-24

40 8 4
                                    


HAI HAI!

Aku dateng nih gaes:D

Kepo ngga sama kelanjutan part 23😭🔫

Langsung baca ae yuk!:>

Happy reading!^^

.....

Dira menahan senyumnya, pipinya lagi-lagi memerah. Dasar pipi sialan!

"Tutup matanya."

Arvin menurut dan memejamkan matanya sambil tersenyum lebar karena melihat pipi gadis yang ada dihadapannya memerah. Dira menggeser tubuhnya ke arah Arvin, dan mendekatkan wajahnya ke sebelah telinga lelaki itu.

"Gue juga sayang dan cinta sama lo, Vin. Gue juga pengen jadi orang yang pertama denger keluh kesah lo, jadi sandaran buat lo, selalu di sisi lo, sama sebisa mungkin gue bakal ngelindungin lo. Gue juga bakal berusaha buat bikin lo bahagia terus, Vin," bisik Dira lirih.

Dengan perlahan Dira menggenggam tangan Arvin. Lelaki itu membuka matanya dan menatap Dira. "Gue juga bakal bikin lo bahagia terus, Ra. Ini diterima, kan?"

"Gue belom milih," ucap Dira sambil tertawa pelan.

Arvin memasang wajah murung dan menatap Dira pura-pura sedih. Gadis itu semakin tertawa melihat wajah Arvin yang seperti itu. "Gue ngasihnya dilempar atau biasa aja, niih?" tanya Dira sambil mengangkat-ngangkat kedua alisnya.

"Biasa aja ah, ntar sakit kalo kena muka gue." Arvin mengerucutkan bibirnya.

Dira menyodorkan kalung itu di depan wajah Arvin. Lelaki itu kembali tersenyum dan menerima kalungnya dengan senang. Dira membalikkan tubuhnya dan mengangkat rambutnya ke atas sehingga Arvin lebih mudah memasangkan kalung itu di lehernya.

"Cieee, udah jadian woy mereka berdua!" teriak empat orang itu heboh saat memasuki kamar Arvin.

Dira menyimpan telunjuknya di depan bibirnya. "Ini di rumah sakit, anjir." Dira tersenyum senang menatap teman-temannya.

Dira berlari kecil ke arah kedua sahabatnya lalu memeluknya erat. "Makasih banget buat lo berdua."

Anin dan Kinan membalas pelukan Dira tak kalah erat. "Tapi lo harus traktir kita berdua."

Dira melepas pelukannya, mengangguk cepat. "Siap, Kin."

.....

"Apa?!"

"Lo nggak nabrak Dira, tapi nabrak cowok gue?!" teriak Hellena tidak terima.

Devon mengangguk sambil memasang wajah datarnya. "Tuh cowok tiba-tiba dorong Dira, jadi ya dia yang ditabrak. Gue nggak bisa ngapa-ngapain lagi, salah sendiri juga."

Hellena melotot, menggebrak meja dan menunjuk-nunjuk Devon dengan marah. "Lo bisa ngehindar, kan?! Pake otak lo!"

"Gue lebih mentingin diri gue sendiri, lagian lo nggak ngelarang gue buat nabrak Arvin, kan?"

Devon bangkit sambil membenahi pakaiannya. "Sesuai omongan gue waktu itu, lo jangan cari gue lagi. Dan kalo ada yang nyari gue, gue nggak janji bak--"

"Lo mimisan lagi, Drey!" teriak Hellena panik.

Audrey cepat-cepat mengambil tisu dan mengusap bawah hidungnya. "Lo kok mimisan mulu sih? Mending lo sekarang terapi aja deh."

"Nggak mau." Audrey menggeleng, tangannya membersihkan darah yang ada di bawah hidungnya, dan menyumbat hidungnya menggunakan tisu.

Devon yang melihat itu tersenyum sinis. "Kalo gue jadi lo, gue milih buat terapi setiap hari, dan nggak bakal kepikiran buat ngelakuin hal aneh ini." Setelah mengucapkan kalimatnya, Devon melangkahkan kakinya pergi dari sana.

RAVIN [SELESAI]Where stories live. Discover now