30 - Petunjuk

49 18 71
                                    

Greysia berjalan ke dalam kamarnya, mengambil sebuah surat yang diberikan Axel untuknya.

Ia duduk tepat di sebelah Angkasa. "Sa, menurut lo ini petunjuk apa, ya?" tanya Greysia kepada Angkasa.

Angkasa menggeleng. "Gue lagi ngga bisa nebak, Grey. Coba lo buka," suruhnya pada Greysia.

Greysia menurut. Dengan perlahan, ia membuka surat tersebut.

JKT Utara, 8C.

Greysia menautkan kedua alisnya. Apa maksud dari kata tersebut.

"Sa, ini maksudnya apaan?"

Angkasa mengambil kertas itu dari tangan Greysia. Angkasa berusaha menganalisis tulisan itu.

"JKT Utara, pasti tempat itu berada di Jakarta Utara. Dan 8C, perumahan atau komplek? Iya ngga sih? Tapi ini rumah siapa?" pikir Angkasa.

"Jakarta Utara, perumahan blok 8C."

"Nah, masuk tuh. Tapi rumah siapa?" Greysia mengetuk-ngetuk dagunya dengan jari telunjuknya.

"Rumah bokap lo?" tebak Angkasa.

Greysia mendelik, menatap serius ke arah Angkasa. "Bisa jadi. Karena kita lagi cari keberadaan bokap gue. Tapi, kenapa Axel bisa tau kalau kita lagi nyari bokap gue?"

Angkasa menggeleng. Kepalanya begitu sakit untuk memikirkan hal itu. Dirinya butuh istirahat.

"Grey, kayanya gue pulang sekarang. Kepala gue sakit banget, mata gue juga berat. Kayanya gue ngantuk deh," ucap Angkasa dengan memejamkan matanya lalu membukanya kembali.

"Lo beneran ngga papa, Sa?"

"Gue ngga papa, Grey. Gue cuma butuh tidur aja. Gue pulang ya," pamit Angkasa. Greysia mengangguk, berjalan mengantar Angkasa hingga ke depan rumah.

Angkasa memeluk Greysia, sebelum ia masuk ke dalam mobilnya.

"Hati-hati, Sa. Kalau udah sampe cepet kabarin gue."

Angkasa menoel hidung Greysia. "Ciee yang kangen sama gue," goda Angkasa dengan tersenyum jahil.

"Sa.. Gue serius, jangan gitu deh."

"Iya, sayang. Kamu tenang aja, ya. Pas sampe di rumah, aku bakal kabarin kamu langsung. Habistu kalau ngga dibales lagi tandanya aku tidur. Paham, sayang?"

Greysia tercengang, apa katanya tadi? Aku-kamu? Angkasa memanggilnya dengan sebutan 'kamu' bukan kata 'lo' lagi?

Greysia mengerjapkan matanya beberapa kali, masih tak percaya dengan Angkasa yang berbicara seperti itu.

"A-aku k-kamu?"

Angkasa menoleh, tersenyum manis kepada Greysia. "Mulai sekarang, aku mau kamu panggil aku dengan kata 'aku-kamu'. Kita hapuskan kata 'lo-gue' dalam kamus kita. Bisa kan?" pinta Angkasa.

Greysia mengangguk-anggukkan kepalanya. Menyetujui permintaan Angkasa.

"Pinter." Angkasa mengacak rambut Greysia dan berlalu meninggalkan Greysia yang terdiam di tempat dengan hati yang berbunga-bunga.

***

Setelah mengantar Putri, Kenzo mampir sebentar ke sebuah tempat yang tidak jauh dari rumah Putri.

Ia melihat sebuah taman yang ramai dikunjungi oleh anak-anak dan bukan remaja atau orang dewasa.

Kenzo turun dari mobilnya, berjalan mendekat ke arah anak kecil yang terduduk sendirian di kursi putih panjang.

"Hai, Dek. Kenapa ngga gabung sama teman-teman lainnya?"

Anak kecil itu menoleh ke arah Kenzo. Matanya berkaca-kaca, lalu memanyunkan bibirnya.

Heartache (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang