Between You And Me [END]

By neshzllnn_

12.9K 887 20

Shierra kembali setelah 10 tahun, ia meninggalkan rumah yang dahulu ibunya bekerja disana, sampai dia punya s... More

•Prolog
•One•
•Two•
•Three•
•Four•
°Five°
•Six•
°Seven°
•Eight•
°Nine°
•Ten•
°Eleven°
•Twelve•
°Thirteen°
•Fourteen•
°Fifteen°
•Sixteen•
°Seventeen°
•Eighteen•
°Nineteen°
•Twenty•
°Twenty-one°
•Twenty-two•
°Twenty-three°
•Twenty-four•
°Twenty-five°
•Twenty-six•
°Twenty-seven°
•Twenty-eight•
•Thirty•
°Thirty-one°
•Thirty-two•
°Thirty-three°
•Thirty-four•
°Thirty-five°
•Thirty-six•
°Thirty-seven°
•Thirty-eight•
°Thirty-nine°
•Fourty•
°Fourty-one°
•Fourty-two•
°Fourty-Three°
•Fourty-Four•
°Fourty-five°
•Fourty-Six•
°Fourty-Seven°
•Fourty-Eight•
°Fourty-Nine°
•Fifty•
°Fifty-One°
•Fifty-Two•
°Fifty-Three°
•Fifty-Four•

°Twenty-nine°

142 10 0
By neshzllnn_

"Rencana berjalan sukses."

Hanna yang masih duduk di meja starbuck menutup telpon nya dan tersenyum licik disana.

Di belakangnya berdiri dua bodyguard, yang memberikan ponsel tadi kepadanya.

Sedangkan sang penelpon di sebelah sana, seorang wanita menghapus air matanya sambil tersenyum licik.

"Akhirnya aku berhasil membuat mereka menjauh."

•••

Setelah sampai rumah besar itu, Shierra berlari masuk kedalam menuju kamarnya.

Pintu rumah besar itu terbuka lebar karena kebetulan banyak pelayan yang sedang membersihkan halaman rumah, serta pekarangan rumah yang sangat luas itu.

Para Pelayan terheran-heran melihat Shierra yang berlari masuk kedalam rumah sembari menangis. Tak lupa Shierra juga menggebrakkan pintu dengan keras pertanda dia sedih dan marah.

Di balik pintu kamarnya, Shierra terduduk di lantai, menekuk kedua lututnya dan menangis.

Kenapa semuanya tampak sama saja?

Kenapa semua orang keliatan jahat padanya?

Apa salahnya?

Jika benar Shierra punya perasaan pada Rey. Apakah ini salahnya?

Bahkan Shierra tidak tau kenapa dia bisa suka dengan Rey dan sangat sulit baginya menghapus rasa itu.

Shierra memegang dadanya dengan tangan nya, sambil menangis dia memukul-mukul dadanya, merutuki hatinya yang bisa sayang dengan orang yang salah.

Sebenarnya hatinya cukup berani untuk sayang dengan pria bernama Rey. Namun sayangnya dirinya tidak.

Shierra terlalu takut dengan segala Resiko yang nanti menimpa nya, dia tidak ingin hatinya sakit lagi karena orang terdekatnya seperti pada Ayahnya saat itu.

Shierra berdiri dari duduknya, masih dengan tangisan nya. Dia meraih handphone samsung retaknya, berusaha menyalakan nya. Setelah menyala dia segera menekan tombol seseorang yang sangat penting baginya.

Karen, siapa lagi jika bukan dia?

Di dering pertama, Karen langsung mengangkat telepon darinya.

"Hallo, karen." Ucap Shierra, nadanya terdengar sangat pelan sekali.

"Hallo? What's going on in there? Why are u crying Shierra?" Terdengar Suara panik dari sebelah sana.

Shierra tidak menjawab, dia terus menangis sambil memeluk handphone nya. Berusaha merasakan jika yang ia peluk itu adalah Karen sekarang.

Karena menghela nafas di sebrang sana, sangat terdengar sekali.

"Menangislah jika itu membuatmu lega. Jika kau belum siap untuk menceritakan hal itu sekarang jangan ceritakan hal itu padaku." Ucap Karen Kemudian.

"Hiks, apa aku orang jahat Karen?" Karen mengangkat sebelah alisnya bingung, kenapa tiba² Shierra bertanya hal itu sambil menangis.

"Tidak, tapi kenapa kau bertanya hal seperti itu?" Tanya Karen lagi di sebrang sana.

Shierra tidak menjawab dan terus menangis terisak sambil menunduk.

"Shierra! Kau membuatku Khawatir, Cepat katakan apa yang terjadi?!" Teriak Karen. Di sebrang sana, dia mengigit bibirnya merasa khawatir sambil mengenggam telepon nya di telinga.

"Aku di ajak jalan-jalan dengan Ibunya Rey." Ucap Shierra sangat-sangat pelan.

"Lalu?" Tanya Karen nadanya sekarang sama pelan nya dengan Shierra.

"Lalu dia berkata, aku harus melupakan Rey. Seakan-akan dia tau apa yang aku rasakan terhadap Rey." Shierra tidak dapat menahan tangisan nya saat mengatakan hal itu, sangat sakit menurutnya.

Karen di sebrang sana menghela nafas, dia tau pasti hal ini akan terjadi tidak berapa lama.

"Sudah kuduga. Kan sudah ku katakan seharusnya kau tidak usah dekat-dekat dengan Rey lagi karena aku tau nantinya akan seperti ini." Ucap Karen Pelan, niatnya hanya memberi nasihat pada Shierra namun Shierra terlihat tidak suka di sebrang sana.

"Tapi melupakan seseorang itu ga gampang Karen!" Teriak Shierra, kepalanya ia telungkupkan ke bantal berusaha meredam suara tangisnya yang sangat kencang.

"Okey-Okey. Aku mengerti, bagaimana jika kau berusaha untuk menghindarinya?" Suara Karen masih terdengar di telinga Shierra.

"Sudah ku lakukan." Ucap Shierra di balik bantalnya.

"Hasilnya?"

"Sama saja tidak ada yang berubah, dia malah semakin mendekatiku."

"Ini cukup Rumit."

"Memang."

"Bagaimana jika kau mengikuti kata hatimu saja? Kau cukup nikmati dan merasakan alur ini dan melakukan apa yang menurutmu benar."

"Aku tidak menikmati ini, ini rasanya sungguh menyesakkan dan sangat-sangat sakit. Aku tidak suka ini."

"Lalu kau maunya apa?"

"Tidak tau." Ucap Shierra menghela nafas bingung.

"Kau terlalu takut dengan segalanya Shierra. Bisakah kau beranikan dirimu sedikit saja?"

"Maksudmu? Tentang apa?"

"Tentang semuanya."

"Maksudmu aku penakut, begitu?"

"Yep."

"Mengapa kau berpikir aku seperti itu?"

"Karena hatimu sangat berani untuk mencintai seorang Rey, namun dirimu belum siap dan belum berani untuk menerima konsekuensi jika kau juga suka dengan Rey."

Kata-kata itu membuat Shierra terdiam, hening. Dia memikirkan perkataan yang di lontarkan Karen tadi.

"Ingat Shierra, mencintai seseorang itu butuh pengorbanan. Hatimu sudah sangat berani untuk di korbankan tapi tinggal dirimu. Semuanya ada di dirimu, renungkan lah hal itu. Aku akan kembali bekerja sebentar lagi, Bye sayang! Telpon aku jika ada apa-apa lagi." Dan telpon pun terputus.

Shierra masih termenung mendengarkan setiap kata-kata Karen yang menurutnya sangat-sangat benar.

Shierra mengepalkan kedua tangan nya, yap! Dia harus sedikit lebih berani Ralat! Dia harus berubah dan belajar jadi lebih berani!

•••

"Shierra, Tuan Rey sudah menunggu di ruangan nya." Aku menatap pelayan yang sudah berlalu sambil mengatakan hal tadi kepadaku.

Aku baru saja keluar kamar dan sudah ada panggilan darinya?

Aku menghela nafas lelah, membereskan Dress hitam putih pelayan yang sedang ku kenakan dan berjalan menuju ruangan nya.

Aku menempelkan tanda pengenal rumah ini di dekat pintu dan terdengar bunyi cklek dari pintu itu.

Aku membuka pintu itu pelan dan masuk ke dalam ruangan nya yang terlihat sangat maskulin dan tentunya sepi.

Udara di dalam sini tiba-tiba menjadi sangat dingin saat mataku bertemu dengan matanya yang sedang duduk di meja kerjanya.

"Kau sudah membereskan barang-barangmu?" Aku menaikkan sebelah alisku saat ia membuka Topik pembicaraan dengan berkata seperti itu.

"Maksudmu?" Tanyaku bingung.

"Kita pergi dari sini." Aku langsung mengingat kejadian dimana dia akan merekrutku untuk kerja di rumahnya menjadi pelayan nya.

"Ini terlalu mendadak." Ucapku berusaha menolak.

"Mendadak? Aku rasa tidak ini sudah hari sabtu lagi pula. Aku akan kembali ke rumahku dan kau ikut aku." Dia bangkit dari meja kerja nya berjalan menuju ke arahku.

Langkahnya terlalu cepat, aku tidak ingin berdekatan dengan dirinya dulu.

Aku mundur dua langkah memberi jarak pada kita berdua, tiba-tiba Atmosfer di sekelilingku berubah menjadi menegangkan itu akibat tatapan tajam nya yang ia berikan padaku.

"Apa kau mencoba menolakku lagi, Shierra?" Aku menggigit bibir bawahku dengan gugup.

"Uhm..." Dia semakin berjalan mendekat dan aku semakin memundurkan langkahku.

"Kau harus ikut denganku, jika tidak. Kau tidak akan bisa bekerja lagi, karena surat kerjamu sebagai pelayan sudah berada di tanganku. Mau kau bekerja kemanapun tidak ada orang yang mau menerima mu kecuali memang kau sudah bukan pelayanku, bahkan kau bisa terusir dari sini jika tidak ikut denganku." Dia berbicara dengan tatapan tajam nya menghadapku.

Ah dia sedang mengancamku.

Aku mundur dua langkah berusaha mengatur degup jantungku yang tak karuan karena dia terus-terusan mendekat.

"Kau harus setuju, Shierra." Ucapnya yang mendekat lagi ke arahku tidak lupa wajahnya berhadapan denganku.

Aku menahan nafas karena jarak wajah kami begitu dekat, bisa kupastikan wajahku memerah sekarang ini.

Aku memalingkan wajahku cepat menghindari dirinya.

Ok, dia mengancamku seperti itu. Tampak menyeramkan sekarang.

"Baiklah! Baiklah! Aku ikut!" Teriakku menyerah dan mendorong dada bidangnya dari hadapanku lalu berusaha menghirup Udara sebanyak-banyak nya.

Atmosfer di sekitarku kembali normal tidak seperti tadi.

Dia tersenyum miring, merasa menang. Aku tersenyum sebal sambil berbalik badan ingin pergi dari hadapan nya segera.

"Cepat bereskan perlengkapanmu sekarang." Aku memutar kedua bola mataku sebal mendengar perintahnya.

Saat aku ingin keluar dari ruangan nya ia menambahkan beberapa kata yang membuat diriku tambah malu.

"Oyya, Pipimu seperti kepiting Rebus sangat lucu tadi." Kekehnya ringan membuat diriku menutup pintu dengan kencang.

Continue Reading

You'll Also Like

MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.7M 63K 28
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
Queen of Artanta By ...

Historical Fiction

85.9K 8.7K 14
Spin off; Ken & Cat Bagi sebuah kerajaan, pewaris tahta adalah segalanya. Oleh karena itu, untuk menjaga keberlangsungan kekuasaan, Pangeran Albern y...
6.9M 292K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.9M 329K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...