SEPULUH

27.3K 1.6K 28
                                    

🐁🐁🐁





PAGIKU CERAH MATAHARI BERSINAR
KU GENDONG SI BINTANG DIPUNDAK
SELAMAT PAGI SEMUA KU NANTIKAN DIRI MU
DI DEPAN KELAS

Eca tengah bersenandung sambil berjalan ke arah kelasnya.

"Suka lo sama nama gue?" Bintang yang tiba-tiba sudah berada di belakang Eca.

Eca menoleh cepat ke belakang. "Idih, naujissssss," julid Eca ke arah Bintang.

"Gak usah ujan lokal juga dong!" sungut Bintang kesal mengusap wajahnya.

Eca memutar tubuhnya berjalan melambat ke arah Bintang dengan senyum manis terlukis di wajahnya.

"Eh Tang, Tang, sini dulu, deh." Eca merangkul pundak Bintang walapun harus berjinjit, karena tinggi Bintang yang tidak setara dengan dirinya.

"Apa?" Telinga Bintang semburat memerah, karena jarak yang terlalu dekat dengan wajah Eca.

"Bagi duit Tang, tadi lupa minta sama Papa?" Sambil menyodorkan tangan ke wajah Bintang.

"Udah gue duga." Dengus Bintang melepaskan rangkulan, Eca pun hanya cengengesan dan mundur ke belakang.

"Nih habisin, kalo kurang minta lagi." Bintang kasih duit selembar ke Eca dan pergi begitu saja dari hadapan Eca dengan berjalan cepat.

Eca berdadah ria melihat kepergian Bintang, lalu menatap telapak tangannya. "Makas--WOI ILAH MASA DUA RIBUU, CUKUP BUAT APAAN INI!"

Eca akhirnya mengejar Bintang di koridor sampai ke kelas.

Jam pelajaran pun sudah di mulai, guru di depan sedang menerangkan sesuatu.

"Anak-anak Bapak mau kalian buat kelompok laporan, praktikum pembedahan di laboratorium, kelompoknya Bapak bagi jadi 6 orang dan Bapak yang akan menentukan kalian tidak boleh protes!"

"Kelompok A,B,C dan kelompok D Eca, Kevan, Arka, Melvin, Caca, Niel. Kelompok selanjutnya E, Kris, Gilang, Rafi, Axel Bintang, Langit dan ...."

"Ayo sekarang kalian semua Bapak tunggu di ruangan."

🐁🐁🐁

•LABORATORIUM

Mereka duduk melingkar sesuai kelompok masing-masing dan diarahkan untuk membedah tikus, yang sudah berada di meja kelompok masing-masing.

Eca mencondongkan tubuhnya ke telinga Caca yang kebetulan dia duduk di sampingnya. "Stttt ... Caca kenapa gak bawa Cici aja ke sini," bisik Eca yang terdengar oleh mereka semua.

Melvin yang tahu pun hanya diam saja mengingat kejadian itu.

Caca langsung menoleh cepat dengan wajah marah. "ECA MAU CICI MATI! ECA MAU JADI PEMBUNUH?" teriak Caca membahana.

Guru yang di depan bangun dari kursinya mengecek suara gaduh di belakang. "Ada apa dengan kalian dan siapa pembunuh?" ucap Pak Guru.

"ECA NIH PAK, MASA PELIHARAAN CACA MAU DIBUNUH JUGA!" teriak Caca bangun dari kursi seraya menunjuk Eca.

"Ini kita mau bedah tikus Caca, lebih baik kamu duduk dan diam mulutmu berisik sekali," ujar Pak Guru.

"PELIHARAAN CACA TIKUS JUGA BAPAK!" Caca memberitahu guru di depan.

Mereka semua di sana terkejut, keluarga Mahesa melihara tikus.

Eca langsung bangun. "Diam Caca, Cici ga bakal gue bunuh!" bisik Eca yang membekap mulut cempreng Caca, menyuruhnya duduk kembali dengan tenang.

ANTAGONIS URAKAN [END]Where stories live. Discover now