Toxic Handsome Man 5

710 155 51
                                    

Disclaimer : Cerita ini adalah fiksi dan murni berasal dari fikiran penulis. Seluruh adegan dan pemeran disesuaikan dengan kebutuhan penulis, dan jika ada kesamaan nama atau tokoh yang dipakai, itu adalah sebuah kebetulan. Credits untuk seluruh gambar yang digunakan berasal dari Pinterest. Be wise and don't put a hate into the character.

Don't forget to VoMent
Happy Reading!!!

Di sebuah lorong rumah sakit terdekat dari tempat kejadian kecelakaan yang dialami oleh Catherine, terlihat satu sosok yang duduk merunduk tepat di depan sebuah ruang tunggu tidak jauh dari IGD

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di sebuah lorong rumah sakit terdekat dari tempat kejadian kecelakaan yang dialami oleh Catherine, terlihat satu sosok yang duduk merunduk tepat di depan sebuah ruang tunggu tidak jauh dari IGD. 

Setelah sampai di rumah sakit beberapa saat yang lalu, Adis sudah tidak lagi memiliki tenaga untuk mengurus administrasi dan segala keperluan terkait pendaftaran penanganan sahabatnya itu. Seluruh hal yang dibutuhkan untuk mengurus pendaftaran seperti KTP dan kartu asuransi milik Cath, juga KTP milik Adis sebagai pendamping diberikan semuanya pada pak Bambang, pemilik mobil yang dengan baik hati telah mengantar mereka ke rumah sakit.

Badan Adis masih bergetar karena ingatan tentang kondisi Cath yang tidak baik-baik saja masih melekat di kepala. Ia menundukkan kepalanya hingga menyentuh lutut. Menahan tangis yang lagi-lagi memaksa ingin keluar akibat kejadian yang membuat ia harus melihat sahabatnya sendiri berdarah-darah hingga kehilangan kesadaran. 

Dari sisi kanannya, terdengar gema langkah yang terdengar cukup kencang. Membuat Adis mengangkat kepalanya untuk melihat siapa yang datang. Saat melihat sosok Marco yang berjalan ke arahnya dengan raut yang khawatir, Adis tak bisa lagi menahan tangisnya.

Ia berdiri, menyambut tubuh Marco yang langsung mendekapnya dan membisikkan kata-kata penenang. Kakak dari Catherine itu terlihat jelas berusaha keras untuk tetap tenang agar Adis tak merasa semakin buruk.

"Sssstt, it's okay. Cath will be fine."

"Maaf, maaf Co. Gue ngga bisa nolongin Cath tadi. Kejadiannya cepet banget dan---"

"Udah udah ngga usah diinget lagi. Bukan salah siapa-siapa kok. Gue juga udah ngomong sama saksi mata tadi dan minta tolong buat ngebantuin gue bikin laporan ke polsek. Udah ya, ngga usah nangis lagi."

Adis semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh besar milik Marco. Sungguh, ia sangat amat merasa bersalah dan masih didera rasa kaget hingga tidak mampu berpikir apapun selain keadaan Cath.

Tak lama, gema langkah lain terdengar mendekat dan terlihat pak Bambang dan satu orang lagi yang kini telah berdiri di depan mereka. Marco masih merangkul pinggang Adis, takut-takut gadis itu akan luruh jatuh jika ia tak menjaganya dengan benar.

"Mas, ini KTP sama kartu asuransi mba nya. Administrasinya udah selesai di urus atas nama mba Gladys." Marco menerima berkas-berkas yang diulurkan oleh pak Bambang.

Lali-ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang