Kalu's First Love Story 4

473 119 29
                                    

Disclaimer : Cerita ini adalah fiksi dan murni dari fikiran penulis. Seluruh adegan dan pemeran disesuaikan dengan kebutuhan penulis. Credits untuk seluruh gambar yang digunakan dari Pinterest. Be wise and don't put a hate into the character.

Don't forget to VoMent
Happy Reading!!!

Kalula berjalan lunglai memasuki gerbang bangunan tingkat 4 tempat dimana ia ngekos selama tiga tahun terakhir ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kalula berjalan lunglai memasuki gerbang bangunan tingkat 4 tempat dimana ia ngekos selama tiga tahun terakhir ini. Tangannya yang membawa tas laptop terlihat lemas, terjulur begitu saja seolah tidak ada tenaga. Ia baru saja mencoba peruntungan dengan mengajukan judul proposal skripsi pada salah satu dosennya. Dan walaupun menerima banyak masukan juga saran yang akhirnya merubah sebagian besar konsep proposalnya, judulnya diterima.

Tapi bukan karena judul proposal skripsinya yang berantakan diobrak-abrik yang menjadi alasan Kalula merasa lunglai, lemah dan lesu. Tapi rasa sakit dari siklus menstruasi yang datang bukan pada jadwalnya. Setelah konsul proposalnya selesai, Kalula baru sadar kalau ia bocor. Ia sempat ke toilet karena merasa tidak nyaman dan benar saja, ada dua titik kecil yang tercetak pada celana jeansnya. Seolah bocor saja belum cukup sial, perutnya tiba-tiba dilanda kram yang tidak tertahankan. 

Sempat membuat Kesya dan beberapa temannya khawatir karena menolak diantar pulang, Kalula akhirnya sampai di depan pintu kamarnya setelah berjalan selama hampir 15 menit. Padahal biasanya, ia hanya butuh waktu paling lama 8 menit karena letak kosnya yang benar-benar dekat dengan fakultasnya.

"Eh." gerakan tangannya yang akan membuka pintu pun terhenti saat melihat sebuah paper bag berukuran lumayan besar yang ditaruh begitu saja di depan kamarnya. Kening Kalula yang sbeelumnya mengernyit menahan sakit buk semakin mengernyit karena kebingungan. Ia menunduk dan membuka bagan atas paper bag yang sebeumnya terihat sengaja dirapatkan. Hal pertama yang Kalula lihat setelah mengintip isinya adalah sebuah kartu pesan. Dengan ragu Kalula mengambil dan membaca isinya.

'Tolong yang ini jangan ditolak. Kamu butuh.' 

Kalula mengernyitkan keningnya bingung. Dan lebih bingung lagi saat melihat isinya. Dengan cepat, ia membuka kamar dan membawa bingkisan itu ikut serta masuk ke dalam kamar.

Kalula menghela napasnya sambil menggeser ponselnya menjauh. Sudah hampir setengah jam ia hanya berdiam diri di dalam kamar kosnya, sendirian, dengan laptop yang terbuka dan menyala. Niatnya untuk mulai mengerjakan proposal skripsinya mendadak buyar sejak ia membongkar isi bingkisan yang sudah ia ambil beberapa barang dari dalamnya itu.

Ada rasa takut dan tidak nyaman yang kini Kalula rasakan. Pasalnya, bingkisan itu datang dari sosok yang tidak ia ketahui siapa. Lalu dari kartu pesan yang tadi ia baca, Kalula juga jadi menyimpulkan kalau si pengirim adalah orang yang sama dengan orang yang sebelumnya suka mengirimi Kalula makanan dan hal-hal lain. Tapi siapa? Kalula benar-benar tidak memiliki satupun tebakan.

Lali-ShootWhere stories live. Discover now