4. Begal [Revisi] ✔️

1.5K 139 13
                                    

Dibalik sebuah tindakan pasti ada alasan. Tak bisa kita hakimi orang begitu saja apalagi menilai seseorang hanya dari sampulnya.
-Rana

Hari ini sepulang kuliah pukul 16.00 WIB, Rana akan mampir di rumah si kembar Alex dan Lexa teman barunya di kampus. Kebetulan mereka tidak ngekost karena masih satu daerah dengan kampus, tidak terlalu jauh dari kampus.

Rancananya mereka bakal masak-masak bareng karena ayah dan ibu mereka sedang keluarga untuk urusan bisnis, jadi Rana berencana untuk mengacaukan dapur Alex dan Lexa hihi.

Bersama Om Iki tentunya, Sang bodyguart kepercayaan ayah dan abangnya juga Om kesayangan Rana.

"Om Iki, kita mampir di pasar dulu yaa, Rana mau beli sayuran buat masak di rumah Alex." ucapnya.

"Siap Non." balasnya.

Mobil yang dikemudikan Om Iki pun menepi ke pasar, Rana pun turun dan menuju penjual sayuran dan daging melakukan pembelian dan tawar menawar diikuti om Iki dibelakangnya yang hanya diam dan mengamati suasana pasar.

Om Iki kagum dengan Nona Mudanya ini karena walaupun orang berpunya ia tidak lupa dengan sesama, dan tidak gengsi walaupun pergi ke pasar yang biasanya dikenal tempatnya agak kotor berbeda dengan mall atau supermarket. Dan Om Iki semakin kagum dengan Rana yang apa adanya.

"Om Iki udah selesai, yuk kita jalan lagi." ucap Rana menyadarkan Om Iki dari lamunannya.

Om Iki sudah menganggap Rana seperti anaknya sendiri, dia sayang dengan tulus pada Rana sudah dari kecil ia menjadi bodyguard yang menjaganya karena itu tidak ada kecanggungan diantara keduanya. Bahkan terkadang Papa Morgan iri dengan kedekatan Om Iki dengan anaknya.

Akhirnya mobil itu berjalan membelah jalanan menuju rumahnya Alex dan Lexa. Namun, sayang ditengah jalan ada sedikit kendala. Rana dan Om Iki melihat sedang terjadi pembegalan. Terlihat seorang gadis SMA yang ketakutan dan menyerahkan hand phone dan uangnya. Bahkan kunci motor.

Sebelum itu Rana dan Om Iki langsung merangsek menyerang preman tersebut. Dan terjadilah perkelahian yang tidak seimbang 1 lawan 4, namun jangan remehkan Om Iki karena ia profesional dalam bela diri. Jadi melawan mereka tidak begitu sulit.

Rana pun menghampiri gadis SMA itu  yang terlihat ketakutan dan menangis. Ia menenangkan gadis itu, sembari mendukung Om Iki, untuk mencairkan suasana.

"Semangat Om Iki! Om Iki harus menang main perang-perangannya. Om Iki kan udah ahli. Kalo Om Iki kalah, Rana ngambek sama Om!" teriak Rana sambil tepuk tangan.

Gadis SMA itu mengerjapkan matanya heran, tangisnya sudah  mereda namun tubuhnya masih tergugu. Gadis itu heran melihat penyelamatnya bukannya takut malah terlihat senang seperti menonton sepak bola.

"Om Iki, Rana  mau ikut perang-perangan!" teriak Rana sambil merenggangkan tubuhnya.

"Tidak boleh, Non. Nanti kalo Non kenapa-napa. Om bakalan kena marah sama Papanya Non." balas Om Iki sambil melawan mereka.

"Bodo amat. Tangan Rana udah gatel." ujarnya sambil berlari ke medan pertempuran dan jadilah pertarungan tersebut menjadil 1 lawan 2, Rana melawan dua orang begitupun dengan Om Iki.

Om Iki dan Rana menang tiga dari keempatnya berhasil kabur tunggang langgang menuju motornya. Rana berhasil meringkus yang dianggap ketuanya.

KaTing  (Proses Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang