Terdengar suara bel dari luar pintu utama, Mey meninggalkan ponselnya dan beranjak keluar dari ruang makan, ia bergegas menghampiri ruang tamu dan membuka pintu, terlihat seorang kurir memegang sebuket tulip putih seraya tersenyum menatap Mey.

Terdengar suara bel dari luar pintu utama, Mey meninggalkan ponselnya dan beranjak keluar dari ruang makan, ia bergegas menghampiri ruang tamu dan membuka pintu, terlihat seorang kurir memegang sebuket tulip putih seraya tersenyum menatap Mey

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ada apa, ya, Mas?" tanya Meira.

"Ada kiriman bunga buat, Mbak." Si kurir bertopi memberikan buket tulip tersebut pada Meira.

"Buat gue? Dari siapa?"

"Saya kurang tahu, Mbak. Tanda tangan dulu, ya." Kurir memberikan sebuah note kecil yang kini ditanda tangani Mey sebagai bukti kalau barang tersebut sudah sampai ke tempat tujuan. "Permisi, Mbak." Kurir pun melenggang pergi, ia membiarkan Meira sibuk dengan tanda tanya sendiri.

Mey menutup pintu, ia membawa buket tersebut masuk dan meletakannya di permukaan meja ruang tamu seraya duduk di sofa, tak ada kartu ucapan atau tanda apa pun dari si pemesan bunga. Lantas ponselnya di ruang makan berdering, ia beralih ke ruang makan sekadar meraih ponselnya.

Baru melihat layar ponsel sudah cukup membuat Meira menelan ludah, perlahan senyumnya terbit, kini ia tahu siapa pengirim tulip tersebut. "Hallo, Ris—"

"Gue kasih lo tulip biar lo nggak berharap tulip punya orang lain, clear kan." Panggilan langsung berakhir, Riska menelepon hanya untuk menyampaikan hal sesingkat itu? Sayangnya, Meira tetap senang meski terdengar ketus, setidaknya ia merasa laki-laki itu memiliki rasa perhatian untuknya.

"Serius dia beliin gue tulip." Senyumnya merekah seperti mentari di pagi hari, Mey bergerak cepat keluar dari ruang makan menuju ruang tamu, ia meraih buket tulip putih tersebut dan mendekapnya riang gembira. "Karena dia baik banget, harus gue bales sih ini. Kira-kira gue kasih Riska apa, ya." Meira duduk di sofa dan meletakan buket tersebut di pangkuannya. "Gue nggak tahu Riska sukanya apaan, harus tanya siapa dong kalau kayak gini." Semangat yang berujung kebingungan akhirnya mendera, serumit itu.

Malam ini bantal kamar benar-benar senyaman punggung Riska saat Meira bersandar di sana, apalagi hari ini banyak kesan menyenangkan yang Mey dapatkan dari Riska. Mungkin perkataannya memang ketus, tapi terselip sedikit perhatian di setiap ocehan Riska, sejak awal niat Meira tak benar-benar ingin mendapatkan, tapi memanfaatkan. Apa mungkin sekarang jadi terbalik?

Buket bunga tulip yang didapatkannya Mey letakan di permukaan bantal sisi kiri, sedangkan kepala Mey berada di bantal sisi kanan, jadi anggap saja tulip tersebut menemani tidur Meira malam ini.

***

"Mbak, gue mau keluar sebentar, mau ke farmers market di bawah. Bikinin gue nasi goreng seafood ya buat sarapan," ucap Mey saat Trias memasuki kamarnya seraya membawa vacum cleaner.

"Siap," sahut Trias menyanggupi, terlihat saat majikannya telah keluar kamar tatapan Trias beralih pada buket tulip di permukaan ranjang, masih utuh di sana. "Mbak Mey dapat bunga dari siapa, ya? Kayaknya spesial banget sampai ada di kamar, biasanya kalau dia dapat bunga sebelum ini kalau enggak dibuang ke tempat sampah ya saya suruh bawa pulang," gumam Trias.

TurtledoveWhere stories live. Discover now