Wound tonight.

834 112 6
                                    

Lagi-lagi Meira mendapat kiriman bunga tulip yang sudah tergeletak di meja ruang tamu apartemennya, ia baru saja pulang sekitar pukul lima sore setelah hangout dengan ketiga temannya, jarang sekali Meira kumpul bersama mereka jika berada di luar kampus, biasanya mereka pergi dengan pacar. Entah karena merasa kasihan pada Meira sebab tak memiliki kekasih atau memang ingin menghibur sahabat yang sudah dua hari terakhir tertangkap rajin melamun di segala tempat, bahkan saat jam kuliah tengah berlangsung Meira sempat diminta rajin membaca doa oleh dosen takut-takut lamunan panjang mahasiswinya berubah menjadi kisah horor.

Rasa semangat Meira memang sedang pergi, hari ini adalah hari kedua Riska tak ada di Jakarta, dan entah bagaimana kabarnya saat chat yang Meira kirim sama sekali tak dibaca—apalagi dibalas, saat nomornya dihubungi pun terkesan sibuk, jadilah Mey bertambah kesal dan semakin galau.

Orang lain yang dipikirkan belum tentu melakukan sebaliknya, bukan?

Ketiga sahabatnya begitu pandai membuat Meira ceria lagi meski hanya beberapa saat, sebab setelah ia mengemudikan mobilnya menjauh dari mereka—resah kembali merasuk, membuat kegundahannya tak pernah benar-benar pergi.

Mey meraih buket tulip merah muda tersebut, ia menemukan greeting card terselip di sana, ia membaca dalam hati beberapa patah kata yang membuat Meira langsung menghempaskan bunga kesukannya itu ke meja.

"Ini orang maunya gimana, sih," gerutu Meira, "kapan sih mama mau sadar kalau gue enggak mau ketemu dia atau duduk sama-sama lagi, kapan mama mau ngerti. Pokoknya gue nggak akan turutin keinginan dia." Baru saja Meira selesai berbicara—ponsel di tasnya berdering, ia mengeluarkan benda pipih tersebut, tapi tak lantas mengangkat panggilan, sebab nama yang tertera di layar adalah Ashila.

Meira mendiamkannya hingga panggilan berakhir sendiri, tapi tak cukup sampai di situ. Ternyata Ashila masih terus menghubunginya meski tetap Mey abaikan, putrinya menyimpan ponsel di bawah bantal sofa sebelum melenggang menghampiri kamar tanpa peduli jika Ashila terus menghubunginya, sekarang suara bising dering telepon takkan mengusiknya lebih nyaring setelah tertutup bantal sofa.

***

Meiraku tersayang, cepet ke bistro di bawah.
Gw tadi mau ketemu sama temen yang kebetulan penghuni baru di apartemen tempat lo, eh malah dia gak datang, sayang makanannya udah gw pesen, sekarang lo turun dan temenin gw makan.

Meira mendengkus sebal setelah membaca chat yang Lolita kirimkan, padahal ia tengah asyik menonton drama Korea di laptop seraya menikmati kudapan malamnya di ranjang kamar. Sayangnya, Lolita mengusik kenyamanan Meira di saat yang tidak tepat.

Sekarang sudah jam delapan lebih, niatnya Meira ingin marathon menonton semua episode yang baru sempat ia tonton malam ini hingga tengah malam nanti, tapi chat Lolita mengubah rencananya.

Meira mengalah dan memutuskan mengakhiri drama Korea dari laptopnya sebelum keluar dari unit meski hanya memakai piyama pendek, toh ia hanya akan turun ke bawah, bukan ke area yang jaraknya jauh dari apartemen.

Gadis itu terus mengalah seraya menempelkan ponselnya di telinga kiri saat ia baru memasuki area bistro yang terlihat ramai pengunjung, di luar sana hujan baru saja tiba dan mengguyur bumi Jakarta sesuka hati, udara jadi terasa lebih dingin dari sebelumnya. Jika sudah seperti itu alternatif termudah adalah menikmati semangkuk mie rebus lengkap dengan sawi dan telur, atau memakan menu yang pedas.

Namun, entahlah apa yang Lolita pesankan untuk temannya. Mey tengah berbicara dengan Lolita lewat ponsel saat ia sibuk mencari keberadaan managernya, sebab area bistro cukup luas dan membuat Mey kelimpungan sendiri, ia tak tahu di mana posisi Lolita.

TurtledoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang