•65•

799 84 1
                                    

••

Jiwon merenung sejenak pandangan kosongnya tertuju pada ponselnya yang ada ditangannya,pikirannya entah kemana tapi yang pasti menjurus kearah kerjaannya sebagai pengganti posisi sang ayah.
Cukup berat,dan menekan otak tapi bukan berarti Jiwon itu bodoh hanya saja ayahnya tanpa berpikir panjang langsung menyerahkan tugas berat ini padanya.

"Jiwon-ssi?"

Lelaki berbadan tegap memasuki ruangan Jiwon,dan berjalan kearahnya sambil menenteng sebuah map yang kelihatannya cukup familiar.

"Formal!"

"Bercanda Jiwon,aku hanya menghormatimu sebagai atasanku."

Yeonwo mendudukkan dirinya tepat dihadapan Jiwon,pemuda asal Busan itu cukup mengenal Jiwon sejak SMA jadi wajar saja jika dia bersikap seperti ini dan Jiwon memakluminya karna memang Yeonwo adalah teman sekolahnya.

"Beban pikiran?atau terlalu formal?"

"Terlalu formal."

"Tidak mungkin,pasti beban pikiran."

"Retorik,nanya dua kali."

Yeonwoo lantas tertawa pelan,dan menepuk pelan pundak Jiwon,Jiwon menatapnya sekilas dan kembali berfokus pada renungannya yaitu menatap kosong kearah ponselnya.
Sedikit berdecih,dan segera menarik ponsel Jiwon membuat decakan tidak suka dari siempunya.

"Ohh aku mengerti,anak Thailand itu kan?"

"Eum,sibuk dengan penelitiannya."

"Wajar,dan inilah konsekuensinya Jiwon karna kau berpacaran dengan anak kuliahan,hahaha-"

"Seperti kau tidak saja!"

"Slow bro,bulan depan wisuda."

Jiwon berdecak tidak suka lantas menjontos lengan kanan milik Yeonwoo membuat tawa Yeonwoo semakin besar saja.
Jiwon sedikit terkekeh,teman SMA nya ini memang suka bercanda.
Yeonwoo menyeka air matanya,terlalu mudah tertawa membuat air matanya cepat sekali keluar.

"Berapa tahun jalan?"

Jiwon membuka suara,Yeonwoo loading dan menatap Jiwon dengan kedua alisnya saling bertaut.

"Berapa tahun hubungan kalian?"

"Ohh,hampir 2 tahun.Kau bagaimana?"

Jiwon tersenyum kecil enggan menjawab dan segera berdiri dari duduknya,menatap kearah Yeonwoo memberikan isyarat agar mengikutinya.

"Moccha sepertinya enak."

"Whoa!kau ingin mentraktirku?ayo gass!"

••

"Yonnie Oppa?"

Chaeyon membuka perlahan pintu kamar milik Oppa nya itu,kepalanya menyembul kedalam menatap seisi kamar yang bernuansa biru laut tersebut.
Pandangannya mengedar begitu melihat Jiyon Oppa yang duduk dilantai sambil mengobrak-abrik sebuah kotak kecil.

"Yonnie Oppa?!"

Sedikit mengeraskan suaranya,Jiyon sedikit terlonjak dan menatap kearah pintu.
Senyumnya seketika mengembang dan melambaikan tangannya kearah Chaeyon.
Chaeyon langsung berlari masuk dan tak lupa menutup kembali pintu kamar milik Oppa nya itu.

"Apa itu Oppa?"

"Gelang Oppa,lihatlah sangat banyak bukan?!"

"Hu'um!sejak kapan Oppa mengoleksi gelang ini?"

"Saat SMA,hihii Oppa sangat suka memakai gelang-gelang seperti ini."

Chaeyon mengangguk kecil dan tangannya bergerak mengambil salah satu gelang berwarna hitam dengan gantungan kecil yang berbentuk panah,segera memakaikan gelang tersebut ditangan sebelah kirinya.

"Wah!ini bagus Oppa!Onie ambil ya!"

"Boleh,satu saja okay?karna jika banyak ayah akan marah."

'Marah'

Otak Chaeyon seketika memutar kejadian kemarin dimana dirinya yang dimarahi oleh ayah karna telat pulang sekolah.

"Oppa?"

"Yes princess?"

"Ayah,bunda pernah memarahi Oppa tidak?"

"Eumm,seingat Oppa dulu yang sering memarahi Oppa adalah bunda bukan ayah."

"Benarkah?bunda marah karna apa Oppa?"

Jiyon tersenyum dan segera menutup kotak kecil itu kembali menyimpannya ditempat semula.
Dirinya menarik tangan kanan Chaeyon,keduanya langsung berjalan kearah balkon dan mendudukkan diri masing-masing dibangku yang ada diluar balkon itu.

"Bukan sering ya,tapi sekali saja dan itu sangat lama."

"Bunda?"

"Iya,karna kesalahan terbesar yang Oppa lakukan sampai bunda tidak bisa memaafkan Oppa dengan mudah."

"Kesalahan apa Oppa?terlambat pulang sekolah?"

Jiyon terkekeh kecil,lantas menyenderkan punggungnya dengan nyaman,beralih menatap kearah mata adiknya yang sangat mirip dengan matanya.

"Lebih parah dari itu,Oppa tidak pernah terlambat pulang sekolah hihi,jika Oppa ingin pergi keluar,Oppa pasti pulang dahulu dan meminta izin kepada bunda."

"Jangan mengejek Onie Oppa!"

"Hihii,dan kesalahan terbesar Oppa pada waktu itu,pulang kerumah dalam keadaan mabuk parah."

"Oppa mabuk-mabukan?"

"Tidak,Oppa dijahili oleh beberapa teman Oppa,sampai Jiwon Hyung mengamuk dan menghajar mereka semua,disitulah letak kemarahan bunda yang enggan berbicara dengan Oppa,bahkan tidak peduli sama sekali,hal itu juga yang membuat ayah memarahi Chaeyon kemarin,dia tidak ingin hal itu juga terjadi pada Chaeyon."

Chaeyon mengangguk paham,Jiyon tersenyum lebar dan segera mengelus kepala adiknya.
Chaeyon menoleh dan meraih tangan kanan Jiyon,mengecupnya sekilas serta memberikan genggaman erat pada tangan Oppa nya.

"Love you Oppa."

"Love you too princess."

••

T B C ✨

Tumben rajin :))

Mine!Onde histórias criam vida. Descubra agora