DUAPULUH TUJUH

13.2K 737 12
                                    

🦔🦔🦔

SETIAP PERTEMUAN PASTI ADA PERPISAHAN, BEDA LAGI KALO KETEMUNYA  SAMA KAMU.






Aneh, itu yang Eca rasakan sekarang, biasanya di meja makan ini, dia akan berdebat dengan Bintang dan berujung dibela Langit, tetapi sekarang hanya ada keheningan. Semenjak kejadian itu mereka langsung tinggal di rumah Kevan.

"Bun, Pah, Eca berangkat dulu, ya." Eca pun berangkat ke sekolah seperti biasa walau ada yang kurang tidak seperti biasanya.

-

Sekarang Eca sudah berada di depan gerbang, dia melihat abangnya sudah berada di parkiran bersama teman-temannya.

Untung mereka satu sekolah dan sekelas jadi Eca kalau kangen tidak akan susah mencari mereka.

Eca pun melangkahkan kakinya menghampiri parkiran dan mempercepat langkahnya begitu sudah dekat dengan para abangnya.

"ABANG!" Eca berlari ke arah Langit dan disambut hangat olehnya, dia langsung menubruk tubuh tegap Langit.

"Kangen," ucapnya disela-sela pelukan.

Langit tersenyum melihat tingkah Eca di dalam dekapannya. "Baru sehari,"

"Gak ada yang masakin gue mie tengah malam lagi." Dia mendongak menjulurkan bibir bawahnya menatap Langit.

Langit tersenyum dan mempererat pelukannya. Dia juga rindu Eca.

Ada yang terbakar cemburu di belakang, lalu dia melangkah maju. "Woi Abang lo bukan dia doang!"

Bintang menarik tas Eca ke belakang, hingga dia melepaskan pelukannya, lalu beralih memeluknya.

"Ga kangen," serunya dengan tersenyum jail di dekapan Bintang.

"Sialan gak kangen, tapi meluknya erat banget." Dibalas pelukan tak kalah erat oleh Bintang.

"Udah-udah di sini bukan pertunjukan teletubbies." Diseretnya tas Eca oleh Kevan ke belakang hingga terlepas dari pelukan Bintang.

"Tumben banget si lo bertiga peluk-pelukan segala?" tanya Rafi yang sedari tadi hanya memperhatikan tingkah Kakak Adik itu.

"Panjang ceritanya," jawab Langit.

"Ayo ke kelas." Melvin menarik pergelangan tangan Eca menyerobot duluan.

"Woi, main tarik-tarik aja lo Pin." Eca akhirnya mengikuti langkah panjang Melvin ke kelas, dan diikutin triger di belakangnya mengejar mereka berdua.

"Sialan Melvin udah diduluin saja." Arka berkomentar tidak terima.

Jam istirahatpun dimulai, mereka semua berbondong-bondong ke kantin, begitupun dengan Eca dan yang lain.

Mereka sudah memesan makan masing-masing dan sedang bersenda gurau di meja.

"Eca, Kris, Caca mau ngomong penting di sini," ucapnya dengan raut serius.

Kris menaikan satu alisnya. "Apa tumben?" jawabnya penasaran.

Dia menatap lurus Kris yang berada di hadapannya. "Caca mau pindah," ujarnya.

Uhuk
Uhuk
Uhuk

Eca dan Kris tersedak dengan ucapan tiba-tiba dari Caca, Eca dibantu dengan gelas dari berbagai arah, dan dia mengambil gelas pemberian Axel.

"Makasih." Hanya dibalas senyum kemenangan dari Axel untuk ditunjukan ke teman-temannya.

"Lo jangan bercanda mau pindah ke mana?" sambung Eca memandang dengan serius.

"Caca mau ikut Papi ke luar negri, tadi pagi surat pemindahan Caca, udah Caca kasih ke ruang kepala sekolah." beber Caca berusaha masih menjelaskan.

ANTAGONIS URAKAN [END]Where stories live. Discover now