DUABELAS

25.6K 1.6K 17
                                    

🌻🌻🌻






Pagi hari yang tidak ada cerah cerahnya, semenjak kedatangan Caca 3 hari lalu. Orang rumah di buat seperti pengasuh anak umur 5 tahun. Coba lihat dengan tidak tau dirinya dia mengacak-ngacak dapur bunda, dia ingin bereksperimen seperti yang di aplikasi tuktuk katanya.

Lalu lebih parahnya lagi Bintang sama Eca yang disuruh mencoba, kita berdua mana mau, diliat dari penampilannya saja sudah tidak bagus.

"Caca lo kapan pulang?" Langit bertanya terang-terangan, pusing dia melihat kelakuan sahabat adiknya ini.

"Gak mau! Papi jahat, Caca masih kesel sama dia," jawab Caca dengan emosi, karena mengingat kejadian papinya dengan tidak sengaja menginjak Cici.

"Kris lo kan pawang nih anak, tolong dong usir, capek gue ngeladeninnya," ujar Eca ke Kris di sebelahnya.

Eca mengajak pawang Caca, biar dia nurut dan pulang ke rumahnya sendiri.

"Susah, udah gue bujuk apa aja, Papinya aja nyerah apa lagi gue." Kris mengutarakan kesusahannya menghadapi Caca.

"Cici salah apa?" ucap Caca yang sudah bersekian kali-kali kalinya.

Kan, kan, melow lagi dia, pusing Eca tuh ngadepinnya.

"Cici padahal anak baik kenapa mesti keinjek, padahal Papi punya mata kaki, kenapa ga digunaiin, sih!" racau Caca dengan termenung.

"Iya gak guna, potong aja kakinya,"jawab Eca asal.

Ia mendapatkan pelototan dari semua orang.

"Lo mau dia cepet pulang ga, sih? Kalo dia di sini terus, nanti makin nyusahin." Bintang yang ikut pusing mendengarkan Caca.

"Yeeh ... nih bocah mau lo usir juga bakal balik lagi ke sini." Eca membela dirinya sendiri.

"Gimana cara ngusirnya?" bisik Langit dia juga sudah jengah dengan tangisan Caca setiap harinya.

"Ehem, Ca gue dengar-dengar di kampung sebelah ada pembagian bansos tuh," bujuk Eca semoga saja berhasil.

Semua yang mendengar itu syok, apa hubungannya usir Caca sama bansos.

"SERIUS CA? DIMANA? AYO KITA KESANA!" Caca langsung bangkit dan berjalan duluan, semua yang di situ hanya bisa menatap tidak percaya.

"KRISS CEPET AYO BAWA MOBIL, CACA GA BISA BAWA MOBIL, NANTI KITA KEHABISAN ANTRIAN AYOO" teriak Caca di depan mobil Kris.

"GEMBOLAN LO NIH CA, KETINGGALAN," ujar Eca yang tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini untuk mengusir dia.

"OH IYA, YAUDAH SINI CACA MAU LANGSUNG BALIK KE RUMAH," Caca pun balik lagi membawa tas bawaannya.

"Segampang itu ngusirnya? Kenapa ga dari kemarin-marin aja," kata Bintang lirih menatap kepergian Caca dengan miris.

Caca pun pergi bersama Kris, entahlah mereka mau ke mana mungkin mencari bansos, Eca si tidak mau ambil pusing dengan tingkah ajaib Caca.

"Lain kali kalo pilih temen yang selektif Ca," sungut Bintang menatap Eca di depan.

Dia menyatukan alisnya secara alami. "Kenapa kegitu?"

"Biar ga nyusahin!" sindir Bintang pergi begitu saja.

Eca si tidak peduli, dia juga senang akhirnya beban hidup keluarga Mahesa pergi juga kehabitatnya.

🌻🌻🌻

Keesokan paginya, Eca di bangunkan dengan membabi buta, kasurnya dijadikan trampolin oleh sahabat tercintanya Caca.

"Eca ayo bangun." Dia terus melompat-lompat.

"BISA DIEM GA LO!" Matanya masih memejam, dia melempar bantal ke wajah Caca.

"ECA KOK GITU KE CACA, CEPAT AYO CEPAT, CEPAT BANGUN ECAAAAAAAA," teriaknya lagi.

Caca dengan teganya menarik Eca dari kasur, dengan muka bantal, rambut acak-acakan dan piyama lusuh. Dia membawanya naik ke mobil Kris dengan tergesah-gesah.

"Mau kemana si kita?" tanya Eca sesudah naik di kursi penumpang belakang dengan dongkol, dia belum juga cuci muka.

"Ke pemakaman Ca," ucap Kris sekilas, lalu melihat ke depan lagi.

"HA? SIAPA YANG MENINGGAL?" Eca langsung segar begitu saja.

"Udah nanti lo liat aja." Kris langsung membawa mobilnya dengan tenang.

Sedangkan si Caca, dia tengah menangis tersedu-sedu.

"Udah Ca, iklasin namanya umur ga ada yang tau," ucap Eca menepuk-nepuk pundak Caca, iba juga dia melihat sahabatnya sedang berduka.

🌻🌻🌻

•PEMAKAMAN UMUM

"Gue turut berduka cita, ya, Ca," kata Eca di perjalanan ke arah makam.

"Iya, Eca, Caca anaknya kuat kok." Dia memutar wajahnya dengan menyakitkan.

Sampailah mereka di depan makam, dengan teganya Eca menginjak gundukan kecil yang berada di bawah kaki dia.

"ECAAA KENAPA MAKAM CICI LO INJEKKK!" Tunjuk Caca ke bawah, dia semakin nangis histeris melihat itu.

Eca terkejut langsung mundur selangkah, melihat ke bawah.

"Lho Ca, makamnya bukan yang itu." Tunjuk Eca ke makam depan, mana dia tau ada makam sebesar bonggol jagung di bawah kaki dia.

"Bukan kita tuh mau ke makam Cici!" murkah Caca dengan emosi.

"Yah Ca, sorry makam Cici jadi makam geprek," ucap Eca merasa bersalah.

"ECA JAHAT! CACA KESEL SAMA ECA!"

"YA, MANA GUE TAU, LAGIAN LO GA BILANG APA-APA MAIN BAWA GUE AJA YANG BARU BANGUN TIDUR!"

"ECA HARUSNYA LIAT, KUBURAN ITU UDAH CACA TABUR BUNGA!"

"YA, CA KAKI GUE MANA TAU ADA MAKAM SEKECIL INI,"

"DASAR, YA, ECA SAMA AJA KAYAK PAPI, DIKASIH MATA KAKI BUKANNYA DIPAKE,"

"LO KIRA KAKI GUE PUNYA BIJI MATA,"

"Udah jangan teriak-teriak, mau pada kesambet lo berdua." Kris menengahi perdebatan diantara mereka.

Akhirnya Eca yang merasa bersalah pun, menggali tanah dan menimbun ulang makam Cici.

Caca pun sudah baikan tidak menangis lagi, mereka bertiga berdoa dan pulang.



























Caca pun sudah baikan tidak menangis lagi, mereka bertiga berdoa dan pulang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



INI MURNI IMAJINASI AKU YA GUYSS
JADI TOLONG JANGAN LUPA VOTEE!!!!


    PAPAYY👋🏻

👇🏻

ANTAGONIS URAKAN [END]Where stories live. Discover now