5. Dedek Bayi [revisi] ✔️

1.4K 133 10
                                    

  Ketika tangis itu pecah, sebuah kebahagiaan dan rasa syukur menyambutnya dengan segala doa untuk si kecil yang baru melihat dunia.
-Rana

Di ruang tunggu duduk Linzie, Om Iki dan Rana. Menunggu proses persalinan istri Om Junaedi yang dipanggil Om Juna oleh Rana.

Terdengar suara tangis bayi memenuhi ruangan hingga sampai luar membuat mereka mengucapkan syukur.

"Alhamdulillah." ucap mereka berbarengan.

Setelahnya perawat membersihkan bayi mungil tersebut dan sang ibu setelah membersihkan diri di pindah ke ruang rawat.

Akhirnya Rana, Linzie dan Om Iki diperbolehkan masuk. Mereka menatap haru keluarga kecil yang tengah berbahagia.

"Selamat ya Om Juna, sama Tante udah jadi Mama dan Papa. Selamat datang juga dedek bayi." ucap Rana.

"Makasih banyak Neng, makasih telah membantu kami." ujar si ibu.

"Lihat perjuangan Tante jadi inget Mama di rumah deh, aku jadi kangen Mama di rumah." ujar Linzie mellow.

"Om boleh pinjem ponselnya?" tanya Rana. Om Junaedi pun menyerahkan ponselnya.

Rana menuliskan kontaknya dengan nama Rana Cantik😋 lalu mengembalikannya.

"Oh ya Om, kalau Om butuh bantuan hubungi Rana yaa, dengan senang hati Rana bantu, lagi pula Rana sedang butuh security untuk jaga kafe Rana." ujarnya.

Om juna tersenyum berterima kasih, istrinya menangis haru, "Terima kasih Neng, semoga kebaikan Neng di balas oleh Allah. Amiin." sang istri pun menatap suami bahagia dan seolah memberi kode.

"Neng, boleh tidak Neng saja yang memberi nama bayi kami." pintanya. Rana tercengang mendengarnya dan tersenyum canggung.

"Ih, kok saya sih, Om. Kan baby anaknya Om sama Tante. Ga mau pokoknya harus orang tuanya yang ngasih nama." ujar Rana pura-pura ngambek.

Pada akhirnya mereka yang memberi nama. Baby boy tersebut bernama Reihan Aditya. Mereka yang berada di sana pun bahagia.

"Hallo baby Rei, welcome di dunia semoga jadi anak yang soleh dan membanggakan orang tuanya ya.." ujar Rana sambil menoel -noel pelan pipi kemerahan itu.

"Selamat datang baby Rei, semoga sehat terus yaa... Linzie jadi pengen punya adik." ucap Linzie bahagia. Sedangkan Om Iki hanya tersenyum haru.

👻👻👻

Setelah makan malam bersama Om Raja akhirnya Rana pulang ke rumah. Di sana sudah ada Papa, Mama, dan Bang Kana yang tengah berkumpul di ruang keluarga.

"Assalamualaikum Mama, Papa dan Abang." ucapnya sembari mencium mereka satu persatu.

"Dari mana si manja ini?" tanya Papa.

"Dari rumah sakit, tadi habis makan malem sama Om Raja." jawabnya.

Tentu saja Papanya tahu karena Om Iki pasti laporan ke Papa, Papa juga pastinya memberi tahu ke Abang.

"Kamu ga papa kan sayang? Kenapa kok ke rumah sakit." tanya Mama khawatir.

"Gapapa kok Ma, Rana sehat baik-baik aja. Tapi tuh Rana kesel sama ---" Rana pun menjelaskan kejadiannya.

"Bagus dong, anak Mama emang yang terbaik!" ujarnya.

"Iya dong, anak siapa dulu." ujarnya menyombong yang dihadiahi sentilan di dahi dari abangnya.

"Sombongnya kumat." ujar abangnya, Rana hanya cengengesan.

"Udah sana mandi dulu. Bau asem." ucap Papa langsung membuat Rana cemberut.

"Papa ih! Ngeselin." ucapnya.
Mereka pun tertawa.

"Oh ya, Ma, Pa. Rana jadi pengen punya adik lagi deh." ujarnya yang membuat Mama dan abangnya nya tersedak sedangkan Papanya memberikan jempol kepada Rana. Rana pun membalas dengan acungan kedua jempolnya.

"Tidak!" ucap Mama dan Abang berbarengan dengan Papa yang berbeda jawaban.

"Iya!" ucap Papa.

"Sayang, ayo kita nambah anak. Kabulin permintaan Rana." ucap Papa.

"Tidak! Kalo Mas yang hamil, Mama mau."

"Mana bisa gitu sayang, Mas kan bisanya bantu. Kalaupun bisa Mas mau kok yang hamil. Kita nambah lagi yaa." bujuknya.

"Tidak boleh!" sergah abang. " Usia Mama tuh udah ga boleh ngandung, nanti bagaimana dengan keeehatan Mama. Pokoknya ga boleh. Abang ga mau Mama kenapa-napa." ujarnya sebal.

"Apa, kamu kira Mama udah tua?!" ucapnya sensi.  " Ga gitu Ma maksudnya," jelas abangnya frustasi.

'Ini semua gara-gara permintaan Rana yang aneh aneh. Awas tuh bocil satu!"batin Kana kesal.

"Lagian punya adek satu saja udah bikin pusing, sangat menyebalkan. Bagaimana kalo nambah, tambah pusing deh Abang." ujarnya.

"Abang ih, kok gitu?!" sewot Rana.

"Abang nyebelin!"

"Mas nyebelin!"

Ucap Rana dan Mama cemberut sebal, mereka pergi dengan menghentak-hentakkan kakinya ke lantai meninggalkan kedua pria berbeda usia yang masih terbengong melihat kekompakan kedua wanita yang ngambek.

Papa dan Abang pun langsung membuang muka bersamaan.

.

.

.

.

.

Jan lupa tekan ⭐ dan 📥 nyaa ya.

Jan lupa follow akun author
@lainue_nue15 yaw

#1179 words

salamjabo_writingmarathon
#challengemenulis3bulan
redaksisalam_ped

KaTing  (Proses Terbit)Kde žijí příběhy. Začni objevovat