Wound In A Smile [On Going]

By YesiAgustinaAgustina

5.7K 1.1K 242

[BIASAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] ❗PLAGIAT DIHARAPKAN MENJAUH❗ ⚠️MENGANDUNG BAWANG ⚠️ ___ ___ ___ ___ ___ ___... More

Prolog♡
1.♡
2.♡
3.♡
4.♡
5.♡
6.♡
8.♡
9.♡
10.♡
11.♡
12.♡
13.♡
14.♡
15.♡
16.♡
17.♡
18.♡
19.♡
20.♡
21.♡
22♡
23♡
24.♡
25♡
26♡
27♡
28♡
29♡
30♡
31♡
32♡
33♡
34♡
35♡
36♡
37♡

7.♡

153 44 4
By YesiAgustinaAgustina

Tidak dianggap, tapi selalu dibutuhkan. Semuanya abu-abu.

***

Pagi hari, bahkan ketika matahari masih malu-malu keluar dari persembunyiannya Yossi sudah hampir sampai di sekolah. Tak peduli kalau pintu gerbang masih dikunci ataupun jalan sampai saat ini masih sepi. Yossi tenang walaupun hanya angin yang menemani.

Kali ini, Yossi berangkat jauh lebih pagi dari hari sebelumnya.

"Non!"

Suara itu berhasil membalikkan tubuh Yossi. Seorang lelaki paruh baya keluar setelah memarkirkan mobil di samping Yossi berdiri.

"Mang Le?"

"Iya, Non. Masa iya lupa sama mamang." Laki-laki itu berseragam hitam, namanya Galih tapi lebih akrab dipanggil Mang Le.

"Mang Le ngapain ke sini? Pagi banget lagi." Yossi bertanya akan ketumbenan lelaki ini. Pasti Mang Le datang dengan sebuah maksud.

"Tuan bilang, Non harus pulang hari ini."

"Pulang? Bukannya aku gak dianggep bahkan diusir dari rumah sendiri? Lagian aku gak sempet beres-beres buat pulanh." Yossi menolak mentah-mentah. Pulang ke rumah adalah hal yang paling dimalaskan gadis ini.

"Desta sakit, jadi dia minta Non Ci pulang untuk ngerawat Desta. Nanti mamang yang beresin barang-barangnya, ya?" bujuk Mang Le walaupun tahu kalau anak majikannya yang dipanggil Non Ci ini sangat keras kepala.

"Papa kan banyak uang. Masa bawa Desta si pelakor itu berobat aja gak bisa? Sedangkan bayar pelacur semudah metik daun." Yossi menyorotkan mata dengan marah.

"Non, kalau bukan demi tuan ataupun Desta, anak Mang Le satu-satunya, Non Ci pulang demi Mang Le, 'ya?"

Yossi tertegun mendengar Mang Le memohon demi kepulangannya. Selama ini hanya Mang Le tempatnya mengadu bila punya masalah. Mang Le adalah orang pertama yang akan membantunya ketika dalam masalah melebihi dari status orang tua.

Meskipun Mang Le adalah mertua dari ayahnya.

"Oke. Tapi aku pulangnya malem. Aku mau ke rumah temen sambil ngerjain tugas. Mang Le jemput jam delapan malem di depan kontrakan, 'ya?" ucap Yossi terpaksa menyerahkan kunci kontrakannya agar Mang Le bisa masuk dan membereskan barang-barangnya.

Sebenarnya Yossi benci pulang, tapi dia juga tidak tega dengan Mang Le yang memohon kepulangannya. Walaupun di balik ini terdapat Desta.

Dengan langkah gontai Yossi kembali berjalan. Semangatnya menjalani hari semakin menipis ditambah ketika Mang Le datang membawa kabar untuk segera pulang.

Sampai hari beranjak siang dan istirahat sudah tiba, Yossi berdiri di sisi meja. Mengabaikan manusia yang sibuk keluar menuju kantin. Dalam kelas dia tak sendiri, ketiga pengacau masih setia di sana sambil membahas tugas kelompok.

Levin membahas buku yang harus dibawa, sementara Bio meminta supaya Levin menghidangkan cemilan. Dan Dimas hanya menurut, sama seperti Yossi.

"Yos, duduk di sini. Biar gue yang duduk di bangku lo," seru Bio berpindah tempat, duduk di bangku Yossi.

Yang tidak diizinkan duduk di sana selama tidak ada guru kan Yossi, bukan Bio.

"Udah jangan malu-malu. Lo kan anggota kelompok Levin juga," timpal Dimas setuju dengan ide Bio.

Yossi duduk dengan ragu di sebelah pemuda yang enggan untuk meliriknya.

"Vin." Suara Yossi terdengar lirih. Kepalanya ditolehkan pelan, "Nanti langsung ke rumah kamu aja, ya? Gak usah mampir ke kontrakan."

"Terus, lo ngerjain pake apa? Nebeng juga?" kesal Levin mengangkat alisnya sebelah.

Kemarin, Yossi yang bersikeras meminta agar Levin mampir ke kontrakan terlebih dahulu, dengan alasan tidak mau membawa yang berat-berat ke sekolah. Setelah disetujui, hari ini rencananya diubah mendadak.

Plin plan!

Yossi kembali ke bangkunya, mengeluarkan beberapa buku dari dalam laci dan meletakkannya di atas meja Bio.

"Aku udah bawa bukunya, lengkap. Rencananya diubah aja ya, Vin?" pinta Yossi memainkan jarinya di atas buku.

"Sok rajin lo! Terserah dah," ucap Levin berdiri untuk keluar dari kelas. Sudah pasti jengah menghadapi seorang wanita walaupun akhirnya ia menurut.

"Dim, Bi. Ke kantin yuk? Beli pempek," ajak Levin berjalan lebih dahulu.

Kelas mulai sepi, di luar kelas ramai murid lain berbincang dengan teman masing-masing. Sementara Yossi? Yossi benci sendiri, tapi dia juga tak suka keramaian. Rasanya dia ingin cepat-cepat pulang. Tapi pulang ke rumah juga sangat dia benci.

Ternyata semua serba salah.

Setiap detik dan menitnya waktu berjalan, Yossi lalui bersama rasa bosan. Tidak ada yang mengajaknya bicara, dia mengajak pun tidak. Seakan hari ini adalah hari abu-abu tanpa warna.

[Luka]

Masih dengan seragam sekolah Yossi ikut pergi ke rumah Levin. Sesampainya mereka disambut ramah, kemudian duduk di ruang tamu.

Yossi menatap setiap sudut ruangan yang dindingnya dipajangi beberapa bingkai poto. Namun, tidak ada satupun poto wanita di antaranya. Sementara pemilik rumah naik ke atas, mungkin ingin mengganti baju.

"Kenapa, Yos? Heran ya, gegara gak ada poto nyokap Levin?" Diam-diam Dimas memperhatikan gerak-gerik Yossi.

Dimas dan Bio sudah biasa di sini, mereka tidak heran lagi dengan yang diherani oleh Yossi.

"Eum, iya." Yossi membenarkan tebakan Dimas.

"Gue yakin, Yossi kagum ama Levin. Hiyaaaa ...." tebak Bio asal-asalan. Bukan Bio namanya kalau keusilannya tidak bisa membuat orang jengkel.

Yossi kembali memasang wajah datar.

"Eh, Monyet. Ada bokap Levin," lapor Bio melihat Barun-- ayah Levin yang baru saja keluar dari mobil.

Yossi hanya menoleh sekilas pada pria paruh baya yang berjalan ke arah rumah. Selanjutnya Yossi kembali memainkan game di handphone. Bukan Mobile Legend, Free Fire atau semacam game online lainnya, melainkan sebuah game offline Tom Friends yang sering Yossi mainkan.

"Wah, Bihun Emas ternyata di sini." Barun tersenyum lebar memperlihatkan sederet gigi kuningnya yang besar-besar. Tapi senyuman itu perlahan pudar saat melirik gadis berseragam sekolah yang tengah duduk di sofanya.

"Eh, Om Barun," serempak Bio dan Dimas menjawab, seakan ini adalah kebiasaan mereka.

"Dia Yossi, murid baru, namanya ada di urutan absen terakhir yang jadi pelengkap kelompok kami. Harusnya kan cuma kelompok kami yang isinya tiga orang, Yossi jadi keempat, Om," jelas Dimas panjang lebar tanpa harus menunggu pertanyaan dari Barun.

"Lo ternyata peka ya, Nyet," timpal Bio sambil bisik-bisik sebelum Barun menjawab 'oh'.

"Di rumah saya wanita itu sama seperti pembantu. Jadi siapapun wanita yang dibawa Levin, entah itu temannya, pacarnya atau siapa saja yang menjadi tamu harus ke dapur," seru Barun menatap tajam gadis yang duduk diam di tempat.

"Buat minuman sana. Jangan ngandalin pembantu di rumah ini!" tambah Barun sedikit membentak. Yossi tertegun, jarinya yang asyik main game berhenti.

"Tap--"

"Tidak ada tapi-tapi!" Barun memotong kata-kata Yossi, "Ini rumah saya, jadi siapapun Anda tidak boleh membantah ataupun menyanggah."

Lelaki itu menghentakkan kaki pergi tanpa merasa bersalah.

Hati Yossi rasanya teriris. Lagi-lagi seorang pria, muda ataupun tua tidak menghargainya layaknya seorang wanita.

Apa kata Barun tadi? Pembantu?

Tamu adalah raja. Posisi Yossi di sini adalah tamu, lalu kenapa bergeser menjadi seorang pembantu? Itupun tanpa gaji.

Anak sama bapak sama saja. Sama-sama tak berhati. Yossi jadi ragu kalau pembantu sebenarnya di rumah ini digaji dengan cukup atau kurang.

"Ya Tuhan. Kenapa kau hadirkan orang-orang seperti ini dalam hidupku? Kenapa aku selalu kau pertemukan dengan laki-laki tak berhati ini?"

Bersambung ....

Jangan lupa votement-nya, readers! Jangan jadi pembaca gelap😉.

Terus baca Wound In A Smile dan share supaya banyak yang membaca🤗.

Sampai jumpa di part selanjutnya ....

Komen next👇👇.

Nona Bakso

Continue Reading

You'll Also Like

787K 58K 62
Namanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka...
2.1M 97.8K 70
Herida dalam bahasa Spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
HER LIFE By hulk

Teen Fiction

7.4M 364K 64
Sudah terbit di Glorious Publisher. Dia, gadis culun yang dibully oleh salah satu teman seangkatannya sampai hamil karena sebuah taruhan. Keluarganya...
4.3M 97.6K 48
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+