18. Please Hugh Me!

Start from the beginning
                                    

"CUKUP!" emosi Anne ikut tersulut, tatapannya lurus kearah Naufal.

"Gue mau lo hargai gue, Ann," ujar Naufal lirih.

"Tolong hargai semua perjuangan gue, Ann. Beri ruang dihati lo sedikit saja, apa sesusah itu?" mata Naufal terlihat begitu hancur. Seperti kehilangan penopang kehidupannya selama hanya karena masalah cinta.

"Gak bisa, kak." cicit Anne.

"Kenapa? Karena ada Dave yang juga berjuang buat dapatin lo? Terus gue apa, Ann? Gue juga berjuang selama satu tahun ini, apa belum cukup satu tahun buat bukti semuanya ke lo?"

Anne menggeleng lemah, memang bukan itu alasan dirinya. "Bukan itu,"

"Lalu?"

"Ada perasaan orang lain yang harus gue jaga,"

"Dave kan? Lo ada---"

"BUKAN!" bentak Anne. Tidak mungkin dirinya membuka rahasia itu sekarang. "Gue gak mau melukai siapapun,"

"Clarisa? Lupakan dia, Ann. Clarisa cuma obsesi ke gue dan bukan benar benar cinta,"

"Bukan, kak! Bukan karena mereka." Anne muak sekali. Ingin sekali ia membongkar semuanya namun belum saatnya hari ini.

"Jangan suka sama gue lagi, kak. Hargai perasaan orang lain dan lupakan gue! Permisi..." Anne beranjak pergi dari hadapan Naufal dan meninggalkan lelaki tersebut sendirian di halaman belakang sekolah.

Naufal menatap tubuh mungil Anne yang semakin mengecil lalu menghilang dari pandangannya. "Berapa cara lagi, Ann yang harus gue lakukan supaya lo jadi memilik fue seutuhnya?"

Sedangkan Anne berlari menjahui halaman belakang sekolah agar terhindar dari Naufal. Bahkan nafasnya menggebu gebu. Sekarang Anne bukan pergi mengarah ke kelas namun kearah toilet.

"Maafin gue, kak. Bukan bermaksud gak menghargai semua perjuangan kak Naufal. Cuma saat ini ada hati yang harus gue hargai." gumam Anne seraya menatap pantulan dirinya dicermin toilet.

Selesai membasuh muka dan menetralkan kembali nafasnya, Anne segera keluar toilet. Saat membuka pintu ia lamgsung dikejutkan sosok lelaki dengan wajah datar seperti dirinya.

"Gue mau ngomong sama lo,"

"Gak--"

Lelaki tersebut menyela ucapan Anne. "Gue gak terima penolakan. Didalam sepi?"

Anne menganggukan kepala. Lelaki tersebut langsung mendorong tubuh mungil Anne untuk ikut masuk kedalam toilet cewek secara paksa. Lalu nengunci pintu agar tidak ada yang masuk secara tiba tiba.

"Buka kuncinya," perintah Anne, ia tidak ingin dituduh aneh aneh didalam toilet bersama seorang lelaki.

"Gak! Gue perlu ngomong sama lo saat ini,"

"Bisa diluar,"

"Ini penting!" tatapan lelaki tersebut begitu datar dan serius. Anne benar benar dibuat kaku mata itu.

Rasanya gak asing sama mata itu. Batin Anne.

Kenapa gue merasa kenal sama lekuk wajah ini? Tanya lelaki tersebut pada dirinya sendiri.

Love Story AnneWhere stories live. Discover now