31 - Memecahkan petunjuk

39 16 66
                                    

Paginya Greysia sudah rapih dengan seragamnya dan bersiap untuk pergi ke sekolah.

Ia sarapan pagi bersama dengan Fatimah. Rasanya Gresyia ingin sekali menanyakan keberadaan papanya kepada Fatimah. Namun, ia merasa tidak enak jika harus bertanya dengan Fatimah.

Lagipula, kenapa di rumahnya tidak ada foto masa kecil dirinya bersama keluarga kandungnya. Apa memang kedua orang tuanya sengaja menyembunyikan identitasnya dari anaknya. Tapi untuk apa? Mengapa mereka melakukan hal itu.

Angkasa sudah tiba di rumah Greysia bersiap untuk menjemputnya.

"Kenapa kamu, hem? Pagi-pagi udah ditekuk aja mukanya," tanya Angkasa.

"Aku kesel, Sa. Tadi malem ada yang sms aku. Dan isinya kaya gini." Greysia menunjukkan isi pesannya kepada Angkasa.

"Nanti di sekolah kita bahas, ya. Sekarang kita berangkat dulu. Bibir kamu tuh, manyun mulu. Jangan lupa senyum."

Greysia tersenyum ke arah Angkasa. Setelah itu ia masuk ke dalam mobil dan Angkasa menjalankan mobilnya menuju SMA Pancasila.

***

Bel masuk telah berbunyi, Greysia duduk di kelas dengan Putri.

"Assalamualaikum," ucap guru yang masuk ke dalam kelas.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatu!" jawab murid-murid secara serempak.

"Kali ini Ibu tidak ingin basa-basi, Ibu berikan kisi-kisi untuk ujian semester genap kalian. Ibu juga sedang ada urusan, sekertaris!" panggilnya pada sekretaris kelas.

"Ya, Bu."

"Tolong kamu tulis ini di papan tulis, saya sedang ada urusan di luar. Harus ditulis semuanya. Ibu permisi," pamitnya.

"Banyak ngga kisi-kisinya?" teriak Lucas selaku Ketua kelas.

"Banyak sih, sekitar lima lembar."

"Anjir banyak. Mending di fotokopi aja lah. Gue lagi males nulis ini," sahut Tio dari belakang.

"Nah, setuju gue sama usulan Tio. Mending di fotokopi aja, kita iuran dua ribu, kumpulin sama bendahara sekarang," timpal Putri.

Mereka semua berjalan ke meja bendahara kelas, membayar uang iuran untuk memfotokopi kisi-kisi yang telah diberikan. Prinsip mereka, uang kas tidak bisa diganggu gugat karena akan dibagikan pada akhir semester nantinya.

Sedari tadi Greysia memangku dagunya sembari memikirkan perihal isi pesan yang begitu menyakitkan kepalanya.

"Grey, perasaan dari tadi lo diem aja. Lo mikirin apa sih? Lagi berantem sama Angkasa?"

Greysia tidak menjawab, ia hanya menggeleng kepalanya.

"Terus, mikirin apa?"

Greysia menunjukkan isi pesan petunjuk itu kepada Putri. "Gue ngga ngerti bahasa singkat kaya gitu," jawab Putri.

Greysia menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku. "Gue ngerti bahasa singkat, cuma gue lagi ngga bisa mikir serius lagian. Gue butuh coklat."

"Apa hubungannya sama coklat?"

"Gue kalau makan coklat bisa naikin mood, jadi lebih lancar untuk mikirin hal-hal yang bikin otak pusing kaya gitu," jelas Greysia.

Putri mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. Setelah itu ia menelungkupkan wajahnya ke atas meja sembari memejamkan matanya.

"Lo mau tidur?" tanya Greysia kepada Putri.

"Iya, gue ngantuk. Semalem gue ikut nyokap bokap gue dan baru pulang jam 02:00."

Heartache (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang