After With You (Complete)

By istyanahazzoe

129K 5.8K 1.4K

Part Lengkap FOLLOW DULU SEBELUM BACA :) Kirana Maheswari, gadis berhijab bertubuh mungil ini tidak habis pik... More

Prolog
Pengenalan Tokoh
Part 1: Hari Yang Buruk
Part 2: Dia si Penuh Pesona
Part 3: Dia Hantu Kolam Renang
Part 4: Pertolongan Kedua
Part 5: Memberikan Ancaman
Part 6: Rumah Angker Sarang Hantu
Part 7: Lagu Ciptaan Arkana
Part 8 : Arkana, Gila?
Part 9: Tragedi Toko Buku
Part 10: Hukuman Arkana dan Kirana
Part 11: Kemarahan di Koridor
Part 12: Tembakan Jitu
Part 13: Ungkapan Arkana
Part 14: Rencana Yang Gagal
Part 15: Gelang Dari Ran
Part 16: Hilang Kendali
Part 17: Puncak Frustasi
Part 18: Dalang Sebenarnya
Part 19: Menyembunyikan Luka
Part 20: Menghilang Sejenak
Part 21: Pacar Arkana dan Kedai Es Krim
Part 22: Pesan Yang Terkirim
Part 23: Perkelahian Hebat
Part 24: Dua Babu Tampan
Part 25: Gigi Kelinci
Part 26: Guru Les Fisika Kirana
Part 27: Serangan Mendadak
Part 28: Serangan Pagi Buta
Part 29: Mantra Ajaib Arkana
Part 30: Jebakan di Pesta
Part 31: Malam dan Tragedi
Part 32: Hujan dan Pengungkapan
Part 33: Boneka Beruang
Part 34: Sore Yang Buruk
Part 35: Musuh Masa Lalu
Part 36: Kabar Buruk Tengah Malam
TRAILER 2 AFTER WITH YOU
Part 37: Genggaman Seorang Gadis
Part 38: Kabar Bahagia
Part 39: Hari Jadian
Part 40: 20 Hari
Part 41: Euforia Rasa Takut
Part 42: Kecupan Singkat Di Perpustakaan
Part 43: Nyanyian Si Cowok Arogan
Part 44: Melanggar Batasan (16+)
Part 45: Arkana, Kamu Ke mana?
Part 46: Beruang Betina yang Mencari Pangeran
Part 47: Beruang Betina Kangen Pangeran
Part 48: Tangis dan Gadis
Part 49: Tersesat Dalam Perasaan
Part 50: Aku Di Sini Arkana
Part 51: Perkelahian Dini Hari
Part 52: ARRA
Part 53: Awal Sebuah Rencana
Part 54: Terkurung dalam Ketakutan
55: Akhir?
56: Drama Pinggir Jalan
58: Aksi Heroik
Part 59: Arkana dan Laura
Part 60: Tentang 21 Februari
TRAILER AFTER WITH YOU
Hai, Arkana&Kirana bawa kabar
Part 61: Danau dan Perahu
Part 62: Tantangan dan Panggilan
63: Kelulusan dan Fakta Besar
64: Kunang-Kunang dan Sepasang Anak Manusia
Part 65: Dua Pasang Sepatu
Part 66: Mencari Jawaban
Part 67: Dilema Rasa
Part 68: Tentang Tamu dan Tuan Rumah
Part 69: Terima Kasih Sudah Kembali
Part 71: Arkana, Kirana dan Arra
Part 71: Bersama Ombak dan Senja
Part 72: Dejavu
Part 72: Hadiah Malam (End)
Epilog
Promosi Novel ❤️

57: Arkana dan Sha

2K 55 2
By istyanahazzoe

🎵🎵 Cintakan membawamu kembali

🌸🌸🌸🌸

HALO HAY BERTEMU LAGI KITA


KADANG SUKA SEDIH YG VOTE DAN KOMEN DIKIT AMAT

EH TAPI LUPA

UDAH DIBACA AJAH SEHARUSNYA BERSYUKUR

SEMOGA CERITA INI BISA MENGHIBUR DAN MENEMANI HARI KALIAN YA

SO..

Kasih bintang dan komennya dong 😁

Selamat membaca😊







Arkana menghentikan mobil yang dia kendarai tepat di parkiran sebuah gedung kesenian. Arkana turun setelah itu. Kirana masih bingung sendiri di dalam mobil. Hingga Arkana membukakan pintu untuknya dan menyuruh turun, barulah Kirana turun.

"Lo malah bengong? Ayo!" ucap Arkana lantang. Kirana sampai terkejut. Dia sungguh masih bingung. Kenapa Akana membawanya ke gedung kesenian?

"Ar ini kita mau ngapain ke sini?" tanya Kirana.

Arkana diam. Dia tetap melangkah dan mendahului Kirana. Di belakang Arkana, Kirana mengikuti. Dia berusaha mensejajarkan langkahnya dengan cowok itu. Tetapi tidak bisa. Arkana berjalan begitu cepat.

"Arkana, aku tanya tadi! Kenapa kita ke sini?" Kirana bertanya lagi. Arkana masih tidak merespon. Cowok itu malah asyik berjalan lebih dulu.

Kirana berhenti. Dia membiarkan Arkana berjalan lebih dahulu. Kirana menghela napasnya berkali-kali. Entahlah, dia kesal sendiri karena pertanyaannya tidak Arkana jawab berkali-kali.

Sadar Kirana tidak ada di belakangnya, Arkana mencari Kirana. Dia celingukan mencari gadis itu. Hingga tatapannya bertemu dengan Kirana yang berdiri dan diam di ujung sana, barulah Arkana berseru dan memanggil Kirana.

"Ra ayo!"

"Ngapain lo bengong di situ?"

Kirana memilih balik badan. Dia mengabaikan Arkana. Kirana sekarang ingin pulang ke rumahnya. Berkali-kali Arkana memanggilnya pun Kirana tidak peduli. Sengaja mengabaikan Arkana.

Arkana berlari. Mengejar Kirana yang semakin jauh dari darinya. "Ra!" Arkana memanggil Kirana untuk kesekian kalinya. Kirana menoleh sekilas, tetapi setelah itu dia berjalan lagi.

"Ra, lo mau ke mana?" tanya Arkana. Langkah Kirana berhenti. Arkana berhasil meraih pergelangan tangan Kirana.

"Mau pulang." Kirana menjawab singkat.

"Kok lo pulang sih? Gue ajak lo ke sini karena ada satu tujuan. Lo malah pulang!"

"Lagian kamu nggak jelas Ar! Aku tanya kamu malah diem ajah!"

"Pertanyaan lo akan terjawab nanti, sekarang ayo ikut gue!"

Arkana kali ini memaksa Kirana. Dia memegang tangan kanan Kirana erat-erat. Jangan sampai gadis itu melarikan diri. Arkana membawa Kirana dengan cepat. Kirana sampai berjalan tertatih-tatih.

"Ar, lepasin!"

"Ar, aku bisa jalan sendiri!"

"Arkana!"

Tidak ada respon. Arkana tetap berjalan dengan semangat. Arkana bahkan tidak peduli banyak orang yang memperhatikannya sekarang. Apalagi Kirana tidak mau diam. Gadis itu memohon berkali-kali untuk dilepaskan.

Sampailah mereka di dalam gedung kesenian itu. Sudah banyak orang di dalam gedung itu. Mereka sudah memenuhi tempat duduk yang disediakan. Arkana lalu membawa Kirana ke tempat duduk yang kosong di barisan ketiga.

Kirana baru paham sekarang. Arkana membawanya ke gedung kesenian sore ini untuk melihat pertunjukkan teater Laura. Gadis kecil menggemaskan itu di panggung megah sana sedang memainkan perannya.

"Kamu bilang dong Ar kalau ajak aku ke sini buat lihat penampilan Laura," kata Kirana ke Arkana.

"Emangnya lo pikir gue mau ngapain ajak lo ke sini?" Arkana bertanya ke Kirana. Cowok itu menoleh, menatap Kirana. Karena hal ini keduanya sempat bersitatap. Kirana dengan cepat mengalihkan tatapannya.

"Ya gatau. Makanya tadi aku nanya."

"Makanya nggak usah banyak tanya. Risih gue dengernya!"

"Namanya orang nggak tahu wajarlah kalau nanya Arkana."

"Nggak wajar. Lo banyak tanya!"

Kirana memilih tidak merespon. Dia fokus melihat penampilan Laura dan teamnya. Arkana dan Kirana lalu sama-sama fokus melihat penampilan teater Laura.

Kirana menatap dengan antusias penampilan Laura. Dia sangat kagum melihat penampilan gadis itu. Sedangkan Arkana, cowok itu terlihat begitu serius. Kedua tangannya bersedekap. Kirana menoleh, melihat Arkana sekilas.

"Muka gue dari samping emang ganteng banget." Arkana tiba-tiba saja berkata. Menyadari Arkana berkata sedemikian percaya dirinya, Kirana langsung membuang tatapannya. Dia tidak akan lagi menoleh, menatap Arkana dari samping.

"Salah tingkah kan lo kepergok ngagumin gue! Kenapa? Kaget ya? Udah jadi mantan malah jadi tambah ganteng?"

"Apaan sih Ar! Aku liatin kamu tadi soalnya kamu serius banget."

"Alah alasan!"

"Terserah!"

Perdebatan selesai. Kirana memilih fokus melihat penampilan Laura. Begitupun Arkana. Cowok itu bahkan terlewat fokus.

"Laura beberapa hari yang lalu minta ke gue buat ajak lo nonton teater dia. Tapi gue nolak dan dia ngambek. Gue paling risih kalau dia udah ngambek. Makanya gue ajak lo ke sini," ucap Arkana menjelaskan. Padahal Kirana tidak memintanya sama sekali.

"Oh gitu..," balas Kirana singkat.

Tidak ada lagi obrolan. Keduanya fokus lagi. Dua puluh menit kemudian penampilan teater Laura dan teamnya selesai. Tepuk tangan langsung mengiringi selesainya penampilan Laura dan teamnya. Kirana langsung berdiri. Diikuti Arkana setelah itu. Keduanya bertepuk tangan paling heboh.

Sang penampil teater membungkukan badan mereka. Memberikan tanda hormat ke penonton. Setelahnya mereka undur diri satu persatu. Namun, ada pemandangann yang tidak biasa. Ada seorang gadis yang tidak beranjak dari panggung megah itu. Dia mendekat ke stand microfon.

Arkana dan Kirana saling lirik. Mereka berdua bingung satu sama lain. Apa yang akan Laura lakukan?

Laura terlihat gugup di depan sana. Gadis itu meremas kedua telapak tangannya kuat-kuat. Dia lalu buka suara, "Terima kasih buat kakak aku yang udah dateng. Love you Kak Arkana."

Arkana terenyak. Penonton yang lain mencari. Siapa Arkana yang gadis di panggung itu maksud?

Arkana garuk-garuk kepala. Dia dibuat salah tingkah karena ulah adiknya. Kirana di samping Arkana tertawa kecil. Menggemaskan melihat tingkah kakak beradik itu.

"Oh iya makasih juga buat Kak Kirana yang sudah datang. Love you juga. Oh iya, aku berdiri di sini karena ada hal penting yang harus aku ucapkan ke Kakak aku. Aku senang banget dia datang sore ini. Dia kakak aku yang galak. Dia kakak aku yang gampang marah. Tapi dia kakak terbaik yang pernah ada di dunia ini. Dia punya caranya sendiri untuk menunjukkan rasa sayangnya ke orang yang dia sayang. Love you Kak Arkana. Laura sayang banget sama Kak Arkana."

Laura membungkukan badannya. Setelahnya dia beranjak dari panggung. Dia lalu berlari menghampiri Arkana dan Kirana. Tidak tahu malu Laura langsung memeluk keduanya. Penonton yang melihat hal ini langsung berseru takjub. Mereka sekarang tahu siapa sosok bernama Arkana dan Kirana.

"Makasih udah dateng Kak, hehe," ucap Laura ke Arkana. Laura menyengir lebar.

"Makasih juga udah bawa Kak Kirana dateng ke sini," ucap Laura lagi. Arkana melihat ke sekitar. Penonton yang lain menyoroti ke arah mereka. Tingkah Laura berhasil menyita perhatian.

"Kak Kirana bangga banget sama Laura. Penampilan Laura keren banget tadi sama teamnya. Kak Kirana suka," puji Kirana ke Laura. Pujiannya ini dibalas cengiran lebar Laura.

"Kak Arkana gimana, suka?" tanya Laura. Dia mendongka, menatap kakaknya serius. Laura harap-harap cemas menunggu jawaban Arkana.

"Hmmm." Hanya ini jawaban yang Arkana keluarkan. Meski begitu Laura sangat senang. Dia langsung memeluk Arkana erat. Kirana di samping Arkana sangat bahagia melihat momen ini.

Laura perlahan melepaskan pelukannya. Apalagi Arkana sudah bergerak gelisah. Tidak nyaman dengan tingkah adiknya saat ini.

"Laura ke teman-teman Laura ya? Dah..," izin Laura.

Kirana mengangguk seraya tersenyum. Sedangkan Arkana hanya berdeham singkat. Laura setelah itu pergi. Gadis itu beberapa kali menoleh dan melambaikan tangannya berkali-kali ke Arkana dan Kirana.

"Seneng banget deh lihat kalian. Gemesin."

"Gemesin ndas mu!"

"Kok gitu sih Ar? Lucu tahu!"

"Nggak ada yang lucu!"

Kirana memilih diam. Arkana di sampingnya sudah duduk lagi. Wajah cowok itu terlihat sangat serius.

"Ar aku pulang duluan deh ya? Udah sore banget," ucap Kirana ke Arkana. Di depan sana, di panggung megah itu, penampilan teater dari team selanjutnya sudah dimulai. Arkana sudah serius melihat ke arah panggung.

"Gue antar kalo gitu." Arkana membalas.

"Nggak usah. Nanti Laura gimana?"

"Gue antar lo nanti habis itu ke sini lagi!"

"Oh yaudah kalo gitu. Tapi nggak ngerepotin kamu kan?"

Arkana tidak menjawab pertanyaan Kirana. Cowok itu langsung bangkit dari tempat duduknya.

"Sabar Kirana," ucap Kirana ke dirinya sendiri. Dia mengelus dadanya pelan. Dia lalu mengikuti langkah Arkana. Cowok itu sudah lebih dahulu melangkah pergi.

***

Arkana tidak pernah bisa benar-benar meninggalkan kebiasaan setiap malamnya. Yaitu ke kelab malam. Baginya tempat itu memberikan ruang yang menyenangkan.

Kehidupan malam ibukota semakin malam semakin hidup. Bagaimana mungkin Arkana bisa melewatkan momen ini? Dia sudah menikmati malam-malam sebelumnya dengan hal-hal yang menyenangkan. Dan diantara malam-malam itu, dia paling sering menikmati waktu malamnya bersama geng ALERT.

Arkana baru saja sampai. Dia langsung duduk di antara Ramon dan Tiara. Di dekat mereka sudah ada anggota geng ALERT lainnya, yaitu Erik dan Leona.

"Inget lo punya temen?" sindir Tiara. Ini baru pertama kalinya Arkana ikut mengumpul lagi.

Arkana diam. Dia langsung memilih meneguk satu gelas cokctail di hadapannya. Itu milik Ramon.

"Yeh lo main embat ajah!" protes Ramon. Arkana diam. Dia langsung merangkul bahu kedua temannya. Tiara dan Ramon menolak dipelakukan seperti ini.

"Udah jomlo ajah, lo inget punya temen Ar!" sindir Ramon. Arkana tertawa. Dia lalu menyubit gemas pipi Tiara dan Ramon secara bersamaan.

"Baperan amat sih lo pada! Masih kesel sama gue?" ucap Arkana ke teman-temannya.

"Lo pikir ajah sendiri!" Tiara menimpali dengan ketus.

"Udahlah jangan marah-marahan gini. Malam adalah waktunya kita senang-senang!" Arkana berseru semangat. Dia lalu berdiri. Menuju ke lantai dansa.

Teman satu geng Arkana mengikuti setelah itu. Mereka ikut terhipnotis dengan keramaian di lantai dansa. Mereka ikut menari. Menyatukan gerakan mereka dengan musik yang sedang menggema. Beberapa kali sinar laser mencuat. Menyentuh tubuh mereka. Menambah gemerlap suasana di kelab malam itu.

"Mon liat deh, telapak tangan gue nggak muat kali ya megang yang segede itu?" ucap Erik ke Ramon. Karena ucapan Erik, Arkana penasaran. Dia melihat ke arah yang Erik lihat.

"Kalau lo mau tahu, lo coba pegang lah Rik!" suruh Arkana.

"Gila lo! Tangan gue yang suci ini belum siap megang gituan!" Erik menjawab bangga.

"Alah najis lo! Tangan sering dipakai main sendiri ajah ngaku masih suci!" Ramon menimpali. Arkana tertawa senang melihat perdebatan konyol kedua temannya.

"Kalau gitu, lo Mon coba deketin tuh cewek dan tes, muat nggak di telapak tangan lo?" kata Arkana ke Ramon.

"Kenapa nggak lo ajah Ar. Lo kan paling jago kalau masalah ginian, ya nggak Rik?" Ramon meminta persetujuan Erik.

"Gue taubat bro. Tangan gue lagi tahap pembersihan." Arkana menjawab. Tiara dan Leona yang mendengar jawaban sok benar Arkana langsung melihat dengan tatapan sinis. Mereka bahkan berdecih singkat untuk Arkana.

"Sok sokan taubat lo Ar! Padahal gatel juga mau ngegrepe-grepe cewek!" kata Ramon ke Arkana.

"Mana bisa Arkana nggak gitu. Gue yakin, Kirana pasti udah diapa-apain pas pacaran ama nih anak!" Tiara ikut nimbrung. Ucapan Tiara ini berhasil membuat Arkana menatap tajam.

"Lo kenapa jadi bahas Kirana? Hah?" Arkana menimpali dengan galak.

"Gue bercanda kali! Santai dong!" Tiara menimpali santai. Dia lalu menarik Leona agar menari di posisi depan. Meninggalkan ketiga cowok itu.

Arkana sudah kehilangan selera. Bahkan saat Ramon dan Erik menenangkan pun Arkana mengabaikan. Arkana duduk kembali di sofa yang semula dia duduki. Arkana memainkan ponselnya.

Membaca pesan masuk dari ibunya Sha, membuat Arkana buru-buru beranjak dari tempat duduknya. Arkana berlari cepat menuju keluar dari kelab malam itu.

Erik yang melihat Arkana pergi memanggil berkali-kali. Tetapi Arkana tidak merespon sama sekali. Cowok itu tetap berlari dengan lebih cepat.

***

Arkana langsung masuk ke dalam kamar Sha setibanya dia di rumah gadis itu. Arkana sudah melihat adegan memilukan tepat di depan kedua matanya. Arkana berlari dan langsung mendekap Sha.

"Stop Sha, jangan kayak gini!"

"Ngapain gue hidup Ar? Kalau harapan gue satu persatu hancur! Ngapain gue hidup, Arkana?"

"Gue benci Ar. Kenapa orang-orang yang gue sayang memilih meninggalkan gue dan bikin gue sakit hati? Ayah pergi ninggalin gue karena perempuan lain, kakak gue masuk penjara dan lo juga milih ninggalin gue!"

"Lo masih punya ibu lo dan gue Sha. Gue nggak ninggalin lo, Sha. Buktinya gue ada di sini datang temuin lo!"

Sha menangis semakin kencang. Arkana mendekap Sha semakin erat. Tadi saat Arkana datang, Sha sudah mengamuk di dalam kamarnya. Dia bahkan merobek semua poster bergambar penari balet yang ada di kamarnya. Bukan hanya itu, Sha merusak semua pajangan yang ada di dalam kamarnya.

"Gue nggak bisa jadi balerina lagi Ar. Kaki gue udah nggak berguna. Dan hidup gue udah nggak berguna. Semua yang gue lakuin selama ini percuma Arkana!"

"Nggak ada yang percuma Sha. Percaya sama gue. Selama lo masih mau berusaha untuk kesembuhan lo, gue yakin nggak akan ada yang sia-sia."

Arkana melepaskan pelukannya. Dia menatap lamat Sha. "Lo adalah gadis yang kuat. Lo selalu berjuang untuk dapetin apa yang lo mau. Inget nggak, dulu lo bahkan memilih berangkat sekolah meski lo sedang sakit. Saat itu lo bilang, kalau ketinggalan satu mata pelajaran adalah hal yang merugikan. Lo harus jadi Sha yang dulu. Sha yang pantang menyerah. Lo bahkan bilang sendiri, tidak ada yang sia-sia selagi terus berusaha. Lo inget kan?"

Sha mengangguk. Dia mengingat semua momen dalam hidupnya dulu. Saat dia belum mengalami kelumpuhan seperti sekarang.

"Tapi sampai kapan Ar? Gue capek hidup kayak gini? Hidup dalam keterbatasan kayak gini? Gue mau kayak dulu Ar!"

"Lo harus yakinin semuanya di sini. Di dalam hati lo. Bahwa masa itu akan datang. Usaha lo untuk sembuh akan ada hasilnya."

Sha memeluk Arkana setelah itu. Dia menangis lagi dengan kencang dalam dekapan Arkana.

"Makasih masih mau temenin gue Arkana. Maaf gue terlalu egois selama ini ingin milikin lo seperti dulu lagi. Padahal dengan adanya lo di dekat gue ajah, seharusnya gue bersyukur. Lo memilih ada di samping gue di saat banyak orang ninggalin gue."

Arkana diam. Dia hanya mengusap lembut rambut Sha. Arkana melepaskan pelan pelukan Sha. Setelahnya dia mengangkat Sha dan membawa Sha ke tempat tidurnya. Arkana meletakkan Sha pelan-pelan.

"Jangan lagi berbuat hal yang membahayakan diri lo Sha. Berhenti bikin Ibu lo menangis Sha. Apa lo nggak kasihan sama dia? Dia juga orang yang selalu ada buat lo Sha. Dia sayang banget sama lo!"

Sha diam. Arkana lalu duduk di tepi kasur tidur Sha. Jemari Arkana bergerak pelan. Dia merapikan rambut Sha yang berantakan.

"Jangan pikirin orang yang sudah meninggalkan lo Sha. Lo harus pikirin orang yang selalu ada buat lo. Lo harus janji habis ini, jangan melakukan hal yang membahayan diri lo lagi. Lo harus pikirin perasaan Ibu lo Sha. Dia hancur setiap kali lo bertindak dan bertingkah kayak gini!"

Sha semakin dalam menatap Arkana. Tangan Sha bergerak pelan meraih kedua tangan Arkana.

"Makasih ya Ar. Makasih buat banyak hal yang udah lo lakuin selama ini."

Arkana hanya mengangguk. Dia membiarkan gadis di hadapannya ini menggenggam erat kedua telapak tangannya.

"Gue boleh minta sesuatu?" pinta Sha dengan lembut.

"Apa?" tanya Arkana.

"Nyanyi buat gue. Entah kenapa gue kangen banget sama suara nyanyian lo. Gue jadi inget dulu deh. Waktu masih jadi pacar lo. Dulu kalau gue ngambek, lo suka langsung nyanyi buat gue. Suara lo bikin hati gue adem Ar. Nyanyi ya sekarang?"

Arkana mengangguk. Setelahnya dia bernyanyi. Di depan Arkana, Sha senyum-senyum sendiri. Kedua matanya tidak bisa berbohong. Memancarkan kebahagiaan. Suara nyanyian Arkana mampu menghipnotisnya seperti ini.

Di dekat pintu kamar Sha, perempuan paruh baya mengintip hati-hati dari sela pintu kamar Sha. Dia menangis terharu melihat ketenangan di ujung pandangannya.

"Makasih Nak Arkana. Makasih untuk semuanya. Ibu senang melihat Sha tersenyum lagi."


------


YANG SUDAH BACA

YANG SUDAH VOTE
DAN YANG SUDAH KOMEN

AKU UCAPKAN

Ayo share cerita ini biar dibaca bareng teman2 kalian 😁


See you 💜

Continue Reading

You'll Also Like

432K 15.6K 30
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
9.4M 286K 33
Orang bilang perkataan adalah doa, hal itu yang terjadi pada Inggita Almira Arundati. Karena tidak menjaga perkataannya yang suka ceplas ceplos Inggi...
5.3K 1.9K 40
Aina Faj'ri, seorang perempuan yang gemar sekali tertidur di kelas. Karena hobinya itu dia kerap kali dihukum oleh gurunya namun, itu tak membuatnya...
13.4K 1.6K 46
[COMPLETED] WELCOME BACK IN MY STORY!! --- Ketidaksengajaan menjadi awal pertemuan Rara dan Reyga. Sepasang manusia yang sedang belajar tentang cinta...