Zarea 42 | Elbarak?

Start bij het begin
                                    

"Gue sihh sempat cari tau, tapi pelakunya masih satu komplotan dengan yang nembak Abim pas balapan. Ingat kan kalian? Yang gelang tengkorak itu lohh". Sambung Rana

Mereka semua memusatkan perhatian pada Rana, sebenarnya kumpulan seperti apa yang terus mengikuti mereka?

"Yang kata lo pembunuh bayaran itu?". Tanya Abim dan diangguki oleh Rana

"Kalau mereka memang pembunuh bayaran, terus siapa yang nyuruh mereka buat bunuh Miranda?".

Sontak pertanyaan dari Dion itu mengundang banyak spekulasi, namun selang beberapa detik, mereka menatap Zarea dengan penuh arti yang sekarang tengah asyik memakan bubur ayamnya. Merasa di perhatikan, akhirnya Zarea balas menatap mereka semua dan berkata ketus "Bukan gue!"

"Beneran bukan lo yang nyuruh Rea?"

"Ck. Tanpa gue nyuruh pembunuh bayaranpun, gue bisa habisin Miranda sendiri!"

"Benar kah? Terus kemaren yang hampir di bunuh siapa?". Tanya Zaki dengan senyum remehnya.

"Itu udah bagian dari rencana"

"HAH!". Teriak mereka serempak

"Tunggu-tunggu, maksudnya gimana Rea?"

"Maksudnya semua yang terjadi kemaren udah di rencanain bang Gery yang cakep, masa gitu ajaa gak ngerti sihh!". Gerutu Alfi yang membuat mereka tertawa meledek pada Gery.

"Sirla, coba jelasin maksudnya Rea gimana sihh? Abang masih gak ngerti". Tanya Gery kembali yang sekarang tertuju pada gadis di samping Rio.

"Jangan nanya sama Sirla kenapa sih, suka banget bikin emosi"

"Berlebihan lo Rio!". Sarkas Zaki

"Biasa Zak, pawangnya marah". Ledek Gery sambil tertawa kencang saat melihat wajah memerah Rio.

"Kita udah prediksikan yang akan terjadi kemaren bang Ger_". Potong Sirla saat melihat Rio yang hendak memukul Gery, namun terhenti karena cekalan tangan gadis itu.

"_Kita udah tau Miranda bawa pisau lipat dan bakal nikam Zarea. Termasuk masalah Exel dari Black Lion, kita juga tau soal nyokapnya Exel yang harus di operasi dan butuh banyak biaya. Kita udah rencanain semuanya". Lanjut Sirla

"Pantas ajaa Black Lion kabur dari lapangan"

"Kalau kamu tau Miranda bakal nikam kamu, kenapa kamu deket-deket dia sayang?". Tanya Zaki sambil mengelus surai hitam milik gadis yang hanya asyik dengan dunianya sendiri.

"Supaya di tolongin Zalvin". Jawab Rea santai dan membuat semua pria yang ada disitu melongo

"Tapi buat apa Rea? Kalau misalnya aku telat nolonginnya gimana?"

"Gak bakal telat Vin, orang posisi lo ajaa udah kita perhitungkan". Lagi dan lagi, ucapan Rana membuat semua pria di ruangan itu cengo.

"Oo jadi emang udah di rencanain, tapi sumpah itu extreem banget tau gak! Sampe kita khawatir banget. Elang ajaa sampai panik dan teriak"

"Di suruh Rea". Potong Elang yang mendapatkan tatapan horor dari teman-temannya. Namun bukan Elang namanya kalau tidak acuh.

"Hehehe. Maaf yee para lelaki yang tampan-tampan, Rea emang nyuruh gue, Sirla, Rana, Salsa, dan Elang buat teriak. Katanya sihh supaya lebih mendramatisir_". Ucap Alfi dengan cengirannya

"_Nihh, sampe yang teriak di bagian awal dan akhir pun Zarea yang atur. Kalau Elang emang kebagian lari sambil teriak". Lanjutnya.

Mendengar itu, Zalvin langsung menoyor kepala kembarannya. "Emang susah punya kembaran lucnut, untung aku lukanya cuman di tangan doang".

"Emang sengaja, supaya lo tau gimana sakitnya gue_". Ucap Zarea santai. Namun Zalvin dan Zaki langsung tersenyum kecut.

"Kita ngomongnya Lo-gue ajalah. Geli gue denger lo pake aku". Lanjut Zarea membuat Zalvin seketika berdecak kesal.

Perdebatan mereka terhenti ketika ada orang yang mengetuk pintu. Setelah di buka oleh Azka, munculah sepasang suami istri yang tersenyum lembut ke arah mereka semua.

"Lohh Mami sama Papi ngapain disini?"

"Papi sama Mami di suruh Zaki kesini, mungkin ini sudah saat yang tepat". Ucap wanita paruh paya itu.

Zaki datang menghampiri sepasang suami istri yang kini menatapnya lembut, menyalimi mereka dan mempersilahkan untuk duduk.

"Siapa bang?". Bisik Zalvin saat Zaki telah duduk kembali di brankar bersamanya dan Zarea. Bukannya menjawab, Zaki hanya tersenyum penuh arti.

"Baiklah, mungkin kalian bertanya-tanya siapa saya. Perkenalkan nama saya Satrio Berlan Sudrajat, dan istri saya Tasyani Putriana_". Ucap Satrio sambil menghela napasnya pelan.

"_Saya orang tua dari Adelio Rendion Berlan Sudrajat". Lanjutnya

"Mohon maaf om, maksudnya om sama tante orang tua dari Dion? Tapi kami baru tau Dion punya nama belakang Berlan Sudrajat". Tanya Riko dengan sesopan mungkin.

Satrio hanya tersenyum. "Yahh memang, kami sengaja menyembunyikan nama lengkap aslinya. Dan saya harap pun, setelah ini jangan ada yang buka suara ke orang lain tentang Dion putra saya"

"Terus om sama tante-"

"Panggil Mami Papi ajaa kayak Dion". Potong Tasya-Mami Dion cepat

"Ehh iyaaa Mi. Terus Mami sama Papi ada urusan apa kesini?". Tanya Rendi

"Sebenarnya saya belum selesai memperkenalkan diri. Saya kesini karena ada hal yang harus saya jelaskan pada Zarea dan Zalvin_". Zarea dan Zalvin pun mengernyit bingung. Ada apa sebenarnya?

"_Saya anak angkat di keluarga Elbarak"

"Kakek?". Beo Zarea dan mendapat anggukan dari Satrio

"Saya di angkat anak oleh Tuan Philip Elbarak, kakek kalian. Dan Irina adalah adik sekaligus cinta pertama saya".

Hah? Bagaimana bisa?

Hah? Bagaimana bisa?

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.


Hy teman-teman. Hari ini aku up lagi yaaa. Maaf nihh 2 hari kemaren aku gak sempat up, yaa kalian tau lahh, masih ada yang aku urus dan gak kalah pentingnya.

VOTE yaaa. GRATIS kokk.

Ehhh, aku seneng banget ternyata cerita ini banyak penggemar, mm maksudnya banyak yang baca, yaa walaupun sebagian jadi silent riders atau pembaca yang gak pernah memberikan vote, tapi gak apa-apa dehh.

Aku bersyukur masih banyak yang mau VOTE dan komen cerita ini. Terima kasih banyak yaaa.

Salam dari pena penghujung bumi,
Mey

ZAREA (Black and White Side)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu