21 - Love you

53 28 122
                                    

Kenzo mencari data-data murid kelas sepuluh di file laptopnya. Ia harus berusaha mencari tau siapa sebenarnya Kinan itu. Ia tak habis pikir, mengapa anak itu bisa tau kalau diam-diam Kenzo memiliki perasaan kepada Greysia.

Setelah mendapatkan apa yang ia mau, Kenzo segera mematikan laptopnya dan menulis alamat Kinan di ponselnya. Ia berjalan keluar menuju garasi untuk mengambil motornya dan diam-diam menyelidiki siapa Kinan sebenarnya.

Jarak yang ditempuh dari rumah Kenzo menuju rumah Kinan lumayan jauh. Sekitar satu jam, ia baru sampai di gang dekat rumah Kinan.

Kenzo menitipkan motornya di kedai dekat gang tersebut, dan berjalan sembunyi-sembunyi menuju kediaman rumah Kinan.

Ia jalan mengendap-endap seperti maling, orang yang melihatnya pun akan mengira dirinya pencuri karena berjalan seperti itu dan memakai pakaian serba hitam.

Kenzo melihat Kinan tengah berbincang dengan Jesslyn. Kenzo menautkan kedua alisnya, ada hubungan apa dengan mereka berdua? Mengapa kini tengah berbincang layaknya merencanakan sebuah misi.

Kenzo berjalan mendekat agar terdengar lebih jelas. Kenzo membelalakkan matanya tak percaya, ternyata diam-diam Jesslyn begitu menyimpan dendam kepada Angkasa. Dengan hati-hati, Kenzo merekam semua ucapan yang terlontar dari bibir Jesslyn.

Kenzo tidak percaya kalau ternyata Kinan adalah orang suruhan Jesslyn yang sengaja mendatanginya dan mengatakan seolah-olah dirinya mengetahui jika Kenzo diam-diam menyimpan rasa untuk Greysia. Ia menghela nafasnya lega, ternyata itu adalah rencana Jesslyn untuk menghancurkan persahabatan dirinya dengan Angkasa dan hubungan Angkasa dengan Greysia.

Setelah itu ia mematikan rekamannya dan berjalan mengendap-endap lagi menuju kedai dimana motornya berada.

"Bu, terimakasih ya sudah mengizinkan saya menitipkan motor di sini," ucap Kenzo berterimakasih kepada penjaga kedai.

"Sama-sama, nak. Disini memang rawan akan pencurian motor, alhamdulilah kamu titipkan motor kamu di sini, jadinya aman," jelas Ibu kedai. Setelah itu, Kenzo pamit untuk pulang dan segera menjalankan motornya lagi.

Jalanan menuju rumah Kinan begitu sempit dan sepi, bahkan terbilang sangat sunyi. Karena tak ingin terjadi sesuatu yang membahayakan, Kenzo menancapkan gas motornya agar segera sampai di rumahnya.

Perjalanan pulang lebih cepat dibandingkan saat berangkat. Kenzo melihat jam di ponselnya, sama saja. Sama-sama membutuhkan waktu satu jam untuk berangkat maupun pulang. Tapi mengapa saat pulang begitu lebih cepat.

Kenzo pun tak memikirkan hal itu. Ia masuk ke dalam kamar dan tak lupa pula menguncinya. Ia merebahkan tubuhnya di ranjang, dengan sepatu yang masih menempel di kakinya.

"Kalau suatu saat nanti Kinan ancem gue apapun itu, gue akan pura-pura takut dan ikutin permainan dia dengan Jesslyn. Saat dia benar-benar mengatakan kepada Angkasa dan Greysia perihal perasaan gue ke Greysia, gue akan kasih video itu ke Angkasa kalau itu adalah rencana Jesslyn yang sengaja untuk menghancurkan persahabatan gue sama Angkasa dan hubungan Angkasa dengan Greysia."

Kenzo melihat kembali rekaman video itu, "Gue memang ada rasa kepada Greysia. Cuma gue ngga sejahat dan selicik itu. Greysia milik Angkasa, gue ngga boleh ganggu. Perihal rasa, biar gue sendiri yang memendamnya."

***

Angkasa bersama Greysia sedang mengitari taman yang banyak sekali jajanan pedagang kaki lima.

Tawaran Angkasa ketika Greysia merajuk sudah terpenuhi, kini mereka berdua duduk di kursi taman dengan permen kapas yang dibawa oleh Greysia.

"Grey, kalau kita nikah, terus anaknya laki-laki, pasti ganteng deh kaya gue," hayal Angkasa dengan menatap langit malam.

"Sekolah dulu yang bener, baru mikirin anak. Sekolah masih kelas sebelas udah mikirin anak," sangkal Greysia.

"Sebentar lagi kita kelas dua belas, Grey. Setelah itu kita tamat, terus kuliah." Angkasa menjeda ucapannya. Ia membenarkan posisinya, dan duduk dengan menatap serius ke arah Greysia. "Grey, setelah kelulusan, lo mau ngga kalau gue lamar?"

Pertanyaan macam apa ini? Mengapa jantung Greysia berpacu lebih cepat. Greysia tak mampu menjawabnya, antara senang dan gemetar sedang beradu di tubuhnya.

"Lo yakin mau lamar gue?"

"Yakin lah. Waktu Jesslyn ajak gue untuk tunangan, gue belum siap sama sekali karena gue masih sekolah. Pas gue udah putus dan sekarang sama lo, rasanya gue pengen cepet-cepet lulus agar bisa tunangan sama lo."

"Hahaha, bisa ae lu Bambang."

"Eh, gue serius, Grey. Ngga tau kenapa, gue ngerasa ingin selalu bareng sama lo. Gue mau ngelamar lo karena gue ngga ingin lo dimiliki orang lain selain gue. Gimana, lo mau gue lamar?"

Greysia menganggukkan kepalanya. Angkasa memeluk Greysia tanpa aba-aba. Hampir saja tubuh Greysia terhuyung kebelakang karena Angkasa yang memeluknya secara tiba-tiba.

"Sa, pulang yuk. Udah malem nih," ajak Greysia disela memakan permen kapasnya.

Angkasa mengangguk, ia menggenggam tangan Greysia dan berjalan menuju mobil untuk mengantarkan sang pujaan hati ke rumahnya.

Di sepanjang perjalanan, mereka bercerita, tertawa bahagia saat mengingat bagaimana pertama kali mereka bertemu hingga kini mereka berdua telah bersama.

Hingga tanpa terasa, kini mereka sudah sampai di depan rumah Greysia. Angkasa membukakan pintu untuk Greysia kali ini. Greysia tersenyum bahagia, ternyata Angkasa bisa romantis juga.

"Grey," panggil Angkasa. Greysia yang sudah diambang pintu pun berhenti dan menoleh ke arah Angkasa.

"Love you," ucapnya singkat, padat tapi membuat hati Greysia berdebar tak menentu. Greysia tersenyum, "Me too." Setelah itu, ia berlari masuk ke dalam rumah. Angkasa yang melihat itu pun terkekeh dan langsung masuk ke dalam mobil lalu menjalankan mobilnya pulang.

Greysia segera berlari menuju kamarnya, ia tidak menyangka bahwa Angkasa akan berkata seperti itu kepadanya.

Wajahnya tersirat kebahagiaan, senyumnya tak pernah padam. Ia memandangi dirinya sendiri di cermin sembari memeluk permen kapas yang tersisa.

Sedetik kemudian, Greysia berdiri. Ia berjingkrak-jingkrak karena bahagianya. Ia juga sempat jungkir balik di atas ranjangnya. Entahlah, kata 'Love you' yang dilontarkan oleh Angkasa begitu candu untuknya. Bahkan, ia merasa seperti anak kecil yang sangat bahagia karena keinginannya telah terpenuhi.

Greysia menyudahi aksi jingkrak-jingkraknya, ia merebahkan tubuhnya di ranjang sembari menatap langit-langit kamarnya.

Ulangan-ulangannya sebentar lagi selesai. Sembari menunggu kelas dua belas melaksanakan Ujian Nasional mereka akan melihat ujian praktek lainnya untuk kelas dua belas. Rasanya, Greysia ingin cepat-cepat kelas dua belas, lalu tamat dan dilamar oleh Angkasa. Membayangkannya saja sudah membuat Greysia bahagia, apalagi jika memang benar-benar terjadi.

"Semoga lo jodoh gue, Sa!" teriaknya bahagia.

Kemudian ia memeluk guling dan masih tersenyum-senyum sendiri. Rasanya sudah lama Greysia tidak sebahagia itu. Semenjak kepergian Axvel, hidupnya kembali hampa seperti dahulu. Tapi setelah mengenal Angkasa, hidupnya kembali ceria dan berwarna.

"Terimakasih Angkasa, terimakasih karena lo telah hadir dan memberi warna di hidup gue."

 ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄

Duhh yang lagi jatuh cinta auranya beda ya. Bawaannya bahagia mulu sampe jungkir balik gitu.

See you next part..

Heartache (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang