RATU (TAMAT)

By hfcreations

654K 59K 4.5K

Ratu Kenarya terkenal karena berhasil membuat sebagian anak cowok meneguk ludah. Bukan oleh wajahnya yang can... More

PROLOG
1 - DIA, KEENAN SAMUDERA
2 - DIA, RATU KENARYA
3 - MENOLAK PEDULI
4 - DI WAKTU YANG SAMA
5 - MENAHAN DIRI
6 - DIA, PENGUSIK KETENANGAN
7 - STALKER
8 - SATU HARI BERSAMA
9 - SEBUAH BUMERANG
10-ANGGOTA OSIS
11 - PERMINTAAN SEORANG RATU
12 - FESTIVAL
13 - PILIHAN
14 - HILANG KESADARAN
15 - PESAN MASUK
16 - JEMPUTAN
17 - Sebuket Mawar
18 - Rahasia
19 - Panti Asuhan
20 - Perasaan
21 - Di Luar Kendali
22 - Perpustakaan
23 - Bukan yang Pertama
24 - Pesta Ulang Tahun
25-Bianglala
26- Kalo Lo Ratu, Gue Rajanya!
27- Keputusan
28 - Harapan
29 - Bukan Teka-Teki
30 - Bukti Janji
31 - Hello, Bandung!
32 - Darmawisata
33 - Alasan
34 - Pertemuan
35 - Lebih Bersama
36 - Kencan
37 - Tertangkap Malu
38 - Tamu Tak Diundang
40 - Kehilangan
41 - Berhenti Berharap
42 - Yang Sebenarnya
43 - Semakin Menjauh
44 - Tentang Rindu
45 - Kembali
46 - Menuju Kebenaran
47 - Kesempatan
48 - Akhir Waktu (TAMAT)
EPILOG

39 - Hadiah untuk Ratu

9K 892 73
By hfcreations

***

RATU melirik ke arah jam dinding sebelum kembali sibuk mengigit bibirnya dan berjalan bolak-balik seolah hanya itu yang bisa ia lakukan untuk menghilangkan rasa cemasnya.

Bahkan Alana dan Sahla yang melihat Ratu terus melakukan hal tersebut memilih untuk menghampiri Ratu dan menepuk bahunya.

"Kenapa, sih?" yang Alana tau. Ratu sedang tidak baik-baik aja. "Lo pikir gue gak capek liat lo jalan mondar-mandir kaya setrikaan?"

Tidak peduli dengan ujaran Alana, Ratu justru menyambar ponselnya yang tergeletak di atas meja. Mengatakan bahwa dengan cara itu, mungkin ia bisa melenyapkan rasa gelisah yang terus menyerang dirinya.

Pada kesibukannya yang tengah mondar-mandir sambil menjepit ponselnya di antara bahu dan telinga setelah sebelumnya lebih dulu mendial ke sebuah nomor yang menjadi penyebab kegelisahannya sejak tadi. Ratu merasa bahwa ini akan berakhir tidak baik-baik saja.

"Ishh, lo lagi kemana, sih?" Ratu bergumam menatap layar ponselnya. Puluhan kali ia mendial ke nomor yang sama tanpa ada sahutan selain operator dari ujung panggilan.

Dilihat dari tingkah Ratu, Alana cukup pintar untuk mengartikan situasi ini. Hingga membuatnya terpaksa mencengkram bahu Ratu seolah mengisyarat agar cewek itu tetap tenang.

"Ratu, kapan lo mulai pestanya kalo gini terus?" Alana melihat jam yang ada di dinding. "Apa lo tega buat para tamu undangan lo nunggu lebih lama lagi? Ini udah lebih dari setengah jam, tapi pestanya belom juga di mulai."

"Kalo mereka emang gak mau nunggu, berarti seharusnya mereka pulang aja." Ratu menatap Alana tajam. "Pokoknya gue gak bakal mulai pestanya sebelum Keenan dateng!"

Tidak seorang pun pernah mengatakan Ratu bukan cewek keras kepala. Cewek itu bahkan tidak peduli dengan pesta ulang tahunnya sendiri karena keadaan Keenan di luar sana jauh lebih penting.

Rupanya hal itu yang membuat Alana kembali berujar. "Lo jangan egois, dong! Cuma karena satu orang gak hadir di pesta lo. Terus dengan enaknya lo batalin pesta yang udah capek-capek gue dekor sama Sahla."

Ratu berdecak tidak suka dan mengabaikan ujaran Alana saat ingin mendial nomor Keenan untuk yang kesekian kalinya, masih tanpa ada sahutan selain operator dari ujung panggilan.

"Udah-udah," melihat kedua sahabatnya berselisih, Sahla lalu berdiri di antara keduanya kali ini sambil menatap ke arah Ratu. "Mungkin cowok lo lagi kejebak macet. Kan lo tau kalo Jakarta itu rawan macet di mana-mana."

Ratu akan membenarkan kalau memang jarak dari rumah Keenan ke rumahnya bisa dikatakan cukup jauh. Tapi, bagaimana? Jika yang Ratu tau waktu tempuh dari rumah Keenan ke rumahnya hanya butuh waktu sepuluh menit. Kalau pun macet, pasti tidak akan melebihi setengah jam seperti sekarang.

"Ratu," baru saja cewek itu ingin kembali mendial nomor Keenan, Alana lebih dulu merangsek maju dan memeluk dirinya dari samping sambil berbisik. "Mungkin Keenan lagi beli hadiah yang spesial buat lo. Hadiah yang bakal bikin lo gak bisa lupain malam di sweet seventeen lo."

Itu sudah cukup mengejutkan bagi Ratu tanpa harus ditambah pelukan Sahla dari arah samping yang lain.

"Kalian emang sahabat gue paling baik," seketika kegelisahan Ratu sedikit menghilang direngkuhan Alana dan Sahla, sebelum cewek itu sendiri yang menguraikan pelukan kedua sahabatnya. "Makasih udah bikin gue lebih tenang."

Ketiganya saling melempar senyum, sebelum Ratu lebih dulu memutuskan pandangannya dan terpaska memilih untuk memulai pesta tanpa kehadiran Keenan.

Lagipula, kalau Keenan tau ia rela menunda pesta demi menunggu kedatangannya. Ratu pasti akan menerima kemarahan cowok itu seperti yang sudah-sudah.

Hingga di menit pesta akan usai. Ratu tidak bisa barang sekalipun mengalihkan matanya pada jam dinding dan layar ponsel yang sedari tadi ia genggam selama pesta berlangsung.

Sama halnya ketika Ratu tidak menemukan kehadiran Bram dan Flora di hari ulang tahunnya pada waktu sebelum-sebelumnya karena mungkin mereka memilih sesuatu yang lebih penting darinya. Perasaan serupa juga tengah dirasakan oleh Ratu ketika pesta ulang tahunnya sudah benar-benar berakhir, Keenan sama sekali belum menunjukan tanda-tanda kedatangannya.

"Ken, lo sebenernya lagi di mana, sih?" Keenan tidak mungkin lupa untuk datang, bukan? Atau bisa saja cowok itu memang sedang terjebak macet atau tengah membeli hadiah seperti yang sudah dikatakan kedua sahabatnya.

"Ratu, ini kado dari gue." Sahla memberikan bingkisan itu yang disambut Ratu dengan anggukan.

"Ini juga dari gue." Alana menimpali sembari meletakkan barang yang dibawanya di dekat meja.

Meski, ini hari ulang tahunnya. Tapi Ratu merasa kebahagiaannya kurang terasa lengkap tanpa kehadiran Keenan sekarang. Apalagi di saat pestanya sudah bubar, Ratu sama sekali tidak menemukan kedatangan cowok itu yang dihadiahi Ratu dengan mengeluarkan semua umpatannya ke udara.

"Sorry, Ratu. Gue sama Sahla gak bisa lama-lama." Alana mengambil jaketnya yang sudah tadi disampirkan ke kursi. "Udah ditelpon bokap soalnya."

Ratu mengangguk, membiarkan kedua sahabatnya itu pulang ketika ia memutuskan untuk mengutak-atik ponsel sambil duduk di sofa ruang tamu.

Hampir saja Ratu tertidur di sofa karena termakan bosan selagi menunggu kedatangan Keenan. Suara bel yang berbunyi ternyata mampu mengumpulkan kesadaran cewek itu dalam sekejap dan memilih berlari menuju pintu rumah.

Itu pasti Keenan.

Ya, Ratu tidak salah lagi.

Dengan gerakan teramat cepat untuk membuka pintu. Di detik itu pula Ratu membiarkan mulutnya jatuh ke lantai saat menemukan seseorang yang sekarang sedang berdiri di depan pintu rumahnya.

"Pak Risto?!" meski ada rasa kecewa karena malah menemukan satpam di rumahnya. Cewek itu, Ratu, tetap bertanya. Apalagi di saat matanya tertarik pada boneka berukuran cukup besar dan sebuah buket mawar di genggaman pria itu. "Mau ngapain, Pak?"

Yang ditanya, langsung memberikan boneka dan sebuket mawar itu pada Ratu yang langsung mengerutkan dahi saat menerima itu. Ditambah lagi dengan kalimat Pak Risto yang keluar setelahnya.

"Ini loh, Non." Pak Risto menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Tadi ada anak laki-laki yang nitip itu ke bapak. Katanya buat Non Ratu yang lagi ulang tahun."

"Makasih, Pak." padahal sejak teman-temannya memberikan hadiah atau sekedar ucapan untuknya, Ratu tidak mengatakan hal tersebut karena terlalu sibuk memikirkan keadaan Keenan.

Berbicara tentang, Keenan. Ratu jadi penasaran dengan hadiah yang baru saja ia terima. Untuk itu sebelum Pak Risto berbalik, Ratu lebih dulu bertanya. "Ngomong-ngomong, Pak. Cowok yang ngasih Ratu ini namanya siapa?"

Lalu semuanya terjawab ketika pria itu membuka suara. "Kalo bapak gak salah, namanya Kanan?"

Pada udara dingin malam ini, Ratu memutuskan untuk menahan tawanya dalam hati. Cukup lucu mendengar Pak Risto yang menyebut nama kekasihnya. "Keenan, Pak."

"Oh, iya, itu." Pak Risto menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil membalikan badan dan ingin melangkah pergi kalau saja sebuah seruan tidak membuatnya menoleh ke arah Ratu. "Ada apa, Non?"

Dibanding rasa senangnya yang membuncah karena Keenan memberinya hadiah yang menjadi kesukaannya, tetap ada satu hal yang terus berada dipikiran Ratu. "Kok Keenan ngasihnya ke Pak Risto?"

"Aduh, bapak gak tau, Non. Kalo tadi sih Den Keenan masih ada di depan gerbang." Pak Risto lalu membungkukkan badan sebelum berlalu dari hadapan Ratu. "Tapi, bapak gak tau dia masih ada di depan apa enggak sekarang. Kalo gitu bapak permisi dulu."

Ratu mengangguk sembari menyium aroma wangi bunga mawar yang menusuk hidungnya dan menyebabkan mata cewek itu seketika terpejam. Hingga di mana pikirannya berputar akan hadiah dari Keenan yang malah dititipan ke Pak Risto dan bukan malah cowok itu sendiri yang memberikan langsung kepadanya. Di detik itu pula, Ratu membuka mata dan langsung menemukan secarik kertas yang terselip di atas buket mawar yang berada digenggamannya.

Dengan kening yang berkerut karena melihat hal itu, tanpa pikir panjang Ratu mengambil kertas tersebut dan membacanya dalam hati. Yang satu detik setelahnya, secara refleks boneka dan buket mawar yang tadi dipegang Ratu, sekarang justru jatuh ke lantai.

Digantikan oleh keputusan Ratu untuk berlari secepat-cepatnya ke arah gerbang sembari mengepalkan kedua tangannya, tepat setelah Ratu membaca sebuah kalimat yang ada di kertas tersebut.

Ratu tidak mengerti ini.

Mulai dari keterlambatan Keenan ke pesta ulang tahunnya, lalu menitipkan hadiahnya ke Pak Risto, dan terakhir yang membuat Ratu menggeram yaitu satu kalimat yang ada di kertas tersebut adalah awal penyebab Ratu berlari sekarang.

Melangkah mendekati gerbang rumahnya dan berharap jika Ratu bisa menemukan seseorang yang sedari tadi berkecamuk di kepalanya.

Hingga di mana kakinya hampir mendekati gerbang, seolah Tuhan mengabulkan permintaannya, Ratu malah menemukan postur tubuh tegap yang membelakanginya sedang membuka pintu mobil. Namun belum sempat tubuh itu masuk ke dalam mobil, buru-buru Ratu berdiri tepat di depan kakinya sebelum menampar sisi wajahnya dengan keras.

"Maksud lo apa?!" Ratu tidak bisa untuk tidak menaikkan nada bicaranya. Bukan hanya dirinya yang tersentak setelah melihat tulisan di kertas itu. Tapi seorang cowok yang mendapatkan tamparan itu jauh lebih terkejut. "Bercandaan lo gak lucu, Ken. Gak lucu!"

Masih di tempatnya berdiri, Keenan melihat tubuh Ratu bergetar hebat.

"Ratu," tidak pernah sekalipun Ratu mendengar Keenan memanggil namanya dengan ekspresi yang sulit diartikan.

Dan tatapan Keenan setelahnya adalah sesuatu yang tak sanggup Ratu lihat dibarengi dengan kalimatnya yang berbunyi seperti ini.

"Gue gak bisa nerusin hubungan ini lagi."

Itu persis dengan sebuah kalimat yang tadi sempat Ratu baca dari buket mawar yang diterimanya. Tapi, entah kenapa? Jika mendengar langsung kalimat itu dari bibir Keenan, Ratu merasa matanya memanas seketika.

Ratu masih memahami situasi. Seolah suara gemuruh di sekitarnya seketika lenyap. Dan kalimat yang baru ia dengarlah yang membuatnya mematung seperti di detik ini.

Pada keyakinannya dalam hati, jika Ratu mungkin saja salah mendengar. Cewek itu mengerjap beberapa kali sebelum fokus menatap Keenan yang juga menatapnya tanpa ekspresi.

"Ken," tanpa pikir panjang Ratu menjulurkan tangannya ke arah dahi Keenan. "Pasti lo lagi gak enak badan. Makanya omongannya ngaco."

Seketika Keenan menjauhkan tangan Ratu darinya. Cewek itu juga masih bisa menahan keluhannya di saat Keenan memegang tangannya cukup kuat. Namun, ia tidak dapat menahan lidahnya untuk tidak bertanya di saat cowok itu mulai membalikan badan.

"Lo gak boleh pergi dulu." Ratu bergerak cepat untuk menghadang langkah Keenan dan mengikuti arah pandang cowok itu ke arah jam tangannya. "Pembicaraan kita belum selesai."

"Gak ada yang harus diomongin lagi." dilihat dari tempatnya berdiri, Keenan menyadari jika cewek yang sekarang juga berdiri di hadapannya tengah menatap dirinya melalui tatapan sendu. Dan dengan mudahnya Keenan membuat tatapan sendu itu bertambah dua kali lipat dari sebelumnya karena kalimat yang baru akan ia lontarkan. "Hubungan kita udah selesai, Ratu."

Tidak perlu ditanya. Sebesar apakah? Pengaruh ucapan Keenan pada dirinya hingga membuat mata Ratu memanas seketika.

"K—Ken..." Ratu masih bisa menahan torehan di dadanya akibat ucapan cowok itu. Tapi, ia tidak sanggup jika harus menahan bendungan air di matanya agar tidak turun membasahi pipinya yang bergetar hebat, seolah tengah mengatakan untuk tidak menangis di hadapan Keenan. "Jangan bilang lo minta putus ke gue? Jangan, Ken. Gue gak mau!"

Ratu kemudian mengusap matanya dengan punggung tangan, seperti mengisyaratkan pada hujan dari matanya itu untuk segera berenti keluar ketika di saat yang bersamaan pandangan cewek itu terhadap Keenan mulai memburam. Seiring dengan air matanya yang justru keluar lebih banyak dari sebelumnya.

"Lo gak mungkin mau putusin gue, 'kan?" Ratu tidak pernah berbicara setakut ini pada seorang cowok. "Lo pasti lagi bercanda. Iya kan, Ken? Gue tau lo orangnya suka becanda."

Dilihat dari mana pun, Keenan tidak pernah main-main dengan kalimatnya. Dan hal itu pula yang membuat perasaan Ratu semakin tidak enak.

"Gue berubah pikiran." Keenan menatap wajah cewek di hadapannya yang semakin memerah. Di detik pula Ratu merasa sakit di dadanya menjalar ke kedua matanya yang seolah tidak ingin berhenti mengeluarkan air mata. "Emang dari awal gue gak ada niatan ngajak pacaran seorang pembuli."

Jika Ratu pintar mengingat, tatapan Keenan yang sekarang ia lihat adalah tatapan yang sering cowok itu tunjukkan padanya. Dulu sekali.

"Enggak..." Ratu menggeleng secara berlebihan sebelum memegang tangan Keenan dengan kedua tangannya. "Gue bilang gue gak mau putus!"

Pada kedua tangannya yang bergetar hebat, Ratu merasa Keenan melepaskan pegangannya di lengan cowok itu dengan tiba-tiba.

"Dasar cewek tolol." sekali lagi, Ratu harus berhadapan dengan tatapan Keenan yang semakin dingin. Juga berhadapan dengan akhir perjuangannya selama ini hanya karena kalimat cowok itu setelahnya. "Kita putus."

Tanpa harus cowok itu perjelas maksudnya, Ratu tentu tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Namun, apabila Tuhan berkata lain. Maka, Ratu akan melihat punggung tegap cowok itu berjalan meninggalkannya. Seperti yang sekarang terjadi di depan matanya.

"Keenan!" panggil Ratu tercekat karena air ludahnya sendiri.

Cukup sekali saja Ratu merasakan ditinggal oleh orangtuanya. Dan jika Keenan memutuskan untuk melakukan hal yang sama. Maka, Ratu merasa dirinya benar-benar tidak diharapkan untuk berada di dunia.

"Ken...Keenan!" lirih Ratu. "Bukannya lo bilang kalo gue itu masa depan lo? Kenapa sekarang lo malah mutusin gue?"

Seketika langkah Keenan berhenti.

"Lo bener-bener tuli?" tanpa harus menoleh ke belakang, Keenan bisa merasakan jika wajah cewek itu semakin basah karena tangisan. "Cukup sekali aja gue bilang putus."

Belum sempat Keenan merangsek maju, cowok itu merasakan sesuatu yang membelit pinggangnya dengan erat.

"Lo pernah janji gak bakal mutusin gue." Ratu memukul punggung Keenan bertubi-tubi dengan sebelah tangan. "Pokoknya lo gak bisa mutusin gue gitu aja. Gak boleh, Ken!"

"Gue bisa mutusin lo kapan aja." dengan perlahan cowok itu melepaskan tangan Ratu yang melingkari perutnya. "Jadi, jangan pernah kejar gue lagi. Atau lo bakal terlihat seperti cewek yang menyedihkan."

Tidak mungkin. Keenan tidak pernah melakukan hal tersebut.

Tolong bilang pada Ratu jika yang terjadi padanya sekarang adalah bagian dari kejutan cowok itu di pesta ulang tahunnya.

"Ken," Ratu lalu tersadar dari lamunannya ketika melihat Keenan sedang membuka pintu mobil itu. Yang sigap ditanggapi Ratu dengan menahan pintu kemudi yang hendak Keenan tutup. "Jangan putusin gue!"

Kali ini biarkan Keenan melihat wajah Ratu yang dulu berseri karenanya untuk yang terakhir kali sebelum cowok itu berujar.

"Selamat ulang tahun, Ratu."

Hanya itu yang bisa Ratu dengar sebelum suara pintu kemudi yang ditutup membuat tangisannya semakin tidak terbendung.

"Ken," Berulang kali Ratu menyebut nama itu sambil mengetuk kaca kemudi mobil yang mulai bergerung meninggalkan dirinya.

"Jangan tinggalin gue," tapi sampai suaranya habispun. Cowok itu mungkin tidak akan mau berbalik, menatapnya. "Keenan!"

Apakah Keenan tidak mengerti? Jika tanpa cowok itu, Ratu pasti tidak akan baik-baik saja.

Kemudian kilas samar ingatan Ratu kembali pada kalimat terakhir Keenan sebelum cowok itu menghilang bersama mobilnya di ujung jalan.

Jika di malam ulang tahunnya sekarang, Keenan benar-benar menuruti permintaan Ratu yang meminta cowok itu untuk memberikannya hadiah istimewa.

Juga hadiah yang sangat berbeda dari teman-temannya yang lain.

Yaitu, sebuah kata perpisahan dan kepergian Keenan selamanya dari hidup Ratu.

***

NAH LOH RATU SAMA KEENAN PUTUSSSSS GUYS......

Ya ampun nyesek banget kado ulang tahun Ratu dari Keenan :(

Ada yang sepemikiran kalau ini ada hubungan sama mamihnya Ratu yang nemuin Keenan kemarin?

TUNGGUIN TERUS YA UPDATETAN RATUNYA

WAJIB BANGET BUAT DITUNGGU DAN SEGERA REKOMENDASIKAN CERITA "RATU" KETEMAN-TEMAN KALIAN YAA ^^

Dan Jangan sampai lupa untuk tinggalkan Comment dan Vote untuk cerita RATU ya.

Jangan lupa juga follow wattpad hfcreations biar kalian langsung dapat notifikasi langsung kalau RATU update.

Selalu support dan baca cerita RATU by Y. Arviyani

Sekali lagi jangan lupa comment dan vote yaa. Biar penulisnya tambah semangat lanjutinnya.

Dan juga jangan lupa Share cerita ini Di Instagram kalian dan Wajib banget buat rekomendasiin cerita ini ke teman-teman kalian biar dilanjut ceritanya semakin cepaat :)

Ayo rekomendasikan Cerita RATU keteman-teman kamu yaaa.

Untuk Info-info mengenai cerita hfcreation bisa dicek di Instagram : @hf.creations

Continue Reading

You'll Also Like

3.5M 183K 27
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
1.6M 133K 61
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
1.2M 46K 51
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
328K 19.7K 36
JANGAN LUPA FOLLOW... *** *Gue gak seikhlas itu, Gue cuma belajar menerima sesuatu yang gak bisa gue ubah* Ini gue, Antariksa Putra Clovis. Pemimpin...