17

5.3K 1.1K 47
                                    

PANIK menguasai dirinya.

Lisa kecolongan, Rose membawa Jisung pergi beberapa menit yang lalu. Nomor Rose pun tak bisa dihubungi.

"Gak apa-apa aku tinggal, Lis?" tanya Irene dengan nada tak yakin.

Ia ingin menemani Lisa pergi ke rumah Rose. Sayangnya Irene harus cepat pulang karena permintaan sang ibu mertua.

"Gak apa, Mbak. Aku bisa naik taksi."

Jujur Lisa sangat ketakutan. Ini kedua kalinya Rose menjemput Jisung tanpa meminta izin. Caranya pun sama, membawa Jisung diam-diam sebelum Lisa sempat keluar kantor.

Walau tahu Rose tidak akan menyakiti Jisung, tetap saja Lisa merasa khawatir.

"Bentar, aku telpon adikku dulu. Biar kamu diantar ke sana."

Lisa tidak enak menolak setelah Irene menghubungi adiknya alias Taeyong, tentu saja.

"Udah di jalan, maaf Mbak gak bisa nemenin kamu."

"Gak apa-apa, Mbak. Buruan pulang, mertua Mbak pasti udah nunggu."

Senyuman tipis muncul di wajah Irene. "Jaga Jisung sebaik mungkin. Anak adalah anugerah Tuhan yang paling indah untuk seorang wanita."

Mulut Lisa tertutup rapat, tidak bisa membalas perkataan Irene.

Sepandai apa pun Lisa berbohong, Irene selalu tahu apa yang sedang terjadi. Wanita itu sadar bahwa Lisa bimbang akan suatu hal mengenai Jisung.

"Baik sedarah maupun tak sedarah." Tambah Irene pelan.

"Jadi jangan lepaskan Jisung kalau gak mau, Lis. Kamu punya hak, kamu juga pasti mampu membahagiakan Jisung dengan caramu sendiri. Jangan menyerah."

Irene menepuk pundak Lisa pelan, lalu segera pergi ke tempat mobil suaminya terparkir. Meninggalkan Lisa sendirian di halaman depan taman kanak-kanak.

Benaknya terus bertarung. Ia membenarkan ucapan Irene, tetapi Lisa takut itu hanya alasan untuk menutupi keegoisan dirinya.

Kedua maniknya terpejam. Apa ia boleh egois kali ini?

"Lisa!"

Mata cokelat Taeyong adalah hal pertama yang Lisa lihat setelah membuka mata.

Ada sirat kecemasan--pasti Irene melaporkan keadaan Jisung pada Taeyong. Tetapi ada juga tatapan yang bermakna semuanya akan baik-baik saja.

Lisa hanya ingin mempercayai yang terakhir.

"Kamu bisa antar aku?"

Taeyong mengangguk tanpa ragu. Lalu menarik Lisa ke mobilnya--yang tak ia sadari sudah di sana.

"Mana alamatnya?" tanya Taeyong sambil memasang sabuk pengaman.

Lisa segera membuka ponsel untuk mencari alamat Rose. Dia pernah dikirimi beberapa minggu yang lalu.

Saat tangan Lisa hampir mengulurkan ponsel pada Taeyong, suara pria itu menghentikannya.

"Kirim lewat chat aja."

Lisa memandang Taeyong dengan bingung. "Tapi aku gak punya kontak Kakak."

Dengan cepat tangan Taeyong mengambil ponsel Lisa, mengetik nomor yang sudah ia hafal di luar kepala. Lalu melakukan missed call.

"Udah punya sekarang." Ujar Taeyong sembari mengembalikan milik Lisa.

Tanpa pikir panjang Lisa mengirim alamat Rose ke nomor Taeyong.

Beberapa menit kemudian mobil yang mereka tumpangi melintas cepat membelah jalanan. Suasana di dalam terasa hening karena keduanya fokus pada hal yang berbeda.

"Sejak awal aku udah denger dari Mbak Irene tentang temen namanya Lisa."

"Hah?"

Taeyong mengangkat bahu sekilas, ia hanya ingin memberitahu Lisa.

"Kata Mbak, Lisa itu single parent yang hebat padahal masih muda banget."

Lisa tertawa canggung, ia tidak merasa hebat sedikit pun. Yang ada dirinya selalu melakukan kesalahan karena menuruti ego.

"Jadi di café itu kamu udah kenal aku?"

Taeyong berdeham ringan, membenarkan dugaan Lisa. "Mbak Irene mau aku kenalan sama kamu, tapi katanya kamu yang nolak."

Ia langsung meringis.

Pikir Lisa hubungan semacam itu tidak akan berhasil untuknya, karena image Lisa terlanjur buruk.

"Jadi single parent itu hal yang hebat, Lis. Kamu bisa bertahan selama ini sendirian. Orang lain ngomong seenaknya karena gak tau perjuanganmu, jadi jangan dengerin mereka."

Taeyong melirik Lisa sejenak.

Gadis itu terdiam, menatap jalanan di depan tanpa sedikit pun fokus. Lisa pasti tengah memikirkan ucapan Taeyong.

Sementara itu Taeyong mengambil napas dalam. Selama setahun terakhir ia memendam semuanya sendirian, kemudian keberuntungan berpihak padanya di kejadian café yang lalu.

Tidak ada yang tahu seberapa kagumnya Taeyong pada Lisa, bahkan kakaknya sendiri.

"Jisung pasti bangga punya kamu, Lisa."

[tbc.]

sadar ga, taeyong tu modus

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

sadar ga, taeyong tu modus

oh iya, gemes-gemesnya udah cukup kan? yok kembali ke alur, mau end ini hehe

02/17

nanaourbunny

[1] StoryWhere stories live. Discover now