Consumed with jealousy.

803 102 4
                                    

White dress melekat sempurna di tubuh Meira, ia baru membeli dress tersebut sore tadi khusus untuk datang ke acara ulang tahun Selly yang kebetulan digelar di hotel bintang lima, pastinya tak kalah spektakuler dari ulang tahun Selly di tahun sebel...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

White dress melekat sempurna di tubuh Meira, ia baru membeli dress tersebut sore tadi khusus untuk datang ke acara ulang tahun Selly yang kebetulan digelar di hotel bintang lima, pastinya tak kalah spektakuler dari ulang tahun Selly di tahun sebelumnya yang mengangkat tema pesta topeng, tapi tahun ini Selly memakai tema romantic date yang sengaja ia khususkan untuk para pasangan di acaranya. Memiliki pasangan atau tidak, semua tamu diwajibkan datang bersama seseorang. Hal tersebut cukup membuat Meira jengkel setengah mati, pasalnya ia tidak datang bersama siapa pun malam ini. Meira enggan mengajak salah satu laki-laki yang pernah melakoni kencan buta dengannya, ia merasa mereka bisa besar kepala jika Mey melakukan hal tersebut. Alhasil, ia lebih mirip kambing congek di antara banyaknya orang pada pesta Selly.

Sejauh mata memandang orang-orang tampak sumringah saat bercengkrama dengan pasangan mereka, tapi atmosfer terasa panas bagi Meira saja meski AC di ballroom hotel tersebut menyala, ia ingin sekali mengutuk semua orang yang muncul malam ini dan sengaja mengoloknya sebab datang sendiri—termasuk Selly, Tania dan Mona yang jelas berada bersama kekasih masing-masing, candaan dunia memang seringkali menggelikan.

Apa yang kurang dari fisik Meira? Hampir tidak ada, dia idaman banyak pria—apalagi jika mereka melihat pose seksi Mey di majalah dewasa, pasti halusinasi mulai terangkai di kepala. Mungkin yang kurang dari Meira adalah rasa tidak percaya terhadap banyak orang, sebab ia cukup menutup diri selama ini. Memang hubungannya dengan ketiga sahabat cukup dekat, tapi mereka tak pernah benar-benar mengenal siapa sosok Meira.

Gadis itu berdiri di sudut ballroom dengan tangan kiri bersidekap, sedangkan tangan kanan memegang gelas berisi cocktail yang belum diminumnya, ia baru lima belas menit berada di pesta itu, tapi sudah merasa ingin sekali pulang seperti rindu berat dengan tempat tinggalnya sebab ditinggal bertahun-tahun, atau mungkin Meira terlalu dongkol dengan suasana sekitar.

Di dekat meja berisi kue ulang tahunnya yang tinggi Selly tengah berbicara dengan seseorang, tapi bukan Adrian yang justru bercengkrama dengan orangtua Selly di sudut lain. Entah siapa laki-laki asing itu, tapi Selly sesekali menunjuk ke arah Meira yang tak memperhatikannya dan sibuk merapal doa agar ia menghilang dari sana.

Mey meletakan cocktailnya di sisi meja terdekat, ia mengeluarkan ponsel dari cross body bag setelah menyerah. Mey mencari nomor Riska, mengetik chat untuk dikirimkan.

Bisa datang nggak ke Hotel Sakura, penting.

Baru beberapa detik chat tersebut dikirim, ponselnya kini berdering menampilkan notifikasi chat masuk dari Riska.

Nggak bisa, gw lagi ada acara sama Luna dan orangtuanya.

Refleks Meira meremas ponselnya. "Kenapa sih, gue selalu jadi pilihan kedua, semua orang kayak gini ke gue." Ia mengetik lagi chat balasan untuk Riska.

Oh gitu, lanjutin aja udah, kalo ada apa-apanya gw gak mau tanggung jawab.

Ia benar-benar kesal, sejak kemarin suasana hatinya mendung pekat, ia mematikan ponselnya dan menyimpan lagi benda tersebut ke tasnya. Meira meminum segelas cocktail tadi hingga habis, terlihat Selly serta laki-laki asing yang bercengkrama dengannya menghampiri Meira.

TurtledoveWhere stories live. Discover now