ALGIS ✓

By DniarDniar

441K 29.9K 22.6K

KALAU MAU SUKSES JANGAN COPY PASTE ⚠️ FOLLOW DULU BARU BACA⚠️ # JUHAR SERIES 1 Algis Keivan Prasafi, kepala y... More

ALGIS - BAGIAN 01
ALGIS - BAGIAN 02
ALGIS -BAGIAN 03
ALGIS-BAGIAN 04
ALGIS-BAGIAN 05
ALGIS-BAGIAN 06
ALGIS-BAGIAN 07
ALGIS-BAGIAN 08
ALGIS-BAGIAN 09
ALGIS-BAGIAN 10
ALGIS-BAGIAN 11
ALGIS-BAGIAN 12
ALGIS-BAGIAN 14
ALGIS-BAGIAN 15
ALGIS-BAGIAN 16
ALGIS-BAGIAN 17
ALGIS-BAGIAN 18
ALGIS-BAGIAN 19
ALGIS-BAGIAN 20
ALGIS-BAGIAN 21
ALGIS-BAGIAN 22
ALGIS-BAGIAN 23
ALGIS-BAGIAN 24
ALGIS-BAGIAN 25
ALGIS-BAGIAN 26
ALGIS-BAGIAN 27
ALGIS-BAGIAN 28
ALGIS-BAGIAN 29
ALGIS-BAGIAN 30
ALGIS-BAGIAN 31
ALGIS-BAGIAN 32
ALGIS-BAGIAN 33
ALGIS-BAGIAN 34
ALGIS-BAGIAN 35
ALGIS-BAGIAN 36
ALGIS-BAGIAN 37
ALGIS-BAGIAN 38
ALGIS-BAGIAN 39
ALGIS-BAGIAN 40
ALGIS-BAGIAN 41
ALGIS-BAGIAN 42
ALGIS-BAGIAN 43
ALGIS-BAGIAN 44
ALGIS-BAGIAN 45
ALGIS-BAGIAN 46
ALGIS-BAGIAN 47
ALGIS-BAGIAN 48
ALGIS-BAGIAN 49.
ALGIS-BAGIAN 50
ALGIS-BAGIAN 51
ALGIS-BAGIAN 52
ALGIS-BAGIAN 53
ALGIS-BAGIAN 54
ALGIS-BAGIAN 55
ALGIS-BAGIAN 56
ALGIS-BAGIAN 57
ALGIS-BAGIAN 58
ALGIS-BAGIAN 59
ALGIS-BAGIAN 60
ALGIS-BAGIAN 61
ALGIS-BAGIAN 62
ALGIS-BAGIAN 63
ALGIS-BAGIAN 64 'END
ALGIS-BAGIAN 65 'EPILOG
UCAPAN ISTIMEWA UNTUK ORANG ISTIMEWA

ALGIS-BAGIAN 13

5.6K 469 22
By DniarDniar

Belajarlah mencintai diri sendiri. Jangan membuatnya luka. Karna pada saat kau kembali dikecewakan. Yang kau temukan bukan hal lain, melainkan dirimu sendiri. 

—Nada Daeva.

DniarDniar
HAPPY READING


"Loh kok Algis ngajak Adrea, kesini?"

Nada bangun dari duduknya mengrenyit binggung saat Algis kembali bersama Adrea dibelakangnya yang juga membawa tasnya. Adrea diajak bolos?

"Lho Adrea pipi lo kenapa?" Nada menatap lebam dipipi Adrea dengan tatapan khawatir juga meringis ngilu, "duduk dulu Re."

Nada mengajak Adrea duduk disebelahnya. Haidar, Ian dan Fauzi langsung mendekat sementara Algis tengah mengasingkan dirinya dengan sebatang rokok yang tengah dihisapnya.

"Sekarang cerita sama gue kenapa pipi lo bisa sampai kayak gini?" tanya Nada menatap penuh Adrea.

Adrea menghembuskan nafasnya pelan. Saat dibelakang sekolah sebenarnya yang ada disana lebih dulu adalah Adrea tapi saat menyadari Saga ada disana bersama Elin, Adrea memilih untuk tetap ditempatnya karna hatinya merasa tidak enak dan benar saja dugaannya ternyata tidak melesat saat Saga ingin menyakiti Elin.

"Adrea lo denger gue, kan? Siapa yang bikin lo kaya gini?!" tanya Nada lagi.

"Lo dipukul siapa, Re?" tanya Haidar. Cowok itu tahu luka lebam dipipi Adrea adalah tonjokan. Gitu-gitu Haidar memang banyak pengalamannya.

"Lagian si bandel. Cewek-cewek kok ikut tawuran!" ucap Fauzi asal nebak.

"Siapa yang ikut tawuran bambang!" Jitak Ian.

"Lah Bang Ion sakatonik gak lihat pipinya biru kaya muka-muka abang pada abis tawuran? Fauzi gini-gini juga tahu, pengalaman Fauzi lebih banyak meskipun sebagai penonton tawuran," kata Fauzi.

"Balita diem. Lo juga Ion sakatonik diem. Berisik tahu gak!" ketus Haidar.

"Adrea sayang jawab dong. Itu pipinya kenapa sampe biru? Kasih tahu gue siapa yang bikin lo kaya gitu biar gue abisin tuh orangnya," ucap Haidar modus sambil mengusap kepala cewek itu.

"Lo gak mau cerita sekarang, Re?" tanya Nada.

Adrea menghembuskan nafasnya lelah. Mengukir senyum paksanya. "Sebenernya gue—" jeda Adrea membuat mereka semua menunggu dengan raut serius.

"Jangan digantung gitu dong, Re." greget Haidar. "Gue selama ini emang terlihat kuat saat cinta gue digantung layaknya kancut dalam jemuran bunder. Tapi percayalah jauh didalam sini gue itu gak kuat. Gue gak sekuat ngangkat galon dari warung kerumah." lanjutnya lebay.

"Apasi dadargulung! Gak jelas ah skip!" toyor Fauzi.

"Shutt up buaya darat!" Ian menendang kaki Haidar.

"Jadi sebenarnya pipi gue itu—"  Adrea menjeda ucapannya memandang mereka satu persatu.

Nada menaikan alisnya, "jadi?"

"Prank! Hahahaha!" Adrea tertawa lepas meski terasa nyeri ia tetap menyembunyikannya dengan tawa yang dibuat lucu.

"Hahaha emang enak lo pada panik!" ucap Adrea masih dengan tawa kecilnya, "ini tuh tinta yang ada di penghapus, yakali gue kena tonjok. Ngaco lo pada!"

Nada mendengus lantas melempar sahabatnya itu dengan tasnya. "Bikin panik tahu gak si."

Haidar dan Ian saling pandang lalu menatap kearah Algis yang masih merokok sementara Fauzi memutar bola matanya malas. "Untung cewek kalo kaya Haidar udah Fauzi nyinyirin!"

"Nad lo samperin Algis gih," pinta Haidar. Nada mengrenyit sambil menunjuk dirinya. "Kenapa harus gue? Ngapain? Enggak mau ah!" tolak Nada.

"Cowok itu kelihatannya gak lagi baik-baik aja. Gue perhatiin dia udah abis empat rokok dari tadi," ucap Haidar.

"Iya Nad, biasanya yang nenangin sama ngingetin Algis itu Elin tapi sekarang dia kan deket sama lo," ucap Ian.

"Gak mao ah!" tolak Nada tegas. Tak urung matanya ikut melihat kearah Algis yang tengah menghembuskan asap rokoknya sesekali mengacak rambutnya asal hingga berantakan.

"Gak boleh gitu alunan Nada. Lo kan tangan kanannya guru BK masa lihat murid ngerokok di diamin aja," kata Fauzi.

"Kenapa gak kalian aja si!" ucap Nada yang sangat malas berurusan dengan ketua Juhar.

"Algis gak bakalan dengerin kalo kita yang bilangin. Lo tahu sendiri dia keras kepala," ucap Haidar. "Malah yang ada kita yang diusir!"

Adrea mendorong Nada untuk bangkit dari duduknya. Dirinya jelas tahu betul apa penyebab Algis seperti itu. Apalagi kalau bukan kejadian tadi dibelakang sekolah.  "Udah sana bantuin. Walaupun gue tahu lo kesel sama Algis tetep tugas lo buat negur dia."

"Lo juga lah. Lo kan ketua osis!" kata Nada dengan bibir mengerucut.

"Gue gak bisa," tolak Adrea. "Gue eum gue mao metik jambu. Iya gue mao metik jambu sama Fauzi." Adrea merangkul balita Juhar hingga cowok itu terpaku ditempatnya.

"Udah sana samperin!" suruh Adrea

"Iye! Iye ah!" sahut Nada malas.

Mau tak mau Nada melangkah mendekat kearah Algis.

Sepeninggal Nada, Ian dan Haidar menatap Adrea dengan serius.

"Jujur sama gue Re, pipi lo kenapa?" tanya Haidar.

"Kan gue udah bilang ini cuma prank."

"Adrea gue ini anak jalan. Lo gak bisa bohongin gue. Sekarang jujur sama gue kenapa pipi lo sampai lebam gitu?" tanya Haidar dengan sorot mata penuh ke khawatiran.

"Gak usah bohong sama kita Re. Jujur aja," ucap Ian.

"Tapi lo janji jangan bilangin Nada." Adrea menatap serius kedua cowok didepannya. 

"Iyaa gue janji." Haidar mengusap lembut kepala Adrea, "jadi siapa yang ngelakuin ini semua?"

"Saga," jawab Adrea

"Serius lo, Re?!" tanya Haidar dan Ian yang sama-sama terkejut.

"Gak mungkin. Bang Saga itu gak pernah deket sama cewek jadi gak mungkin dia ngelukain cewek. Adrea kalo suka sama bang Sa gak gini caranya! Gak usah nuduh yang enggak-enggak!" kesal Fauzi. 

"Fauzi!" bentak Haidar.

"Kenapa? Jadi abang lebih percaya sama cewek kaya dia?" tanya Fauzi makin kesal saat mendapat bentakan dari Haidar.

"Zi dengerin dulu penjelasan Adrea. Jangan kekanak-kanakan!" ucap Ian.

"Ohh gitu Bang. Jadi lebih percaya sama dia?" tunjuk Fauzi pada Adrea.

"Apaan si Zi!" kesal Ian.

"Males Fauzi sama abang!" Fauzi pergi dari sana menuju warung Warmon.

Haidar memejamkan matanya dengan tangan terkepal kuat. Haidar tidak kesal dengan Fauzi tapi kesal dengan Saga yang bisa-bisanya nonjok cewek.

"Gue minta maaf. Terserah lo percaya atau enggak tapi gue mohon sama lo berdua jangan kasih tahu Nada," mohon Adrea

"Kenapa Saga nganuin lo?" tanya Haidar.

Adrea mulai menceritakan semuanya dari awal sampai akhir. Haidar lagi-lagi memejamkan matanya dengan kepalan tangan yang semakin kuat.

Disisi lain Nada masih berdiri memandangi cowok yang belum menyadari kedatangannya. Bisa Nada lihat banyak putungan rokok disekitar cowok itu.

"Algis! Lo gila ngerokok sebanyak ini hah?!"

Tanpa menoleh Algis tahu suara itu, ia tetap membakar kembali seputung rokok yang baru diambilnya dari kotak kecil disamping tempatnya duduk.

"Pergi." usirnya dingin.

"Gue gak mao pergi sebelum lo berhenti dan buang rokok itu dari tangan lo."

Algis menoleh sekilas, "Yaudah." Dengan santai Algis kembali menghisap dan menghembuskan asapnya keatas.

"Ternyata lo tipe cowok yang gak bisa sayang!" Nada maju selangkah. Meski risih dengan asap rokok tetap dia mendekat dan berdiri disebelah Algis.

"Gue udah sayang tapi dianya buat gue kecewa. Jadi jangan sebut gue cowok yang gak bisa sayang. Inget semua itu ada batesnya!" tegas Algis

"Itu yang salah," kata Nada. "Sebelum lo sayang sama orang lain. Sayangi diri lo sendiri lebih dulu."

"Gua gak butuh ceramah lo. Pergi gua bilang."

"Kalo lo tetap merokok tandanya lo nyakitin diri lo sendiri dan tanpa lo sadar lo juga nyakitin gua."

"Shittt!"

Algis melempar kesal rokok yang masih setengah dari tangannya. Berjalan mendekat kearah Nada dan berhenti tepat didepan gadis yang sedari tadi mengganggunya.

Saat sudah dihadapan Nada rasa kesalnya mendadak hilang begitu saja bahkan kata-kata ingin memaki gadis itu seketika buyar begitu melihat wajah merah gadis didepannya yang menahan nafas karna asap rokok.

Algis menghembuskan nafasnya. Menarik gadis itu untuk ikut duduk disebelahnya. Nada berdehem menetralkan degup jantungnya yang berpacu cepat, bukan karna hal lain, tapi karna takut cowok itu akan marah padanya.

Tapi diluar dugaannya Algis malah menyodorkan ponselnya. "Pasukin nomor lo."

"Buat apaan? Gua males bertemen sama lo!" balas Nada

"Siapa yang mau bertemen sama lo? Gua mau jajal pulsa gua masih ada apa enggak." ucap Algis

"Sepik bae kaya ciki!" ketus Nada

"Bacot banget betina ayam!" balas Algis.

"Biarin!"

"Udah cepetan pasukin si!" kesal Algis.

Nada segera mengambil dan mengetikan beberapa angka disana. Setelah selesai Nada kembali memberikannya pada Algis.

Nada menatap kearah pohon jambu tempat tadi ia duduk, disana terlihat Haidar, Ian dan Adrea yang mengacungkan jempolnya dengan senyum mengembang.

Dirasa Algis sudah tidak merokok dan terlihat wajahnya kembali seperti biasa Nada langsung bangkit dari duduknya.

"Gua kes-"

"Temenin gua maen game!" sela Algis.

"Gua mao pulang sama Adrea!" cetus Nada.

"Duduk!" perintah Algis tanpa bantah.

Nada mengerucut sebal. Dengan kasar ia mendudukan bokongnya kembali dan memandang kesal pada Algis yang sudah fokus dengan game online diponsel hitamnya.

Bahkan tak jarang suara permainan itu terdengar ditelinganya.

You have slain an enemy
Enemy has been slained
Legendary

Nada yang bosan memilih membuka ponselnya. Tepat saat itu ternyata ada notif dari cerita wattpad yang dibacanya. Tanpa pikir panjang tangannya langsung saja menekan notif tersebut.

Begitu membacanya Nada sesekali berteriak tertahan. Duduk tidak enak diam. Menggigit jari-jari kukunya. Bahkan sesekali memaki.

Hal itu membuat Algis yang fokus sesekali menoleh karna terganggu serta kepo apa yang gadis itu baca.

"Apaan si itu?!" tanya Algis kembali fokus pada ponsel miringnya. "Anjing maennya curang si monyet." maki Algis pada lawan diponselnya.

"Wattpad." sahut Nada singkat

"Permainan?" tanyanya lagi.

"Bukan."

"Terus apa? Kamera atau edit foto?"

Nada menghela nafas pelan, menatap Algis dari samping yang masih fokus pada gamenya. "Mentang-mentang cewek lo pikir cuma aplikasi kamera atau edit foto doang yang ada di ponsel gua."

"Cewek kan emang gitu," sahut Algis. "Kamera dari ponsel, vsco, b612, piscart, canva, boomerang, photogrid, snapchat. Padahal hasilnya mah sama aja. Suka heran ama kaum hawa,"

"Ish gak semua cewek kaya gitu!"

"Iyaa termasuk lo. Mana mungkin betina ayam kaya lo punya sebanyak itu secara lo itu bar-bar yang ada tuh aplikasi keuninstal sendiri."

"Ih ngeselin banget si lo kue bugis!"

Algis terkekeh pelan, "Iyaa iyaa lagian itu aplikasi apaan si? Seru banget kayanya padahal cuma bacaan."

"Ini tuh wattpad. Aplikasi yang nyimpen sejuta cerita milik orang-orang berbakat seperti penulis." sahut Nada

"Oh!" singkat Algis.

Mereka berdua kembali fokus masing-masing. Tak lama Algis kembali menoleh, "Lo gak nulis cerita kaya penulis wattpad?"

Nada mengalihkan pandangannya pada lahan kosong yang dipenuhi pepohonan didepannya. "Gua gak suka nulis. Jadi pembaca juga udah bahagia,"

"Bahagianya?"

"Ya bisa ngebayangin perkataan mereka. Baper sama karakternya. Endingnya pas dihati. Pokoknya gituh lah."

"Berarti lo menghayal juga dong?" tanya Algis. "Dih curang lo tai." makinya. Kedua jempolnya makin gencar memencet tombol permainan game yang tengah dimainkannya 

"Iyalah ngehayal. Kalo gak gitu gak ada namanya baper tingkat akut. Wattpad juga kan tempat ngehalu."

Algis tertawa sambil menyerongkan duduknya, menarik kepala gadis itu untuk mendekat dan menatapnya dalam.

"Termasuk yang adegan kissnya?"

Nada melotot, Algis makin tertawa renyah melihat wajah terkejut Nada. Mata yang sedikit membesar dengan pipi yang memerah.

Menarik!!!

Algis memajukan wajahnya hingga jarak mereka cukup dekat. Saling menatap manik satu sama lain hingga merasakan hembusan hangat masing-masing yang membuat Nada makin kaku dengan mata melebar. Senyum puas tercetak dibibir Algis saat itu juga.

"Kalo ngehayal bayangin cowok itu gua, ya." bisik Algis. "Iyaa nggak?" tanyanya.

Nada langsung bangkit dari duduknya. Buru-buru beranjak dari sana dengan langkah terkesan lebar.

"Algis gila!" teriaknya

Algis makin tertawa puas, seketika tawanya berhenti begitu merasakan ponselnya bergetar tanda panggilan masuk. Tertera disana panggilan masuk dari Kakek.

"Iya kenapa Kek?" tanya Algis.

"Kakek mao bicara sama kamu. Pulang sekarang. Lima belas menit Kakek tunggu." ucap Kakek Ferdi yang terdengar tegas ditelinganya.

Algis melirik arlojinya yang masih pukul setengah sebelas. Belum waktunya pulang juga, dirinya masih betah disini. Lebih tepatnya ingin mengasingkan diri sebentar. Terlalu penat untuknya yang terus-terusan merasakan hal yang terjadi padanya.

"Nanti aja Kek kalo udah pulang." ucapnya.

"Pulang. Kakek tahu kamu bolos!" tegas Kakek Ferdi.

"Kek nanti aja si. Algis juga masih betah disini, dirumah suntuk gak ada apa-apanya."

"Pulang Kakek bilang! Ajak Saga tadi Kakek lihat dia bolos juga bawa motornya."

Algis memejamkan matanya. Kepalanya semakin berdenyut sakit saat tahu Saga bolos membawa motornya. Kemana cowok itu pergi?

"Algis denger gak apa yang Kakek bilang?" tanya Kakek Ferdi yang mulai geram pada Algis yang tidak kunjung merespon.

"Iya."

Tuttt Tuttt Tuttt

Algis memutus sambungan secara sepihak. Bangkit dari duduknya menuju kearah tempat dimana ada teman-temannya.

"Ayo pulang." ajak Algis

Ian yang lagi memainkan gamenya menoleh sekilas, "Nanti aja si pulangnya nunggu bell. Gua soalnya udah janji sama cewek gua pulang bareng,"

"Iya nanti aja Gis, motor kita pada didalem soalnya." ucap Haidar. Cowok itu tengah tiduran dibale panjang menikmati udara segar dari bawah pohon.

"Zi mau ikut pulang gak?" teriak Algis.

"Enggak. Fauzi mao ke sekolah!" balas Fauzi jutek.

"Balita kenapa?" heran Algis. Melihat balitanya yang tampang-tampang ngambek.

"Permen yupinya abis." ucap Haidar.

"Yaudah gua duluan," ucap Algis. "Gua anter lo balik."

Nada yang tengah asik dengan ponselnya mendongak, memutar bola matanya malas. "Enggak. Gua bisa pulang sendiri!" tolaknya tegas.

"Yan lo anter Adrea pulang." perintah Algis.

Ian mematikan ponselnya, "Gimana ya Gis, cewek gua baperan anjir. Nanti kalo dia lihat gua sama Adrea bisa-bisa renggang lagi gua."

"Lo tahu sendiri gua baru baikan sama si Luna," lanjutnya

"Gapapa Gis gua pulang sendiri." ucap Adrea.

"Udah si sama gua aja, gak yakin amat lo Gis sama gua." Haidar bangun dari rebahannya dengan wajah dibuat cemberut.  Algis balas menatap Haidar tak yakin.

"Yaudah anterin Adrea sampe rumah dengan selamat. Jangan modus. Cewek-cewek lo lagi sekolah!" peringat Algis menekan katanya.

"Iye ah." sahut Haidar sedikit kesal. "Gua minjem motor dulu, motor gua didalem."

Algis memakai helm fullfacenya lalu menaiki motor hitamnya. Matanya menatap Nada tajam, "Buruan naik!"

"Gak mao nanti gua malah ditanya Mamah gua kenapa pulang cepet. Ogah gua kalo ketahuan bolos!" ucap Nada

Algis semakin menajamkan matanya, "Naik atau gua paksa!"

"Iyaa ish! Dasar pemaksa."

Nada mengerucutkan bibirnya kesal, menerima helm yang diberikan oleh Algis lalu memakainya. Menaiki motor itu dengan tampang kesal.

"Adrea bilang gua kalo Haidar modus." ucap Algis. Membuat Haidar yang tengah memakai helm mendengus kesal.

"Gua gak kaya lo belom ada status tapi udah modus sama Nada. Mending gua pacar banyak status ada." balas Haidar

Algis kalah telak.

"Udah cepet jalan." ucap Algis mengalihkan. "Yan gua duluan. Woy bro gua duluan, " pamit Algis pada Ian dan juga anak Juhar lainnya yang berada di Warmon.

"Iyaa hati-hati Gis." ucap mereka barengan.

Algis melajukan motornya sesekali matanya melirik kaca spion kearah gadis diboncengannya.

"Kerumah gua dulu gapapa?"

Nada yang tidak begitu mendengar jelas lantaran suara Algis kalah dengan suara kendaraan membuatnya sedikit memajukan badannya. "Kenapa? Gua gak denger."

"Kerumah gua dulu gapapa?"

"Eh ngapain? Malu ah gua gak mau!"

"Mao ngenalin ke Mamah,"

Nada melotot ditempatnya lantas menepuk pundak Algis saat cowok itu tertawa sambil melihatnya melalui kaca spion.

"Gak usah macem-macem deh Gis!"

"Emang ngenalin cewek ke orang tua cuma yang udah punya hubungan doang?" tanya Algis. "Lagipula kita juga udah ada status, partner drama."

"Ish bodo. Terserah lo cowok gila!"

Tanpa Nada sadari Algis tersenyum manis dari balik helmnya. Mereka kembali hening beberapa saat sebelum Algis kembali membuka suara.

"Ucapan lo tadi sama kaya Mamah gua,"

"Maksudnya?"

"Ucapan lo yang ngelarang ngerokok sama kaya Mamah gua. Lo bahkan persis sama kaya Mamah gua kalo lagi marah buat keselamatan diri gua, "

Algis diam sejenak dengan helaan nafas berat. Nada melihatnya jadi tak enak hati, terlihat bahu cowok itu merosot.

"Boleh gua minta peluk sama lo, Nad?"

"Hah kenapa? Lo ngomong apa, Gis?"

Nada sebenarnya mendengar jelas ucapan cowok itu, tapi dirinya ingin memastikan saja apa itu benar takutnya ia salah dan berakhir malu.

"Kaga. Gua kaga ngomong apa-apa."

Nada menarik nafasnya, perlahan ia melingkarkan tangannya pada pinggang Algis dengan wajah yang menempel dipunggung tegap cowok itu. "Gak tahu bener apa enggak tadi gua denger lu minta peluk. Yaudah gua peluk sekarang jadi jangan geer."

Algis terkejut, tapi tak urung cowok itu diam-diam tersenyum hangat. Tangan kirinya mengusap punggung tangan Nada yang berada diperutnya. Pikirannya jadi teringat isi surat dari Mamahnya tadi yang diberikan oleh Saga.

Saat bintang terang dengan cahayanya
Bulan tetap ada

Saat bintang redup cahayanya
Bulan tetap ada

Saat bintang pergi hingga tak ada cahayanya
Bulan tetap ada

Selalu ada,
Akan selalu ada,
Tidak pergi bahkan menghilang.

Mamah selalu ada dihati kamu, sayang.
Maafin Mamah yang cuma bisa menunggu kamu
Jangan pernah tinggalkan Mamah
Mamah ingin kamu kembali

Tertanda,

Bulan yang akan selalu menyayangi bintang.

《¤》

Nada mengikuti langkah Algis yang memasuki rumah megah yang Nada tahu ini rumah cowok itu. Desain serta isi rumah ini terbilang cukup mewah dan bagus untuk kalangan atas.

"Maaf den Algis, kami tidak bisa membantu den Algis untuk ketemu Nyonya. Ini atas dasar perintah Tuan Leo."

Ucapan kedua orang berbaju hitam bodyguard yang berdiri dipintu menuju kamar Mamahnya membuat Algis mengumpat kecil saat itu juga. 

Nada menoleh, mengamati kedua pria didepannya. Binggung tentu saja, kenapa Algis ingin ketemu Mamahnya malah dilarang?

"Nad gua boleh minta tolong sama lo?" Algis menatap Nada, senyumnya mengembang saat Nada mengangguk kaku.

"Tolong apa? Kalo buat lawan bodyguard gua gak bisa," katanya polos.

Algis menggeleng, tertawa kecil mendengar ucapan lucu Nada. "Lo ke kamar Abang gua ya, panggilin dia bilang ada gua disini."

Nada lagi-lagi mengangguk, "Eh tapi kamarnya dimana? Gua kan kaga tahu," 

"Pintu coklat yang ada gambar gitar." ucap Algis. "Udah sana, gua ada urusan sebentar."

Nada mengangguk kecil lalu melangkah dan menaiki tangga satu persatu. Sementara Algis memastikan Nada telah tidak ada disana baru dia maju mendekat kearah dua pria didepannya.

"Kasih gua lewat atau lo gak bekerja lagi disini." Ucapan penuh penekanan serta tatapan tajam Algis membuat kedua pria itu saling pandang.

"Maaf den, tapi ini perintah Tuan."

"Lo tahu gua siapa kan?" tanya Algis lagi. Tambah seram membuat kedua orang itu menunduk gemetar.

"Baik den, silahkan masuk. Tapi jangan lama-lama ya den takut Tuan pulang untuk makan siang,"

Algis tidak peduli, segera melangkah masuk begitu pintu dibuka. Berlari kecil dilorong yang tidak terlalu panjang untuk sampai ke kamar Mamahnya.

Saat didepan kamar Mamahnya Algis diam sebentar. Mengetuknya pelan. Senyumnya mengembang begitu mendengar suara Mamahnya.

"Iya tunggu sebentar,"

Begitu pintu terbuka, Gisel terkejut bukan main, segera membawa Algis kedalam pelukannya erat. "Apa kabar kamu sayang? Mamah sayang sama kamu."

Algis membalas tak kalah erat pelukan Mamahnya, "Algis sayang Mamah. Maafin Algis yang jarang kesini. Maafin Algis yang membuat Mamah dikurung seperti ini sama Papah."

Gisel mengurai pelukannya, menyeka air matanya pelan sambil menggeleng. "Kamu gak salah. Mamah sama Papah yang salah, maafin kita yah." Gisel mendaratkan kecupan didahi putra sulungnya.

Gisel membawa Algis masuk dan mengunci pintunya takut jika ada Leo yang tiba-tiba masuk.

"Kamu udah makan, hm?"

Algis menggeleng, "Algis gak mau makan Mah. Algis pengin dipeluk Mamah aja. Peluk Algis yang erat ya Mah,"

Gisel meneteskan air matanya, mengabuli permintaan Algis lalu membawa tubuh putra sulungnya ke dalam dekapannya.

Mereka diam beberapa saat. Algis memejamkan matanya meresapi usapan lembut di kepalanya.

"Bagaimana keadaan Papah, Mah? Apa dia baik-baik aja setelah kejadian kemarin malam?" tanya Algis.

Gisel menggeleng, "Papah juga gak baik-baik aja, sama seperti kamu, Mamah dan juga Abang kamu."

Gisel mengeratkan pelukannya, sementara Algis mencari posisi nyamannya dengan membalas pelukan itu.

"Papah kamu seperti orang yang gak ada semangatnya. Pulang selalu larut malam, makan juga cuma sekali. Abang kamu juga sama, Saga dari kemarin lebih banyak diam, jarang keluar kamar. Laki-laki itu selalu mengurung dirinya dikamar."

Algis mendongak menatap wajah Gisel dari bawah, "Mamah gak ke kamar Bang Saga?"

Gisel menggeleng, "Pintunya selalu dikunci."

"Wajah kamu kenapa lagi? Lebam gini pasti abis main tonjokan lagi ya. Kamu tawuran hm?"

Algis menggeleng pelan, "Enggak kok Mah, Algis tadi abis latihan bela diri aja."

Gisel mengurai pelukannya, menangkup wajah didepannya. "Jangan bahayain diri kamu sendiri. Mamah gak bisa tenang kalo lihat kamu kaya gini, kamu ngerti kan Algis?'

"Mamah tenang aja, Algis baik-baik aja kok." Algis mencolek hidung mancung Mamahnya, "Anak Mamah ini kan jago bela diri. Lagipula masih ada Kakek, Bang Saga, anak-anak juhar, termasuk Mamah sama Papah."

Algis sekali lagi memeluk Mamahnya. "Algis gak bisa lama-lama Mah. Algis titip salam buat Papah, Algis minta maaf."

Gisel mengangguk dengan senyum harunya. Dirinya bangga memiliki anak seperti Algis yang kuat dan tetap menyayangi orang yang membencinya.

"Mamah jaga diri baik-baik ya, Algis mungkin kesini jarang-jarang." Algis mengecup dahi Gisel lama.

"I almost gave up but when I saw my mom who wanted me back made me think my strength was still there. and that is from your support. thank you and don't be sad. Algis dear mamah." ucap Algis.

"I love you too sayang." balas Gisel

Selepasnya Algis melangkah keluar dan tak lupa menutup pintu itu kembali. Algis tidak buru-buru pergi, dirinya bersandar pada tembok putih tepat di samping pintu coklat itu.

"Algis akan berusaha buat semuanya kembali. Algis janji." Algis menyeka air matanya. Lalu melangkah menuju lantai dua ke kamar Saga.

Saat berdiri didepan pintu Saga tubuhnya menegang mendengar suara dari dalam. Iya yakin itu suara Nada.

"Saga sadar lo itu mabuk!"

"Saga lephashin guaph!"

"Ash Saga sakit! Lepasin gua."

Algis langsung membuka pintu itu kasar. Tubuhnya menegang saat melihat kedua orang didalam kamar.

Disana terlihat Saga yang mengunci pergerakan Nada dijendela balkonnya. Cowok yang masih berseragam SMA itu mencium Nada dengan kasar dan menuntut.

Matanya beralih melihat kelantai terlihat beberapa botol bir serta putungan rokok yang berserakan. Bahkan Algis bisa merasakan asap rokok itu masih ada dan menguap didalam kamar Saga.

Algis tersadar, ia kembali melihat kearah Saga yang hendak mencium leher Nada dalam keadaan mabuk. Langsung saja Algis mendekat dan menendang kaki cowok itu yang menyebabkannya jatuh tersungkur kebawah.

Bughh

"Anjing!" umpat Algis.

Algis menonjok Saga tepat dihidung mancungnya. Beberapa kali Algis melayangkan pukulannya pada Saga. Karna dalam keadaan mabuk Saga hanya bisa diam tanpa membalas Algis, tubuhnya terlalu lemas hanya untuk melawan.

"GUA BILANG APA BANG SAMA LO. JANGAN LAKUIN HAL INI LAGI! GUA GAK SUKA LIHAT LO HANCUR KAYA GUA."

"GAK KASIHAN LO SAMA DIRI LO SENDIRI! GAK MIKIRIN LO PERASAAN MAMAH SAMA PAPAH GIMANA?!"

"GUA BENCI BANG LIHAT LO KAYA GINI! GUA GAK SUKA LO NGELAMPIASIN EMOSI LO KESEMUA INI."

"KALO EMANG LO GAK BISA TAHAN EMOSI LO LIHAT GUA LEMAH. KALO EMANG ALASAN LO NGELAMPIASIN INI SEMUA KARNA MERASA BERSALAH GAK BISA JAGAIN GUA. GUA YANG BAKALAN NGEJAUH BANG DARI LO.JANGAN PERNAH LIHAT GUA LAGI!"

Saga memeluk Algis erat. Meski dalam pengaruh alkohol dirinya masih setengah sadar dan mendengar jelas apa yang Algis ucapkan.

"Gua benci sama lo Bang!"

Saga menggeleng.

"Gua benci sama lo. Kalo emang lo sayang sama gua, mau ngejagain gua. Lo lihat diri lo sendiri dulu Bang. Karna gua gak mau Abang satu-satunya yang gua punya hancur juga kaya gua."

Algis mengurai pelukannya saat pelukan Saga perlahan terlepas, saat itu juga Algis mendapati Saga pingsan.

Algis segera memindahkan Saga ketempat tidur, menyelimuti cowok itu.

Matanya kini beralih menatap kearah gadis yang masih berdiri ditempatnya. Segera Algis menghampiri Nada, wajah gadis itu pucat pasi dengan tubuh gemetar.

Algis menghembuskan nafasnya, mengulurkan tangannya menghapus air mata itu, lalu mengangkat dagu Nada agar menatap matanya.

"Ada gua disini," kata Algis pelan

Air mata itu makin deras, Algis segera membawa tubuh gemetar itu dalam dekapannya. "Maafin gua Nad."

Nada diam, tidak merespon ucapan Algis. Dirinya makin terishak dalam dekapan hangat cowok didepannya 

"Pukul gua Nad." ucap Algis. "Lakuin apapun ke gua, lakuin apapun itu yang membuat lo merasa tenang. Gua tahu lo gak akan maafin gua,"

"Pukul gua Nada!" tegas Algis. "Pukul gua!"

Algis mengambil botol bir yang ada didekatnya, memberikan secara paksa pada telapak tangan Nada.

"Pukul gua sekarang juga!"

Nada menggeleng dengan ishakan yang tak bisa lagi ia tahan.

"Pukul gua! Pukul gua Nada!" bentak Algis.

Nada menyeka kasar air matanya, menatap manik hitam Algis yang tampak sendu bercampur amarah. Sorot manik hitam itu sangat menggambarkan kesakitan yang luar biasa.

Nada segera mengambil botol kosong itu dari tangan Algis. Algis yang melihat itu mengangguk dan memajukan badannya siap untuk dipukul.

Lama mereka saling pandang.

Tanpa Algis sadari dibawah sana Nada meremas botol itu kuat. Nada mengangkat botol itu yang langsung diangguki oleh Algis.

"Pukul gua dikepala." pinta Algis.

"Okeh kalo itu yang lo mao!"

Nada mengangguk, mengangkat botol itu lebih tinggi tepat diatas kepala Algis. Nada menarik nafasnya dalam, lalu mulai mengayunkan botol itu kearah sana dan jatuh tepat kearah tujuannya yang membuat Algis diam mematung ditempatnya.

Botol itu tidak pecah, jatuh diatas karpet berbulu dibawahnya. Nada menunjuk tepat didada Algis.

"Bodoh!"

TBC.
DniarDniar

Jangan lupa spam nextnya cantik-!!!


Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 155K 67
PART MASIH LENGKAP!!! Artha, cowok dingin, Kejam, dan tak tersentuh. Ketua geng motor terkenal yang bernama ALTAS. Tak terkalahkan itu lah dia. Ini...
151K 4.3K 51
Mario Carga Aditama Masa lalunya membuat ia frustasi hingga ia menutup dirinya dan sifatnya berubah drastis. Dari yang awalnya lelaki ceria menjadi l...
45.1K 4.4K 54
Namanya Evano Alexi Pranadipa. Bukan anak baik yang sering mematuhi aturan sekolah. Juga bukan siswa pembuat onar yang sering keluar masuk BK. Dia Ev...
31.8K 2.9K 23
"KITA RATAKAN VAPSA DENGAN TANGAN KOSONG MALAM INI!" ujar Alres menggebu, suara tepuk tangan pun terdengar dari seluruh murid SMA Galaksi yang berada...