43

19.1K 751 196
                                    

MATTHEO tersedar dari lena yang panjang, sempat dia mengosok kelopak matanya bagi menjelaskan pandangannya yang terlihat kabur. Baru sahaja dia hendak bangkit, lengannya yang terasa berat membuatkan Mattheo segera memandangkan ke arah wanita yang masih tertidur pulas beralaskan lengan kekarnya.

Dia sendiri tidak sedar bila Orked tidur beralaskan lengannya. Entah mengapa Mattheo tidak merasakan marah malah dengan penuh berhati-hati meletakkan kepala Orked ke atas bantal milik wanita itu.

Mattheo bangkit lalu meregangkan tubuh sasanya. Sempat dia tersenyum senang mengingatkan kembali kejadian malam tadi, setelah hampir dua bulan menyimpan hasrat ingin menyentuh Orked akhirnya hasratnya tercapai. Dia sendiri tidak tahu kenapa selama dua bulan yang lalu, dia selalu dibayangi wajah jelita milik Orked. Meskipun dia benci dengan wanita yang telah membunuh adiknya itu namun dia tidak dapat sangkal keinginan yang bermaharajalela imgin menyentuh Orked.

Pandangan dihala ke arah tingkap. Dari balik langsir, Mattheo yakin bahawa di luar masih gelap. Pantas seluar yang dipakainya semalam diambil sebelum telefon pintarnya dikeluarkan dari poket seluar. Waktu sudah menunjukkan pukul 6 pagi menandakan tidak lama lagi di luar akan berubah terang.

Tubuh dibalik mengadap Orked semula. Wanita itu masih tertidur pulas. Seketika pandangannya dihalakan ke arah tangan Orked yang terlihat masih terikat dengan tali lehernya menunjukkan bahawa wanita itu sudah tidur dalam keadaan begitu sepanjang malam.

Entah kenapa, Mattheo tiba-tiba sahaja mendekati Orked lalu dengan perlahan-lahan tangan Orked diangkat. Lama dia merenung sepasang tangan milik wanita itu sebelum ikatan tali leher miliknya dilepaskan. Saat ikatan dilepaskan, matanya menangkap kesan merah yang berlingkar di pergelangan tangan wanita itu menandakan ikatannya semalam terlalu ketat.

Bagai hilang kendali, tangan Mattheo bergerak naik dan mengosok perlahan kawasan yang terlihat mulai berubah menjadi lebam tersebut. Wajah jelita yang masih berada di alam mimpi dipandang lama sebelum sepasang tangan milik wanita itu diletakkan semula ke atas toto lalu Mattheo bangkit dan segera memakai pakaiannya miliknya kembali.

Sempat matanya mengerling ke arah Orked sebelum kakinya diatur pergi dari bilik yang menempatkan wanita tersebut. Francis yang masih setia menjaga di luar segera menunduk hormat saat batang tubuh majikannya muncul.

"Francis," seru saat langkahnya mati.

"Tuan?"

"Belikan minyak yang boleh hilangkan lebam." Francis sedikit tersentak mendengar permintaan majikannya itu. Seketika dia dipalu rasa ingin tahu tujuan lelaki itu memintanya membelikan minyak tersebut.

"Baik tuan."

"Lepas aku selesai mandi, hantarkan aku report yang aku suruh kau uruskan dua bulan lepas. Kau tak lupa tentang tugas tu kan?" Soalnya, nada suaranya biasa namun terlihat tegas di halwa telinga Francis. Laju dia menjatuhkan kepalanya.

"Sudah tuan, nanti saya akan tinggalkan di atas katil tuan."

Mattheo sekadar mengangguk sebelum melangkah pergi menuju ke biliknya di tingkat atas. Sempat dia mengurut-urut lehernya yang masih terasa pegal, mungkin kerana tempat tidurnya yang berubah malam tadi.

MATTHEO mengetap gigi kuat sehingga rahangnya terlihat bergerak-gerak menandakan dia sedang diamuk rasa marah. Beberapa keping gambar yang terlihat di atas meja dipandang tajam, pegangan di kertas semakin dikuatkan sehingga terlihat renyuk di sekitar kawasan kertas tersebut.

Wajah Mattheo terlihat tegang. Rasa seakan penghawa dingin di dalam bilik tidurnya saat ini tidak mampu membuatkan hatinya sedang terbakar dengan api kemarahan dapat dipadamkan dengan rasa sejuk tersebut.

MRS MATTHEO KNIGHTWhere stories live. Discover now