Jodoh Dari Allah [ Terbit ]

By raysaanazwaa

11.6M 929K 44K

Follow dulu sebelum baca ! Jangan jadi silent readers! (Terbit di Cloudbookspublishing, tersedia di toko buk... More

01 - Mengagumi sejak lama
02 - Pertanda jodoh?
03 - Menyebalkan
04 - Perjodohan
05 - Jawaban
06 - Gosip
07 - Akad
08 - Lembaran baru
09 - Menyakitkan.
11 - Masalah selesai
12 - Weekend
13 - Weekend (II)
14 - Cemburu
15 - Mau berapa?
16 - Hari ferlan
17 - Marah
18 - Selesai
19 - Bikin baju
20 - Temen Gevan
21 - Diam
22 - Titik terang
23 - Genna Kenapa?
24 - Kabar baik
25 - Posesif
26 - Dinda
27 - Trauma
28 - Menyelesaikan Masalah
29 - Kencan
30 - Kencan berujung marahan
31 - Konser dadakan
32 - Jaya Cs bikin ulah
33 - Uwu terus!
34 - Kecanduan Maira
35 - Ngidam Genna
36 - Dendam Erick
37 - Diculik
38 - Erick!
39 - Absurd
40 - Couple G
41 - Patah hati
42 - 7 Bulanan
43 - Pacaran Halal
44 - Pernikahan DinHam
45 - Bersamamu
46 - Selamat datang Baby
47 - Hari ini, Besok dan Selamanya
Epilog
Buka Sebentar !
Special : Sabar
Q & A
Q & A (2)
Pipipip G Couple mau lewat <3
VOTE COVERR !!
INFO PO !!
Udah tau?
KEJUTAN!
Info PO
Vote Cover Time!

10 - Ketahuan

281K 24K 1K
By raysaanazwaa

Votement teman-teman:)
.
.
.

Genna bangun dari tidurnya, dilihatnya gevan yang sedang menaruh segelas air putih diatas meja. Gevan tersenyum kepadanya membuat genna juga tersenyum, genna merasakan sesuatu yang aneh dikeningnya dengan gerakan pelan tangannya meraba, ternyata sebuah handuk kecil.

"Minum dulu." Gevan menghampirinya sembari menyodorkan gelas yang berisi air putih yang ia bawa tadi.

Genna menerimanya lalu meneguk air putih hingga setengah gelas. Kemudian ia menaruhnya diatas nakas, genna melirik jam dinding matanya membelalak terkejut karena sudah jam 9 pagi.

"Kak, nana kenapa gak dibangunin sholat shubuh?" Tanyanya dengan suara seraknya.

"Kamu menggigil saat tengah malam, dan kamu baru tenang saat saya peluk. Saya gak tega bangunin kamu saat sudah nyenyak."

"Kakak peluk aku?"

Gevan mengangguk, lalu membantu genna untuk mengubah posisinya menjadi duduk. "Hari ini saya kerumah sakit untuk mengurus pasien, kamu saya tinggal tidak apa-apa?" Ucap gevan. "Atau kamu mau ikut saya? Sekalian periksa?"

Genna tampak menimang-nimang tawaran gevan, sebenarnya jika dirumah saja ia akan sangat suntuk tapi jika dia ikut apa tidak menganggu pekerjaan gevan.

"Kalau nana ganggu kerjaan kakak gimana?"

Gevan terkekeh kecil. "Kamu tidak mengganggu saya."

"Yaudah nana ikut kakak aja, nana ganti baju dulu."

"Bisa?"

"Iya nana bisa, pusingnya udah mendingan. Kakak keluar dulu sana."

Gevan berjalan keluar dari kamar, membiarkan istrinya mengganti pakaiannya sebentar. Ia tersenyum mengingat wajah genna, ternyata perjodohannnya dengan genna berjalan dengan lancar.

Ia sangat berterima kasih pada kedua orang tuanya karena telah menjadikan genna sebagai pendampingnya dan tentu saj ia sangat bersyukur pada allah karena telah mengirimkan jodoh yang luar biasa untuknya.

Genna membuka pintu kamarnya, memperhatikkan gevan yang tengah senyum-senyum sendiri sembari bersandar didinding dekat pintu kamar mereka.

"Kakak kenapa senyum-senyum sendiri? Mikirin cewe ya?" Celetuk genna membuat gevan tersentak kaget lalu menetralkan wajahnya agar kembali datar dan terlihat dingin.

Gevan menatap wajah genna yang tertutup cadar. "Iya, saya sedang memikirkan perempuan."

"Siapa?"

"Kamu."

Genna terdiam ditempatnya, ia tekejut. Sejak kapan seorang gevanno bisa gombal receh seperti ini?

"Kakak kesambet apa?" Tanya genna sambil menahan tawanya.

"Kesambet kamu na." Gevan menahan rasa malunya ketika mengucapkan kalimat yang sama sekali tidak pernah terucap dari mulutnya.

"Sejak kapan seorang gevanno bisa gombal receh gini."

"Sejak saya nikah sama kamu."

"Kak gevan!"

Gevan tertawa puas ketika membuat genna salah tingkah didepannya, benar-benar lucu. "Siap?"

Genna mengangguk kemudian menggandeng tangan gevan.

Genna duduk disalah satu sofa yang terletak didalam ruangan gevan, sedari tadi genna hanya memperhatikan gevan sesekali ia juga berjalan mengelilingi ruangan gevan untuk menghilangkan rasa jenuh.

Genna duduk dibangku tepat didepan meja gevan, ia memperhatikan gevan yang sedang memeriksa beberapa kembar kertas ditangannya. Genna mengetukkan jarinya diatas meja, sebelah tangannya menopang dagunya.

"Kamu bosan?" Tanya gevan disela kegiatannya memeriksa riwayat pasiennya.

Genna menganggukkan kepalanya. "Kakak masih lama? Kepala nana pusing lagi."

Gevan meletakkan kertasnya, lalu menumpuknya menjadi satu. Ia memegang kening genna, hangat. Gevan beranjak dari tempat duduknya lalu mengajak alena untuk berbaring dibankar yang ada diruangannya.

"Kamu tidur saja."

Genna menatap gevan sejenak. "Kalau ada pasien kakak gimana?"

Gevan tersenyum kecil. "Hari ini mereka hanya konsultasi."

"Yaudah genna tidur."

Sebelum genna menutup matanya, gevan mencekak tangan genna yang hendak menaikkan selimut. Genna menaikkan sebelah alisnya. "Besok kamu masuk kuliah?"

Genna mengangguk ragu. "Nana usahakan besok kuliah, tapi mereka?"

"Kamu tidak perlu khawatir mereka sudah diberi sanksi."

"Nana tidur ya."

Gevan mengangguk lalu menutup tirainya.

🌦

"Kak kita kerumah ummi dulu ya."

Gevan melirik genna sebentar lalu kembali fokus untuk menyetir. "Mau ngapain?"

"Mau ketemu ummi sama abang."

Gevan mengangguk kemudian membelokkan mobilnya menuju jalan arah rumah mertuanya. Sepertinya genna sakit bukan hanya karna masalah kampus melainkan juga karna merindukan keluarganya, gevan hanya tersenyum kecil saat menatap genna yanh terlihat tidak sabar sampai kerumah.

Gevan juga sudah mengambil obat yang harus genna konsumsi dirumah. Ah iya, ia jadi teringat ucapan perawat yang menjaga klinik dirumah sakit tadi hari ini ia harus membuktikan kebenarannya.

Flashback on!

"Obat buat siapa dok?" Tanya sang penjaga klinik itu.

"Istri saya."

"Oh begitu, kalau boleh tau istri dokter yang mana?"

Gevan menunjuk genna yang sedang duduk di bangku penunggu yang tak jauh darinya. "Itu yang pakai cadar."

"Namanya siapa dok?"

Gevan menatap datar kearah perawat laki-laki yang tengah memperhatikan genna juga. "Kepo sekali kamu."

Reno--perawat laki-laki, tertawa kecil. "Cuman mau tau dok."

"Genna."

Rani--perawat perempuan, itu membelalakan matanya. "Genna dok?"

Gevan mengangguk. "Kenapa?"

"Wah, benar-benar jadi jodohnya dokter gevan."

Gevan menaikkan sebelah alisnya. "Memangnya ada apa?"

Rani menggaruk kepalanya kikuk. "Padalah saya disuruh jangan kasih tau, tapi karna keceplosan yaudah. Genna itu teman SMA saya, dia pernah jadi secret admirernya dokter."

Gevan mengerutkan keningnya. "Hah?"

"Itu genna pernah jadi pengagum rahasia dokter, dia udah tertarik sama doker setelah lulus smp gak sengaja ngeliat kakak waktu lagi dicaffe. Dari situ dia mulai cari tau tentang dokter."

Gevan menunjukkan senyumnya. "Terima kasih infonya."

Flashback of!

Gevan memarkirkan mobilnya tepat didepan rumah mertuanya, ia keluar dari mobil lalu membukakan pintu mobil untuk genna. Gevan merangkul bahu genna karena genna yang sedikit lemas karna masih dalam keadaan sakit.

Gevan mengetuk pintu rumahnya karena tidak ada yabg terpasang pada rumah genna. "Assalamualaikum!"

Sedikit lama menunggu, pintu rumah terbuka terlihat lea--ummi genna membuka pintunya dengan tangan yang masih memegang spatula.

"Wa'alaikumsalam, yaampun anak ummi kenapa pucat gini?"  Lea menangkup wajah genna dengan sebelah tangannya.

Genna menatap sayu pada umminya. "Ummi suruh nana masuk dulu dong, nana pusing."

"Yaudah ayo masuk."

Genna dan gevan masuk kedalam rumah, lea menyuruh gevan untuk langsung membawa genna kekamarnya. Kali ini gevan harus menggendong genn karena kamar genna berada dilantai atas, dengan perlahan gevan menaiki tangga sesekali ia menatap wajah genna yang terlihat lemas.

Gevan merebahkan tubuh genna diatas kasur, setelah itu gevan menutup pintu kamar genna. Gevan kembali kesisi kasur genna. "Mau sesuatu?"

Genna menggeleng lemah. "Nana mau tidur aja."

Gevan mengangguk kemudian beranjak dari sisi kasur, gevan mengamati kamar genna dari sudut kesudut. Kamar genna cukup besar dengan dinding berwarna pink dan biru muda. Gevan mulai melangkahkan kakinya meneliti barang-barang alena.

Ia berhenti tepat didepan meja belajar genna, buku-buku tersusun rapi disitu ia mulai mengamati satu persatu bukunya. Hingga tangannya terhenti pada sebuah buku berwarna pink, ia terkejut ketika membuka halaman pertama disana tertera namanya.

Ternyata kamu memang mengagumi saya.

Gevan mulai membalik halaman-halaman lainnya, tidak banyak tulisan disana hanya foto-fotonya dirinya yang tertempel disana lengkap dengan tanggal, bulan dan tahun. 

Selama itu kamu memendamnya?

🌦

Terima kasih para readers yang sudah membaca ceritaku, jangan lupa komen dan vote ya. Satu lagi follow juga akun ku hehe.

Continue Reading

You'll Also Like

16.9M 1.7M 54
Bagaimana ceritanya jika sang ayah menikahkan Alisa tanpa sepengetahuannya? Shock? Jelas! Masa tiba-tiba saja punya suami? > Ali & Alisa namanya, du...
40.9K 1K 8
Sesungguhnya hidayah dari-Nya datang dari mana saja. #1CerpenIslami #1Gereja #1CintaIbu
6.4M 326K 74
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
12.3K 1K 44
Dialah laki-laki yang singgah dihatiku dan dialah laki-laki yang membuatku menutup mata dan hatiku untuk laki-laki lain, Aku tidak pernah bisa melupa...