Tulip.

786 114 7
                                    


"Makasih banyak udah mau temenin gue makan siang, hati-hati di jalan." Untuk terakhir kalinya Meira tersenyum seraya melambai tangan pada Riska yang bertengger di motor dan siap melaju, ia hanya mengangguk menanggapi perkataan Meira sebelum benar-benar pergi dari tempat itu—parkiran studio pemotretan tempat Meira meninggalkan mobilnya.

Baru saja Meira menghampiri mobilnya seraya mengeluarkan kunci dari tas, seseorang keluar dari studio terburu-buru menghampiri Meira yang kini membuka pintu mobil sisi kanan, tapi Juna lebih cepat menahan agar Meira tak lekas masuk.

"Mey."

Meira menoleh, alisnya refleks bertaut melihat wajah Juna, Mey tentu belum melupakan perbuatan kurang ajar Juna sejam lalu. "Ngapain lo nyamperin gue, sumpah ya mending lo ke laut aja sana apa gantung diri, gue udah malas ngeladenin manusia kayak lo." Ia memberengut kesal, tangannya tetap menarik pintu mobil, tapi lagi-lagi Juna mendorongnya hingga tertutup rapat.

"Please, Mey kasih gue kesempatan kedua, gue benar-benar menyesal dan minta maaf, tadi gue refleks karena kecewa berat." Benar, wajah penuh dosa terlihat dari Juna, ia bahkan berlutut di hadapan Meira seraya mengatupkan tangan meminta ampun. "Please, Mey. Maafin gue."

"Juna lo apaan sih! Berdiri cepat!" Meira semakin risi menanggapi sikap Juna yang berlebihan. "Kalau lo nggak mau berdiri sekarang, jangan harap dapat maaf dari gue!"

Juna refleks berdiri seraya memasang wajah sumringahnya. "Makasih banyak ya, Mey. Gue janji nggak akan kurang ajar sama lo lagi."

"Nggak cuma itu, jangan deketin gue lagi karena gue udah punya Riska yang siap jagain gue kapan pun." Terakhir kalinya Meira membuka pintu tanpa dicegah Juna lagi, gadis itu masuk dan duduk di balik kemudi sebelum memarkir mundur mobilnya agar bisa keluar dari parkiran, dari beranda terlihat Alexa ternyata memperhatikan interaksi antara Juna dan Mey tadi, entah sejak kapan gadis itu berada di sana.

***

Sepotong tres leches cake baru saja keluar dari kulkas dan beralih tempat ke permukaan meja makan, segelas air putih turut serta menemani, yang jelas gadis itu sendiri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sepotong tres leches cake baru saja keluar dari kulkas dan beralih tempat ke permukaan meja makan, segelas air putih turut serta menemani, yang jelas gadis itu sendiri. Duduk di balik meja makan seraya meletakan ponselnya di permukaan meja, Meira ingin menikmati kudapan malam harinya.

Saat garpu membawa sedikit demi sedikit potongan kue tersebut menjumpai bibir Meira dan berakhir dalam kunyahan, pikirannya terpatri pada dialog yang Riska ucapkan siang tadi, Mey berusaha mengerti makna di dalamnya, sebab itu dia hanya diam setelah Riska berbicara.

"Kalau lo nggak bahagia sama pekerjaan lo, tinggalin aja dan cari yang lebih baik biar lo bisa makan nasi sepuasnya," tutur Riska membuat Mey refleks menatapnya tanpa kedip.

Mey tersenyum tipis. "Kayaknya dia paham banget sama tekanan pekerjaan gue." Ia membuka ponsel dan mencari sesuatu yang disimpannya menggunakan sidik jari, hanya sebuah video berdurasi beberapa detik, tapi video itu cukup penting sebab membuat Riska selalu mengikuti keinginannya. Saat video diputar tiada lagi senyum di wajah Meira, lesap tanpa asap. "Kenapa harus lo, Riska."

TurtledoveWhere stories live. Discover now