TIGAPULUH DUA

8.9K 573 14
                                    

⛈️⛈️⛈️



HALLO AKU UP DUA BAB NIH YAKALI GA KOMEN & VOTE TEGA BANGET WKWKWK




MARIH CUSS KITA BACA🏋🏼


____________________________

"Lepasin gue!"

Kevan berontak dari Langit dan Axel yang membawanya ke markas yang berada di sekolah. Akhirnya mereka melepaskan Kevan dari genggaman membiarkan Kevan melampiaskan emosinya di sini.

"Sialan Eca dulu gue ga pernah semarah ini sama dia, padahal dulu dia selalu post foto gue di grup itu masih bisa dibilang baik, walaupun gue risih, tapi ini apa ...." Dia menatap teman-temannya tajam. "Foto gue lagi naked di ruang ganti pria! Dia tetap nekat seperti dulu, Eca ga pernah berubah dasar cewek sialan!"

Kevan menahan emosi sekuat tenaga.

Mereka semua di sana tidak terima, Eca dikatain seperti itu, tetapi omongan Kevan semua benar adanya, kali ini Eca sangat keterlaluan sungguh melewati batas.

"Tenang dulu Kevan, lo jangan marah-marah gitu ...." Melvin menatap si kembar. "Tolong urus Adik lo berdua, baru lo berdua ke sini lagi, biar Kevan sama kita," tutur Melvin melihat si kembar yang tak bergeming sama sekali.

"Lo aja, Ngit dia Adik lo," ujar Bintang memilih duduk di sofa sendirian.

Mereka yang di sana memperhatikan gelagat Bintang, ada apa dengan Bintang yang biasanya selalu membela Eca sekarang menjadi acuh.

"Lo juga abangnya kali," sambung Niel.

"Gak, cuma si Langit abangnya, gue ga sudi punya Adik kek dia." Bintang mengepalkan kedua tangannya marah menatap kosong ke depan.

"Ngit lo aja sana balik ke Eca tenangin dia dulu," ujar Axel memilih menatap Langit daripada menunggu Bintang.

Langit menggeleng pelan. "Gue juga ga mau, itu bukan urusan gue." Dia berjalan ke arah Bintang dan memilih duduk bersamanya.

Arka mendengus kasar. "Lo berdua aneh sialan!"

Akhirnya Arka yang pergi dari ruangan itu dan diikuti Niel di belakang.

"Udah lo berdua minum dulu, nih," ujar Rafi memberi kaleng minuman ke si kembar dan ditanggapi mereka.

"Udah Melvin, Axel duduk lo sini, si Kevan juga ga bakal ke mana-mana,"sambung Rafi yang ikut duduk di samping Langit.

Suara telepon di saku celana Kevan berbunyi, langsung saja Kevan melihat nama yang tertera dan menggeser tombol hijau. Kevan menerima telepon itu ternyata dari ayahnya dan mereka disuruh pulang. Selepas mematikan sambungan telepon, dia menatap si kembar.

"Ngit, Tang, ayo pulang disuruh Ayah."Kevan tanpa menunggu mereka berjalan duluan keluar ruangan tersebut meninggalkan para teman-temannya.

Langit dan Bintang mau tak mau mengikuti Kevan yang sudah berjalan duluan di depan.

Tanpa mereka sadari ada seseorang yang tersenyum kemenangan melihat itu semua.

ANTAGONIS URAKAN [END]Where stories live. Discover now