Archduke of Austria 5 (END)

1.4K 169 33
                                    

Disclaimer : Cerita ini adalah fiksi dan murni dari fikiran penulis. Seluruh adegan dan pemeran disesuaikan dengan kebutuhan penulis. Credits untuk seluruh gambar yang digunakan dari Pinterest. Be wise and don't throw hate into the character.

Don't forget to VoMent
Happy Reading!!!

Don't forget to VoMentHappy Reading!!!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kosong. Semua menjadi kosong saat Alicia tiba-tiba sadar dan diberitahu bahwa ia baru saja keguguran. Ia baru saja kehilangan sesuatu yang bahkan kehadirannya belum sempat ia rasakan dan sadari. Sebuah gumpalan darah seukuran setengah kepal tangan kecilnya diperlihatkan di depan mata Alicia sebelum akhirnya di kuburkan bak jasad seseorang. Sejak kejadian itu, Alicia benar-benar merasa kosong tak terisi.

Tubuhnya terasa ringan dan hampa. Seluruh organ perasanya seolah tak berfungsi dengan baik. Ucapan penyesalan dan belasungkawa tak lagi bisa ia dengar. Pelukan hangat yang diberikan oleh keluarga dan suaminya tak lagi terasa menengkan. Hanya kebingungan dan rasa jengah yang bisa ia rasakan saat ini.

"Alicia, makanlah sedikit." sejak beberapa menit yang lalu, Arthur masih terus berusaha untuk membuat Alicia makan. Sendok yang ia genggam di tangan sudah beberapa kali mengudara hanya untuk kembali mendarat di piring yang berada di atas kasur pembaringan sang istri. Sementara Alicia masih terus duduk bergeming, menatap kosong kemanapun sambil menaruh kepalanya di atas lutut yang ditekuk meringkuk.

Arthur kembali menghela napas dan menyerah. Ia meletakkan makanan Alicia menjauh di atas nakas dan kembali duduk di dekat sang istri. Tangannya terulur untuk membelai puncak kepala Alicia dengan lembut. Wajahnya dipenuhi dengan mendung sarat akan penyesalan. Jika saja ia sejak awal mencegah kepergian istrinya. Jika saja hari itu ia bisa menahan emosinya dan tidak bertengkar dengan William.

Arthur juga sedih luar biasa dengan kenyataan bahwa dirinya baru saja kehilangan calon penerusnya. Tapi untuk menunjukkan perasaan aslinya saja ia tidak bisa karena rasa tanggung jawab serta penyesalan yang berbarengan datang.

"Maaf. Aku minta maaf atas segala kesalahan ku." bisiknya lirih. Alicia masih bergeming dan tak memberikan balasan apapun.

"Aku tau semua berawal dari aku yang tidak tegas. Aku berjanji untuk menjaga mu di dalam pernikahan kita. Tapi bahkan aku seolah tidak punya kuasa untuk membela mu di depan ibu." Arthur beringsut mendekat. Ia memeluk tubuh kecil istrinya dan menumpu kepalanya di atas kepala Alicia.

"Kejadian terakhir di ruang kerja ku, aku sungguh minta maaf. Keadaannya sungguh sedang kurang baik. Pekerjaan ku untuk mempersiapkan kebutuhan pelantikan calon Kaisar baru benar-benar menyulitkan. Banyak hambatan yang akhirnya membuat ku tak memiliki banyak waktu untuk bicara dengan mu." Arthur masih terus bicara walaupun ia tidak yakin jika Alicia mendengarkan.

"Mendengar tuduhan mu hari itu, aku menjadi marah. Pagi itu Camila tiba-tiba saja datang membawakan ku teh. Awalnya aku pikir itu normal karena seluruh pelayan tau bahwa aku memang sedang bekerja semalaman di kantor. Aku pikir niatnya memang hanya untuk mengantarkan teh pagi ku." Arthur sempat tercekat sejenak saat kembali mengingat kejadian yang lalu.

Lali-ShootWhere stories live. Discover now