Under the rain. (2)

846 121 13
                                    


Chapter sebelumnya kurang manis?
Oke, ini aku kasih yang lebih manis.

Jangan lupa vote dan komentar ❤❤

Kalian adalah rezeki.

***

"Makasih buat nasi bebeknya yang enak banget, saya pamit ya, Mbok

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Makasih buat nasi bebeknya yang enak banget, saya pamit ya, Mbok." Terakhir kalinya Meira melambai tangan sebelum keluar dari warung tenda tersebut, tak terasa perutnya sudah terisi penuh oleh makanan favoritnya di masa kecil, ia pikir takkan kembali lagi makan di tempat tersebut, sebab tanpa kehadiran Sehan terasa aneh saja. Mungkin Riska akan menggantikannya meski bukan sebagai sosok seorang ayah, tapi sosok yang Meira cintai, seperti ia mencintai ayahnya setiap hari.

Hujan tak sederas tadi, payung yang sempat melindungi mereka dari derasnya hujan sekitar setengah jam lalu kini tak lagi direnggangkan, payung berhasil masuk ke ruang kaki di jok penumpang belakang, untung saja bagasi Meira menyimpan banyak sesuatu berguna yang selalu ia bawa ke mana-mana termasuk payung tersebut.

Mobil kembali melaju membelah jalanan ibukota yang masih ramai saja, air hujan masih turun meski dalam intensitas sedang. "Gue kepikiran sesuatu, ini pasti ada yang aneh," ucap Meira.

"Apa yang aneh?" Sepasang lampu sen mobil menyorot jelas pergerakan mobil-mobil lain di depan mereka, Riska yang terlalu fokus sampai tak menatap lawan bicara.

"Soal Reifan, lo bilang kalau dia yang udah buntutin gue di hotel waktu acara ulang tahun Selly, tapi ngapain dia di sana? Selly kan enggak kenal sama Reifan, dia bukan anak Kampus Malaka juga. Udah gitu gue tahu jelas kalau tamu yang berhak masuk itu harus punya e-mail undangan dari Selly." Sejak kejadian pagi tadi terkaan tentang Reifan terus mengusik pikirannya, hanya saja ia belum menemukan jawaban yang paling logis dari teka-teki yang dirangkainya. Sekarang biarkan Riska mendengarkan, siapa tahu ia bisa menyimpulkan keadaan sesungguhnya.

"Maksud lo nggak mungkin kalau cowok gagal move on itu datang ke acara teman lo? Ya bisa ajalah."

Meira mengernyit. "Gimana caranya? Selly enggak kenal sama Reifan, gue bisa jamin seribu persen."

"Lo nggak suka baca komik detektif ya, pantes nggak pintar," celetuk Riska membuat Meira memberengut kesal, lirikan dari ekor matanya membuat senyum jahil Riska muncul. "Kalau seseorang merencanakan semuanya dari awal bisa aja terjadi, siapa tahu memang ada yang nyuruh Reifan datang ke sana pakai undangan di e-mail dari salah satu anak Malaka."

"Siapa?"

"Ya nggak tahu, lagian itu cuma analisis aja, makanya banyak-banyak baca komik detektif, jangan cuma bukain majalah yang isinya sempak semua."

"Ah udahlah, lo yang menang sekarang. Gue males debat." Siku kiri Meira tampak menumpu pada permukaan di dekat jendela, telempapnya menopang sisi kepala, ia mulai memikirkan analisis Riska tadi.

TurtledoveWhere stories live. Discover now