Strange man.

823 147 33
                                    


Sebelum baca chapternya, aku mau tanya sesuatu boleh ya? Kalian boleh banget jawab, penting nggak penting sih, tapi aku butuh jawaban.

KENAPA KALIAN BERTAHAN BACA TURTLEDOVE SAMPAI DI CHAPTER INI? APA YANG MENARIK BUAT DIKULIK? APA KARENA ADA EMBEL-EMBEL ADULT—ROMANCE 18+ DI BLURB?

Jawab aja gengs, jujur aja, tanggapannya bakal aku kasih di chapter berikutnya. Tencuu ❤❤❤

***

Sore saat Luna memutuskan untuk mandi meski masih ada Riska di ruang tamu, ia membiarkan laki-laki itu duduk sendirian di sana setelah Ashila serta Fredy keluar karena sebuah urusan. Gelang tridatu yang sempat dibelinya saat di Bali kini melingkar di pergelangan tangan kiri Riska, sisanya ada di tangan Luna, bukankah mereka benar-benar romantis?

Riska masih bergeming di sofa tanpa melupakan rasa bosannya sampai ia tak sengaja membungkuk melihat beberapa majalah di sandaran kaki bagian bawah meja ruang tamu, menumpuk sekitar lima majalah. Satu hal yang mencuri perhatiannya adalah majalah paling atas dengan cover bergambar Meira, sepertinya gadis itu memang ada di mana-mana. Mengapa Luna memilikinya? Mungkin saja ia ingin tahu lebih jauh tentang saudara tirinya.

Tangan Riska terulur menyentuh majalah tersebut, kostum yang Meira kenakan berbeda dengan kostum yang pernah Riska coret-coret menggunakan spidol permanen beberapa waktu lalu meski tetap saja mimik wajah serta posenya begitu sensual.

Tempo hari Riska hanya melihat cover, tapi kali ini ia membuka lembar demi lembar isi majalah tersebut setelah melihat sub judul di dekat foto Meira.

Ingin tahu lebih jauh tentang kehidupan si cantik Meira? Dia buka-bukaan lho. Kira-kira seperti itu judulnya, jadi pasti ada wawancara tertulis yang bisa Riska baca di lembar majalah tersebut.

Beberapa lembar memang memperlihatkan banyak model lain dengan segala isi wawancara, dan mereka buka-bukaan tentang adegan ranjang dengan pasangan. Riska semakin berpikiran lain, lagipula sejak pertama mereka berinteraksi Riska sudah memojokannya dengan beragam kata sarkas seperti kebanyakan orang yang selalu menjudge Meira adalah makhluk paling salah di dunia.

Begitu sampai di halaman tempat wawancara tertulis Meira berada, Riska menelan ludah. Ekor matanya melirik ke arah pintu kamar Luna, masih aman saat suara kran air terdengar deras bak air hujan. Fokus Riska kembali pada majalah, ia membacanya dalam hati sampai beberapa pertanyaan serta jawaban yang Meira bagi membuat kening Riska mengerut.

Mey pernah melakukan blow job?
Enggak, nggak penting.

Sudah berapa banyak pria yang mengencani kamu, Mey?
Banyak kok, aku menyenangkan banget mungkin ya, hahaha.

Apa sesuatu yang lebih mendalam pernah kamu lakukan dengan teman kencanmu?
Enggak, mereka hanya teman. Hal yang lebih eksplisit harusnya dilakukan sama pasangan yang kita cintai, kan?

Siapa yang lebih panas saat di ranjang, kamu atau pasanganmu?
Hahahaha, nggak ada. Aku nggak pernah main sama siapa pun, mungkin banyak banget yang nggak percaya,
but, i'm used to the harsh words of many, they often think i'm bad. It's okay, obviously i'm honest with myself, if that man really loves me he can accept what is and not what is visible to the eyes.

Seketika Riska menutup majalah tersebut meski ada wacana lainnya di bawah jawaban yang baru saja membuat relungnya berkecamuk. Ia meletakan lagi majalah di tempat semula seraya mendesah tatkala menyugar rambutnya. Tiba-tiba saja pening mendera, dan entah apa yang kini membuat isi kepalanya terasa panas untuk memikirkan sesuatu.

***

Aktivitas manusia di lapangan basket Kampus Malaka kembali berlangsung pagi ini, ada Riska serta teman-temannya, tapi seseorang tak lagi muncul di sana setelah kejadian di kelas kosong yang baru saja selesai di bangun beberapa waktu lalu. Rayi tak pernah memunculkan batang hidungnya setelah hari itu, entah bagaimana—mungkin kemarahan Riska terhadapnya mampu menimbulkan efek jera.

TurtledoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang