[06] Out of Sight

1.5K 267 62
                                    

"Tidak semua orang akan langsung tersadar dengan satu timpaan musibah saja."

[•InnocentFlaws]

 
BARRA baru saja keluar dari rumah ketika salah satu asisten rumah tangganya kembali. Menunduk padanya memberi salam sementara dirinya melirik barang yang tengah dibawa oleh wanita paruh baya itu.

Seakan mengerti, wanita itu segera berkata, "Ini paket untuk Nona Nora, Tuan."

Barra hanya mengangguk lalu pergi. Entah apa lagi yang dibelanjakan oleh puterinya yang senang menghamburkan uang itu tetapi biarlah. Selama dia tenang di dalam kamar, Barra tidak akan mengambil pusing.

Mobil yang ditumpanginya melaju ke tengah kota. Memasuki kawasan elit dan berhenti di salah satu restoran mewah bergaya Prancis. Barra disambut oleh seorang pelayan lalu dibimbing melewati meja-meja yang tertata elegan. Kesan kontemporer dengan France vibes yang khas begitu kuat berkat lukisan-lukisan yang menghiasi tiap sisi ruang.

Sang pelayan membukakan pintu ruangan dan mempersilahkannya masuk. Barra segera mengerahkan senyum bersahabat kala dirinya disambut oleh pria yang sudah menunggu di dalam.

"Astaga, saya tidak menyangka kalau Anda akan sampai terlebih dulu. Maaf sudah membuat Anda menunggu."

"Saya memang sengaja datang lebih awal. Apa hidangan ini cukup untuk Anda? Katakan saja jika ada yang kurang."

"Saya merasa terhormat karena Pak Agustav mempersiapkan ini semua. Ini sudah lebih dari cukup. Terima kasih banyak."

Agustav lantas menggerakkan tangan tanda mengajak Barra untuk duduk. Barra mencoba menyamankan diri sambil matanya berkeliling mengamati sepetak ruangan yang hanya menampung satu meja mewah ini.

"Anda memiliki selera yang cukup tinggi, Pak Agustav. Ini tempat yang terlalu berkelas hanya untuk sebuah pertemuan kecil ini," sanjungnya.

"Saya tidak nyaman jika harus bertemu dengan orang penting di tempat ramai. Saya juga ingin memberikan yang terbaik terlebih ini adalah undangan dari saya sendiri. Juga, ini sebagai bentuk permintaan maaf atas apa yang sudah terjadi belum lama ini." Agustav menatap lurus Barra yang tersenyum sungkan. "Saya sudah mendengar mengenai kejadian yang menimpa puteri Anda."

"Tidak apa-apa, Pak. Ini bukan salah Anda. Saya juga meminta maaf karena ini menjadi masalah yang cukup besar di kampus. Anda pasti kewalahan."

"Kita semua pasti kewalahan. Saya sendiri tidak menyangka bahwa anak itu berani melakukan hal kurang ajar terhadap puteri Anda." Agustav mengambil wine glass miliknya untuk disesap. "Tapi apakah benar, gadis itu sudah membuat masalah pada puteri Anda sampai diperlakukan demikian?"

Pertanyaan itu berhasil membuat Barra tergeragap dan segera mengontrol mimiknya.

"Maafkan kelakuan puteri saya, Pak Agustav. Saya sendiri terkejut mengetahui dia sudah mengganggu gadis itu. Saya sudah menegurnya dan memastikannya tidak akan berbuat seperti itu lagi."

"Saya berharap dengan ini, memang tidak akan ada lagi keributan yang membuat kita semua kerepotan. Kabarnya bahkan sudah menyebar ke seluruh penjuru kampus."

"Saya mengerti. Saya juga khawatir jika masalah ini justru mengganggu nama baik Istara Reival. Saya akan pastikan tidak akan ada lagi keributan seperti ini, terlebih dari puteri saya."

Agustav hanya tersenyum menanggapi janji manis itu. Dia pun menerima tawaran Barra untuk menuangkan wine merah itu ke gelasnya.

"Tapi menanggapi putera Bapak yang tiba-tiba turun tangan, satu fakultas sepertinya cukup dibuat geger berkat tindakannya. Dia bertindak seakan sudah begitu mengenal gadis itu."

Innocent FlawsWhere stories live. Discover now