Prolog

452 85 207
                                    

Hujan mengguyur jalanan hitam dengan derasnya. Beberapa kendaraan lalu lalang dengan kecepatan yang sangat laju. Tak banyak yang melintas dan bisa dihitung menggunakan jari.

Seseorang tengah berdiri ditengah guyuran hujan yang amat deras tanpa memperdulikan pakaiannya yang sudah basah kuyup. Setiap kendaraan yang lewat melihat aneh kearah seseorang yang berdiri di bawah guyuran hujan.

"Aaa!" teriaknya dengan suara yang beradu pada derasnya hujan.

"Gue capek! Gue lelah dengan semua ini! Ambil aja nyawaku, Tuhan!"

"Hiks, sampai detik ini gue ngga tau siapa orang tua kandung gue. Gue ngga tau kenapa orang yang gue cinta ninggalin gue untuk selama-lamanya, apa salah gue!" Ia terduduk di aspal dengan menjambak-jambak rambutnya frustasi.

Tak ada yang peduli, semua orang sibuk dengan urusannya masing-masing.

"Sambar aja aku dengan petirmu, ya Allah!"

Gila

Orang yang melihat Greysia seperti itu pasti menganggapnya orang gila. Bagaimana tidak, ia berdiri seorang diri di bawah guyuran hujan yang sangat deras dengan teriak meminta agar dirinya disambar petir. Sungguh gila memang.

Di dalam mobil, Angkasa menikmati hujan yang turun dengan derasnya. Ia memang begitu menyukai hal-hal yang berbau hujan, karena disitu dia bisa menumpahkan segala kesedihannya tanpa dilihat orang lain.

Benar bukan? Saat kau menangis di bawah derasnya hujan tak 'kan ada yang mengetahui kalau kau sedang menangis. Mereka akan mengira bahwa butiran yang mengalir di pipimu itu merupakan air hujan bukanlah air mata.

Ia melihat seorang wanita tengah terduduk di bawah guyuran hujan seorang diri. Dengan dahi yang sedikit mengkerut, Angkasa melajukan mobilnya guna menghampiri seorang wanita itu.

Angkasa memberhentikan mobilnya tepat di kiri wanita itu dan langsung turun tanpa memakai pelindung dari hujan.

"Hey cewe bodoh! Lo gila hah!" teriak Angkasa di hadapan wanita itu. Greysia yang memejamkan matanya pun terusik karena teriakan seseorang dihadapannya. Perlahan ia membuka mata, terlihat seorang laki-laki yang basah kuyup seperti dirinya memanggil dirinya dengan sebutan 'cewe bodoh'.

"Iya! Gue gila! Gue gila karena orang yang gue sayang ninggalin gue untuk selama-lamanya," ucap wanita itu.

Anjir, malah curhat, batin Angkasa.

"Sekarang lo ikut gue," ajak Angkasa dengan menarik tangan wanita itu.

"Siapa lo! Apa hak lo ngatur-ngatur gue, hah! Dan satu lagi, gue bukan cewe bodoh. Nama gue, G R E Y S I A, Greysia bukan cewe bodoh!" ucapnya mengeja dan menekan satu persatu abjad namanya sendiri.

"Persetan dengan nama lo. Yang gue tanya, lo ngapain berdiri disini hah! Mau mati lo?"

"Iya! Gue mau mati, kenapa? Masalah buat lo, hah!"

"Masalah lah, lo kalau mati disini meresahkan banyak pengguna jalan. Ngerti lo! Udahlah, sekarang lo ikut gue. Gue anterin lo pulang ke rumah," balas Angkasa.

Angkasa masih menunggu wanita itu membuka mulutnya, sedari tadi wanita itu mengomel mengapa tiba-tiba terdiam. Aneh, batin Angkasa.

"Oke fine, kali ini gue maksa karena gue masih punya rasa empati kemanusiaan. Lo ikut atau gue doain kesamber petir beneran? Mau mati kan lo?" ujar Angkasa yang membuat Greysia bergidik ngeri mendengarnya. Memang awalnya ia ingin mati, namun kalau matinya karena disambar petir kan konyol dan mengerikan juga.

"Oke fine, gue ikut lo karena gue ngga mau mati konyol," putus Greysia.

Lalu Angkasa pun berjalan menuju mobilnya dengan Greysia yang mengikuti di belakangnya. Ia menyuruh Greysia membuka dan masuk mobil sendiri, siapa dia dibukakan pintu oleh seorang Angkasa.

 ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄

Jum'at, 8 Januari 2021

Hai hai hai, welcome back to my story.

Gimana sama prolognya? Komen dong..

Kira-kira gimana ya kelanjutan kisah Greysia sama Angkasa. Ayo tebak.. komen ya..

Next part? Oke lanjut..

Heartache (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang