Affected [COMPLETED]

tenfullsun_ tarafından

58.1K 7.6K 4.4K

"Jadilah pacarku, hanya 6 bulan. Kau bisa mengatur kontraknya." - Jung Jaehyun (Completed) (Berlanjut ke Dadd... Daha Fazla

Coffe
He Was My Ex
Agreement
First Meeting
Late Night Date
Trouble
Sunday Morning
Apple Cheeks
Daddy's Little Girl
Lost
Premenstrual Syndrome
Fellow
Encounter
Special Chapter: Missing (U)
Persevere
Spesial Chapter: Cousin
No Manner
Revealed
Special Chapter: Hangover
He Loves Her
Baby
Runaway
Unfulfilled Promises
High Tension
Special Chapter: Babysitting
Decision
Daydream
He (Still) Loves Her
Dreams Come True
Sorry
Daddy's
Reconciliation
Final Chapter: Her
New World

Healing

1.8K 283 143
tenfullsun_ tarafından

Setelah diantar pulang Jaehyun semalam aku langsung ganti baju, cuci muka, sikat gigi dan tidur. Hanya beberapa detik kepalaku menempel bantal, aku langsung jatuh ke alam mimpi. Jujur saja, tidurku nyenyak sekali. Mungkin efek habis bermain basket dan late nite snack bersama Jaehyun.

Aku baru mengecek segala notifikasi dan pesan yang masuk di ponselku saat ibu membuka pintu kamar.

"Tadi malam kau pulang jam berapa?"

Aku berusaha mengingat. "Jam sebelasan mungkin."

"Jadi kencanmu berjalan lancar?" Ibu melipat tangan di dada sambil menyandar ke pintu. Senyumnya terlihat menyebalkan sekali. Aku tidak suka digoda seperti itu. Lebih tepatnya aku malu digoda oleh ibuku sendiri.

Alih-alih menjawab, aku melihat jam yang tertera di layar ponsel. Harusnya jam segini ibu sudah berangkat ke minimarket untuk bekerja.

"Ini sudah setengah 7, kenapa ibu belum berangkat?" Aku turun dari tempat tidur lalu merapikan selimutku.

"Sebentar lagi berangkat. Jangan mengalihkan topik. Sepertinya berjalan dengan baik. Kalau tidak, wajahmu tidak mungkin semerah itu."

Astaga, apakah ibu harus sefrontal itu? Aku sudah berusaha untuk menghindar dari tadi.

"Astaga, akhirnya putriku berkencan!" Aku memutar bola mata melihat reaksinya yang berlebihan. Ibu menyatukan kedua tangannya di depan dada dengan senyum dan wajah yang terlewat cerah.

"Yasudah, ibu berangkat dulu. Sarapannya sudah siap. Sebelum berangkat nanti tolong jemur pakaian dulu ya." Aku berdehem menjawab ibu sambil minum air putih pelan-pelan, sampai akhirnya ibu membuatku menyemburkan air yang kuminum.

"Selamat tinggal pacarnya Jaehyun."

"Ibuuu!!!!" Aku masih bisa mendengar suara tawa ibu saat pintunya ditutup. Menyebalkan sekali. Mau tidak mau aku harus membersihkan kekacauan ini.

Aku mengambil persediaan tisu yang masih baru dari lemari penyimpananku lalu mengelap meja yang basah. Beberapa permukaan bukuku juga jadi basah. Bersamaan dengan selesainya pekerjaan mengelap ini ponselku berbunyi, alarm untuk mandi.

Benar, hari ini aku kuliah pagi dan di hari senin ini jadwal kuliahku lumayan padat. Belum lagi setelah kuliah aku harus langsung ke kafe untuk part time lagi. Hari ini akan menjadi hari yang sibuk. Aku harus segera bersiap, apalagi ibu meninggalkan pekerjaan menjemur pakaian untukku.

🍑🍑🍑

Berada di semester akhir tanpa seorang teman itu ternyata menyedihkan juga. Dulu kupikir tidak masalah, toh setiap pulang kuliah aku tetap akan mengambil part time. Tapi saat butuh seseorang untuk diskusi, di situlah letak menyedihkannya. Aku terlalu kaku dan canggung jika bertemu orang baru, sedikit tidak nyaman untuk berdiskusi dengan adik tingkat. Rasanya juga sedikit gengsi, ya bagaimanapun aku kan tetap kakak tingkat, harusnya aku lebih tahu dari mereka. Sangat kolot memang, tapi memang sangat susah untukku jika belum akrab.

Untungnya dosen pembimbing skripsiku sangat baik. Dia tidak pelit untuk meluangkan waktu jika aku membutuhkan sarannya dalam pengerjaan skripsiku ini. Jika beruntung, saat selesai jam mata kuliah ia juga mau meluangkan waktu walaupun sebelumnya kami belum janjian, seperti saat ini.

"Sebenarnya ini sudah cukup bagus kerangkanya, tapi aku ingin kau menambahkan penjelasannya. Seperti pada tabel-tabel ini, tidak cukup hanya keterangan nama tabel." beliau menandai beberapa tabel dataku untuk direvisi.

"Jelaskan apa maksud dari angka-angka ini. Bagaimana kau bisa mendapatkan hasil ini, penjelasan ini sangat diperlukan bagi mereka yang akan membaca laporanmu nanti." aku mencatat beberapa penjelasan dan poin penting yang harus kutambahkan nanti.

"Untuk saat ini mungkin kau masih mengingatnya, tapi nanti seminggu, dua minggu, sebulan atau setahun kemudian tidak menjamin kau masih bisa menjawab saat ditanya apa maksudnya." Aku mengangguk paham. Benar sekali, manusia kan tempatnya lupa.

"Sepertinya sudah cukup, nanti kita diskusikan lagi setelah kau selesai merevisi ini." Dosenku menutup laporanku lalu menyerahkannya padaku.

"Terima kasih bu, saya akan segera menghubungi anda." Aku membungkuk singkat ketika beliau keluar dari ruang kelas.

Aku kembali melihat laporanku dan bagian-bagian yang perlu ku revisi, siapa tahu ada yang terlewat. Setelah semua selesai, aku melihat jam di ponsel. Masih ada waktu satu jam sebelum waktu part time ku, sebaiknya aku makan siang dulu.

🍑🍑🍑

Waktu memang berjalan cepat jika kita terus bergerak. Dari pagi sampai sekarang pukul 9.00 malam, sepertinya tidak ada waktu yang kuhabiskan dengan bersantai-santai. Setelah selesai kuliah tadi siang, aku langsung berangkat ke tempat kerja karena aku tidak jadi makan siang di kampus.

Pukul 12 siang adalah waktunya semua orang berkumpul di kantin. Kupikir aku akan terlambat jika makan disana, pasti antriannya panjang sekali. Aku memutuskan untuk membeli makan di jalan yang kulewati dan memakannya di kafe. Jadi setidaknya aku bisa beristirahat selama 30 menit sampai jam kerjaku dimulai.

"Hati-hati dijalan!!" Minhyuk berteriak dari belakang mesin kopi saat aku membuka pintu.

"Iya, iya. Dah!" Aku melambaikan tangan padanya sebelum menutup pintu.

"Astaga!!" Tubuhku reflek bersandar pada pintu di belakangku lalu terduduk karena terlalu terkejut. Lututku rasanya lemas sekali. Bagaimana tidak terkejut, Jaehyun yang tidak tahu sejak kapan sedang berdiri di depanku. Aku yakin saat akan keluar membuka pintu tadi tidak ada pemuda itu di sana.

Aku menatap sengit pemuda yang sedang tertawa di depanku. Mungkin merasa terintimidasi, dia segera mengulurkan tangannya kepadaku. Lupakan Jung Jaehyun, senyummu itu tidak mempan untuk meluluhkanku. Aku memukul tangannya dan berdiri sendiri.

Tepat setelah aku berdiri, Minhyuk melongokkan kepalanya keluar. "Ada apa Ahra?"

Dia pasti mendengar saat tubuhku membentur pintu tadi. Belum sempat aku menjawab, Minhyuk menyadari keberadaan Jaehyun lalu memberi salam.

"Bukankah anda pengunjung waktu itu yang ketumpahan kopi?" Minhyuk bertanya pada Jaehyun.

"Ah iya."

"Dia temanku." Aku memotong percakapan mereka.

"Benarkah? Salam kenal, aku Kang Minhyuk, bosnya dia." Minhyuk menunjukku dengan jempolnya lalu tertawa.

"Iya, iya, sudah tahu. Sudah sana masuk lagi, katanya sudah ditunggu Haera." Aku mendorong pelan tubuh Minhyuk supaya masuk ke dalam lagi.

"Eh sebentar, aku kan belum tahu namanya." Minhyuk menahan tanganku lalu kembali menatap Jaehyun.

"Aku Jung Jaehyun, teman SMA Ahra. Salam kenal." Mereka berjabat tangan untuk beberapa saat.

"Datang menjemput Ahra ya? Pacar barunya?" Minhyuk menyenggol bahuku untuk menggoda. Apa-apaan ini? Kenapa dia tiba-tiba bertanya seperti itu? Aku kan jadi malu.

"Iya." Jaehyun menjawab lugas. Dia tersenyum kepadaku lalu ke Minhyuk.

"Ck ck, Ahra kenapa tidak bilang sudah punya pacar?" Minhyuk kembali menyenggol bahuku. Hhh, menyebalkan sekali. Pipiku sekarang pasti sudah seperti tomat.

Namun tidak cukup sampai di situ. Dia berbisik di dekat telingaku melanjutkan, "Yang lama itu kemana?"

Yang lama yang mana? Ah sudahlah, kalau kutanya akan semakin panjang ceritanya.

"Sudah, sudah, sana masuk lagi. Aku pulang dulu, dah." Aku kembali mendorong masuk tubuh Minhyuk lalu menarik tangan Jaehyun untuk pergi.

"Jaehyun, tolong antar bawahanku dengan selamat ya!" Minhyuk sedikit berteriak sambil melambaikan tangannya pada kami yang sudah agak menjauh. Jaehyun tertawa lalu membungkuk sekilas untuk menanggapi.

"Berisik!"

"Hei, kau juga berisik kalau ikut berteriak." Jaehyun menyenggol bahuku sambil terkekeh. Aku ikut tertawa malu.

"Jadi kenapa datang menjemputku? Tidak mengabari lagi, bagaimana kalau tadi aku sudah pulang?"

"Tapi kau belum pulang."

Huft.

"Ya ya, baiklah." Aku mengibaskan tanganku tidak peduli membuat pemuda itu kembali tertawa.

"Memangnya tidak boleh menjemput pacar sendiri?" tangan Jaehyun meraih bahuku lalu menggamit leherku.

"Tidak usah menggodaku terus, aku kan cuma pacar kontrakmu." Aku melepaskan rangkulannya, dari ekor mataku aku bisa merasakan Jaehyun sedang menatapku.

"Kau sudah makan?" tanyanya kemudian.

"Makan malam? Belum, belum sempat. Tadi cuma makan sepotong tiramisu." Jaehyun menahan tanganku saat aku hendak membuka pintu mobil.

"Mau makan dulu? Aku juga belum makan malam." Aku tertawa saat Jaehyun mengakhiri kalimatnya dengan cengiran aneh.

"Kau yang traktir kan?" aku bertanya memastikan. Soalnya biasanya setelah pulang kerja aku akan langsung pulang ke rumah dan makan masakan ibu. Setelah mendengar pertanyaanku, cengiran lucu di wajah Jaehyun hilang, berganti dengan wajah setengah jengkel.

"Tentu saja, jangan khawatir!" dengan sedikit bar-bar Jaehyun mengusak kepalaku lalu membukakan pintu mobil. Kenapa sih dengan dia ini, apa yang keluar dari mulutnya berbeda dengan ekspresinya. Kukira, dia keberatan saat aku minta ditraktir.

"Drive thru saja ya?" Aku mengangguk menjawab pertanyaan Jaehyun.

Lagipula aku juga sudah lelah. Setelah memasang seatbelt, mobil melaju. Jaehyun tidak banyak bertanya lagi, sebagai gantinya dia memutar musik. Mungkin dia tahu aku lelah jadi dia membiarkanku sendiri. Namun beberapa kali aku malah hampir tertidur gara-gara itu.

Aku melayang dengan pikiranku sendiri sambil melihat jalanan. Jadi seperti ini ya rasanya punya pacar? Pulang kerja saja dijemput, padahal aku yakin dia juga lelah. Aku yakin Jaehyun belum pulang ke rumah. Dia masih memakai kemeja kantornya dengan bagian lengan digulung sampai siku. Ngomong-ngomong kenapa dia menjemputku?

"Jaehyun,"

"Hmm?"

"Katakan, apa alasan sebenarnya kau menjemputku?" Aku memandang Jaehyun dari samping. Pemuda itu terlihat ingin mengatakan sesuatu tapi ragu.

"Tidak ada alasan apa-apa." jawabnya, jelas sekali terlihat berbohong. Tapi aku menunda niatku untuk mendesaknya karena kami sudah berada di depan loket pemesanan.

"Kau mau apa?" Jaehyun bertanya.

"Disamakan saja."

"Kau yakin?"

"Iya. Aku akan memakan semua yang kau berikan kepadaku." Aku menjawab santai membuat Jaehyun tertawa.

"Termasuk jika aku memberimu telur gajah?" Aku reflek memukul lengan Jaehyun. Gajah kan tidak bertelur -_-

"Ck, kau ini." dia semakin tertawa menyebalkan.

"Kau mau cola atau milkshake coklat?"

"Milkshake." jawabku cepat. Jaehyun segera menyampaikan sisa pesanan lalu menutup kaca jendela. Diam-diam Jaehyun menghela nafas lalu menyandarkan kepalanya.

"Hei, kenapa sih? Sini cerita," Aku menepuk pelan lengan Jaehyun. Dia menoleh lalu menghela nafas.

"Jujur saja, aku tidak bisa pulang, lebih tepatnya menghindari Hyunji. Ibu bilang Hyunji ada di rumah." Jaehyun bercerita pada akhirnya.

"Bukannya kau punya apartemen?" bukannya menjawab, Jaehyun malah tertawa.

"Apartemenku sudah dijual semenjak kejadian itu. Ibu menyuruhku tinggal di rumah, ia takut kejadian itu terulang kembali." aku mengangguk paham.

"Jadi aku adalah pelarian?" aku tertawa mengejek yang hanya direspon dengan cibiran.

"Jadiakuadalahpelarian~" Jaehyun mengikutiku dengan nada menjengkelkan.

"Hentikan Jaehyun," aku kembali tertawa karena demi kerang ajaib, wajah Jaehyun lucu sekali.

"HentikanJaehyun~"

"Haha sudah hentikan, itu pesanannya sudah jadi." aku menunjuk jendela yang menunjukkan pramusaji terlihat sedikit jengkel karena Jaehyun tidak segera membuka jendela mobilnya.

"Baik terima kasih, maaf." Jaehyun tersenyum canggung sambil menerima pesanan.

"Kita makan di parkiran saja ya?" Aku hanya mengangguk menyetujui.

Setelah parkir, kami memakan makanan kami masing-masing dalam diam sampai akhirnya Jaehyun kembali bersuara.

"Kau pasti lelah ya?" Jaehyun menoleh kepadaku.

"Tentu saja, namanya juga bekerja. Kau pasti juga kan?" Aku ikut menoleh menatapnya dan membalas senyumannya.

"Sudah tidak terlalu sekarang." Jaehyun tertawa sampai lesung pipinya terlihat jelas.

"Kenapa?"

"Karenaaa," Jaehyun menggantung kalimatnya lalu menggigit burgernya. Kubiarkan saja sambil menikmati punyaku, tapi sampai beberapa menit dia tidak segera mengucapkan alasannya. Aku akhirnya memukul lengannya pelan membuatnya tertawa.

"Kukira kau tidak penasaran." Aku memutar bola mataku, Jaehyun being Jung Jaehyun.

"Karena bertemu denganmu."

Apa? Aku berhenti menyedot milkshake coklatku.

"Terima kasih. Aku tidak tau bertemu denganmu ternyata sangat menghiburku." lanjutnya.

Aku meliriknya, aku juga tidak tahu Jaehyun bisa berbicara seperti ini. Aku tertawa pelan. "So cringe," Kami sama-sama tertawa.

Ternyata dia benar, aku juga merasa terhibur karenanya. Sudah lama aku tidak mengobrol santai seperti ini bersama teman. Kadang aku dengan Minhyuk juga begitu, tapi karena kami berada di kafe suasananya tidak bisa sesantai ini.

"Anyway, thanks for picking me up and of course the dinner."

"Anytime."


🍑🍑🍑

*Muka Jaehyun pas puk-puk kepala Ahra be like*

Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

99.7K 8.9K 40
160401 - 161108 ♡ [Completed] Jeon Wonwoo dan Kang Seulgi adalah sepasang suami istri yang awalnya saling mencintai. Awalnya? Ya, seiring berjalannya...
51.6K 6K 32
"You can break everything I'm, like I made of glass." Start 27 Agustus 2018.
256K 12K 59
THIS WORK PROTECTED UNDER THE COPYRIGHT LAWS OF THE REPUBLIC OF INDONESIA (UU HAK CIPTA RI NO 19 TAHUN 2002) DON'T COPY MY WORK. IF YOU COPY MY WORK...
498K 50.6K 29
[Complete] 'Menikahlah dengan Baekhyun, Yeonhee-ya .. Gantikan posisiku di altar.' #1 - exofanfiction [03/09/2019] #1 - baekhyun [24/10/2019] #4 - ex...