Toxic Handsome Man

1.1K 185 19
                                    

Disclaimer : Cerita ini adalah fiksi dan murni dari fikiran penulis. Seluruh adegan dan pemeran disesuaikan dengan kebutuhan penulis. Credits untuk seluruh gambar yang digunakan dari Pinterest. Be wise and don't put a hate into the character.

Don't forget to VoMent
Happy Reading!!!

Adis memarkirkan mobilnya sembarang tanpa peduli bagaimana jika nantinya, pihak keamanan kampus akan mengumumkan plat nomornya karena telah mengganggu proses keluar masuk kendaraan lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Adis memarkirkan mobilnya sembarang tanpa peduli bagaimana jika nantinya, pihak keamanan kampus akan mengumumkan plat nomornya karena telah mengganggu proses keluar masuk kendaraan lain. Bibirnya sibuk menggerutu redam karena napasnya sudah kembang kempis akibat kepanikan yang sudah meraja lela menguasai tubuhnya. Dengan kemampuan berlari yang tidak seberapa baik, mengingat dirinya sangat lemah di setiap bidang olahraga fisik, Adis terus memacu langkahnya menuju lapangan basket kampusnya.

"Adis bego dasar bego. Kenapa bisa telat bangun sih? Tolol banget sumpah. Ngga guna banget pasang alarm setiap 10 menit kalo masih telat bangun." Adis semakin menggerutu saat jam yang melingkar di tangan kanannya menunjukkan bahwa sekitar 10 menit lagi, jika hitungannya tepat, pertandingan final antara tim basket kampusnya dengan kampus sebelah akan segera selesai.

Dan benar saja. Setelah Adis berhasil sampai di lapangan, sebuah seruan ramai dan teriakan-teriakan perayaan sudah digaungkan. Badan kecilnya terus berusaha menyelip di antara penonton lain yang sedang sibuk dengan euforianya sehingga syukur, tidak ada yang sadar bahwa tubuh mereka sedang digeser pelan-pelan oleh sosok semungil Adis.

Adis mengambil napasnya dalam-dalam setelah berhasil menembus kerumunan dan berdiri di barisan paling depan. Pemandangan lapangan yang sudah kosong langsung menyambutnya dan membuat tubuh Adis lemas seketika. Matanya bergerak liar, mencari sosok yang seharusnya ia tonton sejak 1 jam yang lalu. 

Saat matanya bergulir ke arah deretan bench player, netra Adis langsung menangkap tim basket kampusnya yang tengah berkumpul dengan kulit yang mengkilap basah karena keringat. Adis terus menggulir matanya hingga menemukan presensi dari pemain bernomor punggung 27 yang sejak tadi ia cari-cari. 

Tangan Adis terangkat dengan senyum yang rekah sempurna saat pandangan keduanya bertemu. Lambaian tangannya seharusnya berbalas, tapi Adis sudah seharusnya realistis dan tidak boleh kecewa saat sosok itu malah membuang pandangannya, lalu tersenyum pada gadis lain yang mengulurkan minum dingin pada pemain itu.

Bak punuk yang merindukan bulan, tangan Adis jatuh ke sisi tubuh dengan perlahan. Ia bahkan harus menahan malu saat orang di kanan dan kirinya menertawainya karena terlihat menyedihkan setelah diacuhkan oleh atlet kampus mereka yang namanya cukup terkenal.

 Ia bahkan harus menahan malu saat orang di kanan dan kirinya menertawainya karena terlihat menyedihkan setelah diacuhkan oleh atlet kampus mereka yang namanya cukup terkenal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lali-ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang