32 - Mencari

48 17 81
                                    

Angkasa dan Greysia sudah sampai di Jakarta Utara. Mereka mencari perumahan yang ia dapatkan dari Axel dan pesan dari nomor tak dikenal.

Angkasa dan Greysia berhenti di taman yang tak jauh dari perumahan tersebut. Angkasa dan Greysia memesan makanan ringan yang dijual oleh pedagang kaki lima tersebut.

"Pak, mau tanya boleh?" tanya Greysia kepada bapak-bapak penjual siomay.

"Mau tanya apa, Dek?"

"Bapak tau ngga siapa yang nempatin rumah bercat putih di perumahan Royal Diamond Residence blok 8C?"

"Wah, kalau blok itu Bapak kurang tau, Dek. Soalnya penjagaan di perumahan itu ketat banget. Ngga sembarangan orang bisa masuk. Hanya pejabat tinggi dan pengusaha kaya raya yang tinggal di sana."

Greysia berpikir sejenak. Jika masuk ke dalam perumahan itu sulit, bagaimana ia dan Angkasa mencari dan menyelidiki keberadaan papanya.

"Ooh gitu, makasih ya, Pak."

"Adek sama masnya jangan coba-coba deh menyusup atau bahkan diam-diam ke perumahan itu, soalnya satpamnya juga tidak segan-segan untuk membawa siapapun yang menyusup atau yang diam-diam masuk ke kantor Polisi. Karena perumahan itu memang dijaga begitu ketat," jelasnya.

Angkasa dan Greysia saling pandang. Memikirkan bagaimana caranya agar mereka berdua bisa masuk ke dalam perumahan elit tersebut.

Mereka berdua menikmati siomay yang pedagang kaki lima buat. Greysia tampak menikmati siomay itu dengan lahapnya. Angkasa yang melihat itupun terkekeh karena Greysia begitu menggemaskan.

***

Angkasa dan Greysia nekat memasuki wilayah perumahan Royal Diamond Residence itu dengan pakaian layaknya seorang pengusaha dan pejabat negara.

Sebelumnya, mereka berdua mencari tau nama-nama pemilik rumah tersebut dan menggunakannya sebagai nama orang tua mereka berdua.

"Siapa kalian?" tanya satpam dengan tegas.

"Kami adalah anak dari temannya bapak Bima Arya Mahendra. Kalau Bapak tidak percaya, Bapak bisa menghubungi bapak Bima Arya Mahendra untuk menanyakan kebenarannya," jawab Angkasa dengan serius.

Satpam tersebut yang tadinya begitu tegas dan seperti orang yang marah, berubah menjadi ramah kepada Angkasa dan Greysia. Satpam tersebut membolehkan Angkasa dan Greysia masuk ke dalam perumahan itu.

"Sa, beneran akting kamu menjiwai banget, ya. Pak satpamnya aja sampe percaya gitu. Biasanya kan para satpam sudah dilabuhinya."

"Mungkin karena aku sedang bersama anak dari pengusaha kaya raya yang cantik jelita," goda Angkasa kepada Greysia.

"Apaan sih kamu. Bukan waktunya untuk bercanda, Angkasa."

"Aku serius, Geysia. Apa kamu ngga liat tadi? Bapak itu kaya bertekuk lutut saat liat kamu dengan pakaian seperti ini. Pak satpam aja bertekuk lutut, apalagi aku, pacar kamu."

Greysia mengembangkan senyumnya, Angkasa itu pandai sekali menggodanya.

Mereka berjalan mencari rumah bercat putih sesuai petunjuk yang diberikan.

Kini mereka berdua sudah sampai di depan rumah tersebut. Rumahnya begitu mewah bak istana. Pantas saja bapak pedagang kaki lima tadi berbicara seperti itu, ternyata perumahan di sini begitu mewah dan sudah dipastikan yang memilikinya adalah para pengusaha kaya raya, benar yang dikatakan oleh bapak penjual siomay tadi.

Angkasa memarkirkan mobilnya di depan gerbang rumah mewah itu. Mereka berdua berjalan masuk ke dalam rumah yang kebetulan pintu gerbangnya tidak dibuka.

Heartache (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang