Efek Obat Bius 4 (END)

721 121 94
                                    

Disclaimer : Cerita ini adalah fiksi dan murni dari fikiran penulis. Seluruh adegan dan pemeran disesuaikan dengan kebutuhan penulis. Credits untuk seluruh gambar yang digunakan dari Pinterest. Be wise and don't put a hate into the character.

Don't forget to VoMent
Happy Reading!!!

Don't forget to VoMentHappy Reading!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hai Nadi." gadis itu mengerjap berkali-kali saat melihat Diwa tersenyum padanya. Belum lagi sebuah buket bunga yang berada di genggaman pria itu. Apa itu untuknya? Apakah Nadi boleh merasa sepercaya diri ini dan berharap bahwa kehadiran Diwa saat ini adalah benar-benar untuknya? Untuk menemuinya?

"H-hai." Diwa melangkah mendekat. Lalu buket itu benar-benar diberikan pada Nadi yang masih terlalu terkejut untuk percaya. Tangannya gemetar saat meraih buket bunga yang penuh dengan bunga-bunga biru yang Nadi tak tau apa saja jenisnya.

"Selamat ya atas gelar kamu. Saya ikut senang karna kamu sudah lulus." lagi-lagi Nadi tak bisa mengontrol gerak tubuhnya. Ia mengangguk bak robot yang kekurangan oli. Untung tidak ada suara ngek ngek yang terhasil dari gesekan antara sendi-sendi lehernya.

"M-makasih dok." gagapnya dan membuat Kalandra kehilangan kesabaran. Si anak kecil itu melangkah dengan cepat kemudian berdiri di antara Nadi dan Diwa, lalu meraih tangan keduanya agar berjabatan.

"Gini loh teh bilang makasihnya. Panggilnya juga jangan dok, tapi kakak atau mas. Ya ngga mas bro?" Kala mengangguk meminta persetujuan Diwa yang langsung dibalas dengan senyum sepakat dari dokter ganteng itu. Kepala Kala di usap bangga dengan tangan kiri Diwa yang bebas.

Sementara di sisi lain, Nadi masih terpaku sesaat setelah merasakan tangan lembut milik Diwa yang menggenggam tangannya. Perut nya bergetar seolah tengah diisi oleh banyak kupu-kupu yang berterbangan. Lamunannya terpecah saat lengannya disikut beberapa kali oleh Aura.

"Nad, ini dokternya? Kok lebih ganteng aslinya sih?" bisik Aura di telinga kanan Nadi.

"Kenalin dong Nad." kali ini Raski yang berbisik di telinga kiri Nadi. Ngomong-ngomong, tangannya masih di gengam oleh Diwa yang terlihat bingung memandanginya.

"E-eh iya d---hmm kak." pipi Nadi dijamin sudah bersemu bak kepiting rebus. Dengan tidak rela Nadi melepaskan genggaman tangan mereka dan mengepalkan tangannya erat-erat untuk menyimpan wangi Diwa. Mau mengendus saat itu juga Nadi malu, jadinya ia akan menahannya hingga memiliki waktu untuk bisa menikmatinya sendiri.

"K-kak kenalin ini temen-temen a-aku." sumpah, Nadi pasti terlihat sangat konyol saat ini. Senyumnya pasti terlihat aneh karena tiba-tiba pipinya terasa kaku saking gugupnya.

"Ini Sitta, Aura, Raski, Deo sama Nadif." Diwa dengan ramah menyapa dan menjabat satu persatu tangan teman-temannya Nadi. Senyum ramahnya benar-benar behasil mengambil napas Nadi dan teman-teman perempuannya. Tak ketinggalan Sandra, yang tak mau kalah dan ikut menjulurkan tangannya untuk berkenalan.

Lali-ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang