, akhirnya Greysia kembali ke Jakarta dengan profesi Psikolognya. Ia begitu rapuh kala itu, hampir nekat untuk mencelakai dirinya sendiri.

Hingga pada akhirnya, ia bertemu dengan seorang pria yang diketahui adalah seorang Psikiater. Greysia menjalani rawat jalan bersama Psikiater itu. Dan ternyata, Greysia menyukai dan ingin lebih tau mengenai hal-hal tentang jiwa manusia.

Sehingga ia memutuskan untuk berkuliah di jurusan Psikologi dan akhirnya ia menjadi seorang Psikolog.

Sudah begitu lama ia tidak menginjakkan kakinya di kota Jakarta. Sebelum ke kota Jakarta, ia lebih dulu memutuskan untuk ke Bandung dan berziarah di makan Axvel.

Flashback on

Greysia membawa sebuah buket dan bunga untuk berziarah yang dijual di warung dekat kuburan itu.

Ia terduduk di dekat nisan milik Axvel, menciumnya dan memeluk nisan itu sebentar.

"Assalamualaikum, Axvel. Maaf, aku baru datang lagi hanya untuk sekedar berziarah di makan kamu. Vel, aku sudah menyelesaikan pendidikanku, pasti kamu seneng, kan? Kalau saja kamu masih hidup, pasti kamu akan menjadi pelukis hebat."

Greysia terdiam sejenak, memandangi nisan Axvel yang sudah diganti dengan keramik.

"Hem, andai kamu masih hidup, Vel. Mungkin sekarang kita sudah menikah dan hidup bahagia. Namun semua itu hanya andai, yang tak akan mungkin menjadi kenyataan. Tapi ternyata, aku masih mencintai dia,Vel. Angkasa Dewangga Putra yang ternyata saudaraku. Menyakitkan, bukan?"

Greysia menghela nafasnya panjang, buliran air matanya jatuh membasahi pipi.

"Axvel, aku pulang, ya. Aku akan terus do'ain kamu, supaya kamu ditempatkan di tempat yang terbaik. Kamu juga do'ain aku ya, Vel. Semoga aku segera menikah dan hidup bahagia meskipun bukan dengan kamu atau dia."

Greysia menyeka air matanya, ia menaburkan bunga di makan Axvel dan meletakkan buket bunga itu tepat di nisan Axvel. Tak lupa ia menyiraminya dengan sebotol air di dalam Aqua besar

Flashback off

Greysia berjalan kesana kemari, mengedarkan pandangannya karena Jakarta sudah benar-benar tidak seperti yang dulu.

Bruk

Tanpa sengaja ia bertubrukan dengan seseorang yang tak ia kenal.

"Eh, maaf," ucap Greysia meminta maaf. Ia membantu seseorang itu mengambil sebuah paper bag yang terjatuh.

"Iya, tidak apa-apa. Mungkin kamu sedang terburu-buru," jawabnya.

Suara itu tidak asing untuk Greysia. Karena merasa penasaran, ia pun mendongakkan kepalanya melihat sosok orang itu.

"A-angkasa?"

Seseorang yang dipanggil Angkasa itu tersenyum. "Kamu kenal saya?"

Deg

Hati Greysia terasa begitu sakit mendengar jawaban dari bibir Angkasa. Apakah Angkasa sudah benar-benar melupakan dirinya? Bahkan ia lupa kalau kini Greysia tengah berada di hadapannya.

Ia berusaha menenangkan hatinya, mungkin Angkasa sudah menikah. Maka dari itu ia sengaja melupakan Greysia karena insiden saat dulu.

Greysia tersenyum tipis. "Saya Greysia."

Seketika Angkasa membulatkan matanya, tidak percaya jika di hadapannya kini adalah Greysia, seseorang yang pernah ia cintai dulu.

"Greysia Ghea Loovany?"

Heartache (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang