Affected [COMPLETED]

By tenfullsun_

58.2K 7.6K 4.4K

"Jadilah pacarku, hanya 6 bulan. Kau bisa mengatur kontraknya." - Jung Jaehyun (Completed) (Berlanjut ke Dadd... More

Coffe
He Was My Ex
Agreement
First Meeting
Late Night Date
Healing
Trouble
Sunday Morning
Apple Cheeks
Daddy's Little Girl
Lost
Premenstrual Syndrome
Fellow
Encounter
Special Chapter: Missing (U)
Persevere
Spesial Chapter: Cousin
No Manner
Revealed
Special Chapter: Hangover
He Loves Her
Baby
Runaway
Unfulfilled Promises
High Tension
Decision
Daydream
He (Still) Loves Her
Dreams Come True
Sorry
Daddy's
Reconciliation
Final Chapter: Her
New World

Special Chapter: Babysitting

1.2K 186 172
By tenfullsun_

Sesuai janji, tema chapter ini adalah request dari salah satu reader.

p.s.
ini bukan what-if karena chapter ini adalah sedikit bocoran di masa depan hehe

🍑🍑🍑

Pukul 7 pagi Ahra sudah ada di rumah Hyunji. Tadi pagi-pagi sekali Hyunji menelponnya, meminta bantuan Ahra untuk menjaga anaknya hanya sampai nanti siang. Ahra juga tidak tahu kenapa Hyunji bisa mempercayai dirinya untuk mengurus si kecil Jiae. Hyunji bilang ia harus menghadiri pemakaman neneknya dan ia tidak mau pergi ke sana membawa Jiae yang masih kecil. Ia takut Jiae rewel saat melihat banyak orang, hal itu pasti juga akan mengganggu suasana berkabung di sana.

Awalnya Ahra menolak karena jujur ia tidak memiliki banyak pengalaman mengurus bayi. Sebenarnya ia suka dengan anak kecil, adik sepupunya yang masih kecil-kecil saja suka sekali menempel padanya. Namun untuk ukuran bayi, apalagi bayi itu baru berusia lima bulan, Ahra masih takut jika harus mengurusnya sendirian. Bagaimana jika dia sampai salah menggendong, bagaimana jika bayi itu menangis, Ahra takut jika ia tidak bisa menenangkannya. Untuk sekarang mungkin ia bisa tenang karena Jiae sedang tidur.

Untuk mengisi waktunya, Ahra membuka ponsel, membaca kembali pesan yang dikirim Hyunji untuknya. Mungkin lebih tepat jika itu disebut catatan karena di sana Hyunji menuliskan semua yang berhubungan dengan Jiae. Mulai dari lemari popoknya, persediaan susu asi untuk Jiae, sampai cara mengganti popok jika bayi perempuan itu buang air. Ahra harus menghafalkannya, ia tidak mau panik dan bingung jika tiba-tiba nanti Jiae rewel.

Setelah membaca berkali-kali sambil mengecek barang-barang Jiae, Ahra kembali ke tempat di mana bayi itu tidur.

"Hei cantik, sudah bangun ternyata." Ahra tersenyum pada bayi mungil itu.

Entah kenapa ia merasa melihat Doyoung dalam versi kecil saat melihat mata Jiae. Pipinya yang bersemu kemerahan membuatnya terlihat sangat menggemaskan. Itu juga sedikit mengingatkannya pada foto Jaehyun waktu kecil yang pernah dilihatnya di rumah pemuda itu. Kalau saja tidak ingat jika bayi itu bisa saja menangis, Ahra pasti sudah memainkan pipinya yang seperti squishy.

Lama mereka saling berpandangan, bayi itu menatapnya sambil beberapa kali berkedip seolah sedang berusaha mengenali siapa perempuan di depannya ini.

"Kau tidak ingat denganku hm?" Ahra mengusap lembut pipi Jiae.

"Wajar sih kalau kau tidak ingat, terakhir kita bertemu kan mungkin dua bulan yang lalu." Ahra tersenyum tapi tidak berlangsung lama saat menyadari perubahan ekspresi bayi itu. Dalam hitungan detik bayi itu menangis.

"Hey, kenapa? Apa kau lapar?" buru-buru Ahra mengambil botol susu Jiae dan memberikannya, sayangnya Jiae menolak. Ia tidak mau minum susunya. Ia mencoba menggendong bayi itu dan menepuk punggungnya pelan supaya lebih tenang tapi tidak berhasil juga. Dia lalu mengambil ponselnya untuk menghubungi Hyunji.

"Hyunji ini bagaimana? Anakmu menangis."

"Ck, berikan susunya, mungkin dia haus."

"Sudah, tapi dia tidak mau."

"Coba kau gendong dulu sebentar, Jaehyun mungkin sebentar lagi sampai."

"Jaehyun ke sini?" Ahra bertanya memastikan.

"Iya. Dia harus kerja hari ini, ada proyek yang tidak bisa ditinggal jadi tadi dia cuma sebentar di sini. Lagipula dia kan-"

"Ahra?" Ahra menoleh saat mendengar suara Jaehyun.

"Jaehyun sudah sampai. Sudah dulu ya." Ahra segera menutup telponnya setelah Hyunji membalas.

"Jiae sayang? Kenapa menangis? Ayo ikut ayah." Jaehyun mengambil Jiae yang sedang menangis dipelukan Ahra. Pemuda itu lalu duduk di sofa dan meletakkan Jiae di dadanya, sambil menepuk-nepuk pelan punggung bayi itu. Ajaibnya tangis Jiae berangsur berhenti.

"Maaf aku tidak bisa menenangkannya." Jaehyun tersenyum melihat wajah Ahra yang lesu.

"Duduklah di sini." Jaehyun menepuk tempat di sampingnya.

"Jiae memang suka sensitif kalo bertemu orang baru, kau sih jarang ke sini."

"Aku kan sibuk."

"Aku juga sibuk."

"Tapi rumahmu kan di sini, kau bisa bertemu dengannya setiap hari." Jaehyun hanya tertawa menanggapi protes Ahra.

"Nah, sekarang coba kau gendong lagi." Jaehyun menyerahkan kembali Jiae kepada Ahra, mendudukan bayi itu pelan-pelan ke pangkuan Ahra.

"Maaf ya aku tidak bisa lama. Jiae di sini sebentar ya dengan tante." Jaehyun mengusap pipi gembul Jiae. Bayi itu mengerjap sebentar seperti memahami perkataan Jaehyun, ia kembali menatap Ahra dengan wajah yang masih merah bekas menangis.

"Nanti kalau dia menangis lagi bagaimana?"

"Coba lakukan seperti yang tadi aku lakukan. Jiae suka dipeluk seperti itu. Coba saja."

Menuruti kata-kata Jaehyun, Ahra menaruh Jiae di dadanya, membiarkan bayi itu bersandar padanya sambil mengusap-usap pelan punggungnya. Tapi tidak seperti kata Jaehyun, bayi perempuan itu tidak mau diam, malah terus mengangkat kepalanya untuk melihat Ahra.

"Sepertinya dia tidak mau kupeluk." Ahra kembali mendudukkan Jiae di pangkuannya.

"Pelukanmu tidak senyaman punyaku," cibir Jaehyun kemudian bergumam pelan, "karena punyamu mengganjal."

Ahra mendelik, "Kau tadi bilang apa?!"

"Apa? Aku tidak bilang apa-apa."

Ahra tidak puas dengan jawaban itu. Ia yakin tadi Jaehyun bilang sesuatu yang mencurigakan, tapi belum sempat ia bertanya lagi, Jaehyun kembali menginterupsi.

"Sepertinya dia lapar, kau tidak sadar ya tangannya dari tadi menepuk punyamu terus."

"Apanya?"

"Itu," cicit Jaehyun sambil mengendikkan dagunya. Ahra mengikuti arah pandang Jaehyun yang tepat mengarah ke tangan Jiae yang berada di dadanya, berusaha menarik baju Ahra.

Astaga benar-benar Jung Jaehyun!

PLAK

"Aww, kenapa aku dipukul?!"

"Kau memang pantas dipukul!"

"Eung hiks~"

"Hei lihat, dia mau menangis lagi. Kau mau ke mana? Aku harus apa Jaehyun?!" Ahra tertanya panik pada Jaehyun. Pemuda itu ternyata pergi mengambil susu Jiae yang ada di atas kasur. Sembari memberikan susu itu pada Jiae, Jaehyun kembali mengejek.

"Dia menangis karena kau memukul ayahnya. Kalau begini saja kau sudah panik, bagaimana jika nanti sudah punya bayi sendiri?" Jaehyun tersenyum sarat dengan tatapan mengejek.

"Gampang, besok kan ada ibu yang membantu."

"Ck, dasar manja."

"Tidak usah cerewet. Sudah sana pergi, katanya kau ada proyek penting."

"Kenapa kau jadi mengusirku?" Alis Jaehyun bertaut tidak terima. Namun sebelum kembali melancarkan protesnya sebuah suara menginterupsi, "Jiaeyaa~"

"Oh itu Hyunji, kenapa dia cepat sekali sampai?"

"Rumah dukanya kan tidak jauh dari sini."

"Jaehyun, kenapa masih di sini?" Hyunji langsung bertanya saat melihat sosok Jaehyun masih di sana.

"Jiae tidak mau diam kalau tidak ada ayahnya."

"Sekarang sudah ada ibunya, sudah sana pergi. Katanya kau ada proyek penting, ingatlah kau harus rajin bekerja. Dalam membina rumah tangga itu dibutuhkan banyak uang." Hyunji menasehati sambil berkacak pinggang, ekspresinya lebih mirip seperti ibu kos galak yang sedang menagih tunggakan uang kos.

"Dimana-mana orang berumah tangga itu butuh banyak cinta. Jiae, kenapa ibumu matre sekali?" Jaehyun bertanya pada Jiae yang sedang asik minum botol susunya. Sekarang bayi itu sudah berganti posisi tiduran di tangan Ahra sambil memegang botolnya sendiri.

"Ck, cinta? Makan saja sana cinta. Beli rumah dan popok juga dengan cinta." Hyunji tentu saja tidak mau kalah. Sementara Ahra sebagai penonton perdebatan itu, mencoba untuk tidak tertawa terlalu heboh karena takut mengganggu Jiae.

"Kau jadi semakin galak setelah menjadi ibu. Tidak kasihan dengan suamimu apa? Ahra besok kau jangan seperti itu ya?"

"Cih, benar-benar." Hyunji mencibir.

"Semua itu tergantung situasi nanti." Ahra tertawa membuat Jaehyun kembali bermuka masam. Percuma dia melawan ibu-ibu dan calon ibu-ibu. Ahra saat pms saja sensitifnya mengalahkan pantat bayi apalagi saat sudah menjadi ibu nanti. Jaehyun menolak membayangkannya sekarang, ia harus segera pergi bekerja untuk mengumpulkan pundi-pundi uang sekarang.

"Ya sudah aku pergi dulu."

"Iya sana, semoga lancar ya." Hyunji mendorong tubuh Jaehyun keluar kamar, membuat Ahra kembali tertawa melihat kelakuan dua orang itu. Mungkin karena mereka sudah bersama sejak kecil jadi beradu mulut seperti itu sudah biasa, seperti dirinya dan Ten.

"Hati-hati Jaehyun!" Jaehyun hanya melambaikan tangan tanpa menoleh.

"Aku tahu ini terdengar konyol, tapi jujur aku masih sering cemburu melihat kalian berdua." Seperti saat tiba-tiba guru mengatakan ada kuis dadakan, Ahra tidak tahu harus bagaimana merespon pengakuan Hyunji yang tiba-tiba. Jadi gadis itu hanya bisa tertawa kaku.

"Tidak usah canggung begitu."

"Tidak, aku cuma tidak tahu harus merespon bagaimana. Tapi aku paham apa yang kau rasakan Hyunji." Ahra menjelaskan. Suasana terlanjur canggung jadi Hyunji segera mengalihkan topik.

"Karena sekarang Jiae sudah tidak menangis, aku kembali lagi ya? Kau sudah makan belum? Ini sudah mau masuk jam makan siang, mau kupesankan sesuatu?" Hyunji bertanya pada Ahra.

"Hng? kukira kau sudah selesai dari sana."

"Tidak, aku cuma ingin mengantarkan susu asi Jiae sekalian mengeceknya. Sekarang aku harus kembali lagi. Tolong jaga Jiae dulu ya, Jiae sayang ibu pergi dulu." Hyunji mencium pipi Jiae sekilas.

"Nanti kalau yang mengantar makanan datang tidak usah dibayar. Terima kasih Ahra." Hyunji segera berlalu meninggalkan Ahra.

"Iya, hati-hati!"

Kembali lagi bersama Ahra dan Jiae, masih tidak banyak interaksi. Setelah bayi itu berhasil menghabiskan botol susunya, ia kembali diam dengan tenang. Sesekali Jiae menggenggam jemari Ahra dan meremasnya. Ia juga berceloteh seolah mengajak Ahra berbicara, tentu saja Ahra tidak mengerti apa yang bayi itu maksud. Ia hanya menjawab iya-iya saja untuk menanggapi bayi itu.

"Jiae, biasanya jam segini kau melakukan apa?" Ahra iseng bertanya. Di luar dugaan, Jiae menjawabnya. Walau tidak jelas maksudnya apa, tapi bayi itu berceloteh sambil menatapnya dan sesekali tersenyum.

Ternyata tidak terlalu susah juga ya, Ahra jadi besar kepala, lupa jika dari tadi yang menenangkan Jiae adalah Jaehyun. Sampai tiba-tiba ekspresi bayi itu berubah lagi. Jari-jari kecilnya meremas tangan Ahra dengan wajah memerah. Ahra jadi ingin tertawa, dari ekspresi Jiae, sepertinya ia sedang mengejan.

"Kau sedang pup ya?" Ahra berbisik, tidak mau membuat bayi itu terlalu malu, namun Jiae mengabaikannya.

"Ayo kita siapkan popokmu dulu." Ahra berdiri dari sofa lalu merebahkan Jiae di kasurnya. Baru saja ia menegakkan tubuh, bayi itu malah menangis.

"Hei, kenapa lagi? Jangan menangis dulu, aku harus menyiapkan popokmu." Masa bodoh dengan Ahra, Jiae tetap menangis. Buru-buru Ahra menggendongnya lagi dan dibuat terkejut karena seketika tangisannya berhenti.

"Hng, kau mengerjaiku ya?" Jiae mengerjap polos. "Eung tata," jawabnya kemudian.

"Apa? Aku tidak mengerti." meski agak kesal, Ahra tetap mengulas senyum begitu. Mungkin ini pertanda bayi itu sudah mulai nyaman dengannya. Akhirnya sambil menggendong Jiae dia mengambil popok ganti dan barang lain yang dibutuhkan bayi itu. Dengan telaten ia mengganti popok sesuai dengan arahan yang dikirimkan Hyunji padanya. Bayi itu sudah tidak menangis, cukup tenang sampai Ahra selesai mengganti popoknya.

"Tataa~"

"Iya, sudah selesai."

"Maa tata"

"Sama-sama cantik."

Ahra tertawa, lebih tepatnya menertawai dirinya sendiri karena sok tahu dengan apa yang Jiae katakan. Mungkin setelah ini dia akan lebih sering-sering main ke sini untuk bermain dengan Jiae. Itupun jika Hyunji membolehkan.


🍑🍑🍑

*Jiae yang suka dipeluk Ayah Jaehyun*

Halo, selamat siang saudara sekalian. Sorry baru updet sekarang padahal harusnya kemarin malam. Ya tapi apa daya tubuh ini terlalu lemah saat sudah bertemu kasur.

Anyway, terima kasih 5000 reads nya yeaaay!!
Seperti janji sebelumnya ada Special Chapter, tapi maaf ya ini aku belum sempat review lg, maafkan kalau garing krenyes dan ada typo. Ini mumpung lg selo istirahat di kantor gaes.

Yasudah selamat menikmati, enjoy!!!

p.s.
Yang udah pada masuk sekolah stay safe ya, semoga bisa belajar dg nyaman walau ditengah pandemi spt ini. Selalu sehat-sehat, jangan lupa pake masker, cuci tangan, jangan jajan sembarangan, langsung mandi dan ganti baju kalo sampe rumah. Apalagi ya? Jangan telat makan, banyak-banyak makan sayur, pokoknya selalu sehat aamiin.

Continue Reading

You'll Also Like

1.5M 6.7K 14
Area panas di larang mendekat 🔞🔞 "Mphhh ahhh..." Walaupun hatinya begitu saling membenci tetapi ketika ber cinta mereka tetap saling menikmati. "...
2.5M 31.2K 29
"Lebarkan kakimu di atas mejaku! Aku ingin melihat semua yang menjadi hakku untuk dinikmati!" desis seorang pemuda dengan wajah buas. "Jika aku meny...
281K 18.4K 62
Entah, semua berjalan begitu cepat dan terlihat abu abu, antara aku yang butuh dia atau dia yang butuh aku, atau kami yang saling membutuh kan - ?
415K 50K 42
↱ [ON AIR] °cosmickdy first ff° "ga biasanya kaya gini, kak doyoung mabuk?" "abisnya lo memabukkan" ❝ ᴋɪᴍ ᴅᴏʏᴏᴜɴɢ ❞ #10 on doyoung cosmickdy©️ 2018 •...