I'm Fine || Kim Seokjin ✓

By kimjinieya__

137K 9.1K 531

[COMPLETE] Seokjin adalah namja berbahu lebar seluas samudera pasifik yang memiliki sifat pendiam, dingin dan... More

1
2
3
Perkenalan tokoh
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Promot
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
37
38
39
40
41
42
43
44
45 (End)
Cuma Mampir...

36

1.7K 164 11
By kimjinieya__

Sebelumnya~

"Chagi-ya, mianhaeyo hm?"

"Aku akan memaafkan Oppa jika Oppa mau menjelaskan tentang ini"

💜
💜
💜
💜
💜
💜
💜

Dahyun mengulurkan tangannya memperlihatkan sebuah plastik berisikan 2 buah butir obat yang sangat mirip dengan miliknya. Bukan hanya mirip tapi memang itu miliknya. Seokjin terbelalak kaget dengan apa yang dia lihat di tangan gadisnya.

"Ini milik Oppa kan?"

Tak ada respon dari namja berbahu lebar ini. Dia hanya diam tak berkutik. Kedua orang lawan jenis ini menatap lekat ke arah Seokjin yang terdiam. Pandangannya kosong.

"Oppa, wae joyonghae?" tanya Dahyun menahan amarah.

Tangan Yoongi menepuk lengan yeoja ini. Merasa ditepuk dia menatap Yoongi dan namja ini menggeleng agar tidak memaksakan Seokjin. Ia mendengus kasar.

"Kalau memang Oppa tidak ingin mengatakannya sekarang, tidak apa. Tapi aku tidak ingin bertemu denganmu untuk sementara waktu"

Ia mengambil tasnya dan bangkit dari sofa. Ia melangkahkan kakinya meninggalkan Seokjin yang terdiam. Sedangkan Yoongi hanya menatap kepergian Dahyun.

Sepeninggal gadisnya, Seokjin baru sadar akan apa yang terjadi. Dia menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Tidak ada presensi kekasihnya. Hanya ada Yoongi yang memainkan ponselnya. Dia bangkit dan bergegas masuk ke kamarnya. Mengambil kunci mobilnya. Saat keluar ternyata Yoongi sudah ada di depannya. Seokjin sedikit tersentak kaget dengan presensi adik esnya di depannya.

"Hyung, kau mau ke mana?"

"Mengejar Dahyun"

"Tidak perlu hyung"

Ia menatap tajam ke arah Yoongi. Setelah itu ia menggeser tubuh kecil adiknya. Segera menyusul kepergian Dahyun kekasihnya yang entah sampai mana ia pergi.

"Jin hyung!"

💜
💜
💜

Sesampainya di kediaman Song, Seokjin bimbang. Dia bingung harus turun atau tidak. Jika dia menunjukkan dirinya sendiri di depan mereka, ia takut akan menjadi salah paham.

Dia berinisiatif menghubunginya. Tapi Dahyun sama sekali tak mengangkatnya. Sekali lagi Seokjin mencoba menghubunginya lagi. Namun naas, Dahyun kembali tidak mengangkatnya. Beruntung ponselnya aktif dan ternyata GPS ponselnya aktif. Dia melacak keberadaannya.

Sungai Han.

Ya. Dahyun pergi ke Sungai Han. Tepatnya di taman Sungai Han. Akhirnya dia mengendarai mobilnya menuju taman Sungai Han.

Begitu sampai di Sungai Han, Seokjin langsung keluar dari mobil. Mencari keberadaannya melalui GPSnya. Terus mencari, dengan berlari kecil. Menjauhi parkiran mobil. Hingga ia menemukan presensi sang kekasih tengah duduk merenung duduk sendirian di pinggir sungai. Tidak mau berlama diam berdiri, Seokjin menghampirinya. Panas teriknya matahari membuat dia berkeringat dan terlihat sedikit kelelahan karena banyak berlari.

Puk

Sang empu bahu tersentak dengan tepukan tersebut. Ia menoleh ke belakang. Dua kali ia terkejut saat itu juga.

"Kenapa Oppa ada di sini?" ketus Dahyun.

Seokjin tidak menjawab melainkan dia mendudukkan dirinya di samping Dahyun. Mengistirahatkan tubuhnya yang sedikit lelah. Ia menyalahkan tubuhnya yang sekarang menjadi lemah.

Keadaan seketika hening. Keduanya menatap sungai di depannya dengan diam. Sibuk dengan fikiran mereka masing-masing.

"Mianhae"

Gadis yang berada di sebelahnya mendengarkannya dalam diam. Membiarkan Seokjin meneruskannya.

"Mianhae jika Oppa menyembunyikan semuanya darimu. Mungkin kau sudah mencari tahu ke rumah sakit dan dokter sudah menjelaskannya padamu. Dan ya, itu memang benar. Tubuhku sudah tak sekuat dulu lagi. Aku sudah tidak bisa melindungimu dari orang-orang yang ingin mencelakaimu. Jadi terserah kamu mau seperti apa dengan hubungan kita"

Dahyun spontan menatap penuh tanya lelaki di sebelahnya.

"Maksud Oppa? Kau kira aku akan meninggalkanmu? Aniyo! Aku tidak akan pernah meninggalkanmu, sampai kapanpun!" tegasnya.

"Kau yakin? Oppa sudah tidak bisa sebebas dulu, tidak bebas melakukan apa saja yang ingin Oppa lakukan. Mungkin Oppa bisa menghambat kehidupanmu"

"Gwaenchana Oppa. Jangan berbicara seperti itu. Aku dan sahabat-sahabat Oppa tidak akan pernah meninggalkanmu. Tidak akan!"

Lelaki di depannya menoleh menatap manik matanya. Mencari kebohongan yang ada di matanya. Tapi tidak ada kebohongan yang di pancarakan oleh sorot matanya. Ia kembali menatap sungai.

"Oppa hanya tidak ingin merepotkan kalian"

"Tidak akan hyung!" tegas seseorang namja di belakang keduanya.

Spontan kepala keduanya menoleh ke belakang. Dapat terlihat presensi adik esnya dan kekasihnya Sooah. Kedua adiknya mendekati mereka dan berdiri di samping sang hyung.

"Jangan pernah berkata seperti itu Oppa. Kau sama sekali tidak pernah merepotkan kami" ujar Sooah.

"Sooah-ya, jadi kau tahu tentang...."

"Ne, nan arrayo"

"Apa kau yang mengatakannya pada Sooah, Yoon?" tanya Dahyun.

"Hm"

"Kau lihat Oppa. Mereka saja mengatakan bahwa kau tidak merepotkan mereka. Jadi, jangan pernah kau berbicara seperti itu lagi"

Seokjin menghela nafas pasrah. "Baiklah. Terserah kalian saja" pasrahnya.

Ketiganya tersenyum senang melihat kepasrahan namja berbahu lebar ini.

"Oh ya Yoon, bagaimana kau bisa tahu kalau kami ada di sini?" tanya Dahyun.

"Insting" jawabnya singkat.

Mendengar jawaban singkat yang di berikan Yoongi membuatnya mendengus.

"Lalu Oppa, kau ke sini sendirian?"

"Hm"

"Naik apa?"

"Mobil Hanseol hyung"

"Kalau begitu, bagaimana kalau kita refreshing sebentar?"

"Aku setuju" jawab Sooah.

"Aku ikut saja" dingin Yoongi.

"Tapi apa Seokjin Oppa tidak akan kelelahan?" tanya Sooah.

"Nan gwaenchana" jawab Seokjin.

"Kau yakin hyung?" tanya Yoongi dan diangguki oleh Seokjin.

"Apa Oppa membawa obatnya?"

"Aniyo"

"Aisshh! Jinjja! Seharusnya tadi Oppa membawa obatmu!" kesal Dahyun.

"Mian, fikiranku kalut"

"Apa ini yang kalian maksud?"

Yoongi mengangkat sebuah plastik yang mereka yakini adalah obat Seokjin. Yoongi segera memberikannya pada Seokjin.

"Gomawo Yoongi-ya"

Ia mengangguk menjawab ucapan sang kakak. Seokjin mengambil tabung obat yang di tangan Yoongi.

"Lebih baik kita berangkat sekarang"

Tanpa kata Seokjin bangkit dan menggandeng tangan Dahyun. Membuat yeoja bermarga Song ini terpaksa berdiri.

"Oppa. Pelan sedikit"

"Mian"

Bibir Dahyun mengerucut sempurna. Bagaimana bisa Seokjin main kasar dengannya? Apa dia masih marah? Atau kenapa? Itu yang saat ini Dahyun fikirkan.

Yoongi dan Sooah mengikuti mereka dari belakang. Berjalan menuju parkiran tempat di mana mereka memarkirkan mobil mereka.

💜
💜
💜

Akhirnya kedua sepasang kekasih ini memilih untuk jalan-jalan di pasar malam myeongdong. Kedua yeoja ini sibuk dengan melihat-lihat pernak-pernik yang menurut mereka lucu. Bahkan mereka terus mencobanya. Melupakan kedua pria yang menemani mereka. Sebenarnya mereka berniat untuk jalan atau belanja. Mungkin itu sebuah pertanyaan yang ada di benak mereka. Sooah berbalik badan dan menunjukkan sebuah jepit rambut yang lucu pada Yoongi.

"Yoonie-ya, menurutmu jepit rambut mana yang bagus untukku?" tanya Sooah senang pada Yoongi.

Yoongi melihat 5 buah jepit rambut yang ada di telapak tangan kekasihnya.

(Anggep aja itu di telapak tangan ya)


Sepertinya Yoongi tengah berfikir untuk memilih mana yang bagus untuk Sooah. Dia mencoba mengambil jepit rambut yang berbentuk pita dan memakaikannya pada Sooah.

"Eotte?" tanya Sooah.

"Emm... Coba yang lain"

Tangannya terangkat untuk melepas jepit rambut dari rambut Sooah. Lalu mengambil jepit rambutnya berbentuk Mahkota. Juga ia gunakan pada kekasihnya itu. Dia sedikit memperhatikan wajah kekasihnya dengan jepit rambut di rambutnya. Ia tersenyum manis.

"Yeppo" pujinya.

Tiba-tiba pipi Sooah merona bak kepiting direbus. Karena malu Sooah memukul pelan lengan Yoongi. Dahyun yang melihat interaksi keduanya justru tersenyum hangat. Manik mata Seokjin melirik presensi kekasihnya yang tersenyum melihat pasangan lain yang tengah romantis di hadapannya.

"Kau tidak ingin membeli jepit rambut yang sama seperti Sooah?"

Dahyun mendongak ke belakang di mana keberadaan kekasihnya tepat di belakangnya.

"Aku pilih yang lainnya saja"

"Apa kau tidak menyukainya?"

"Ani. Aku sangat menyukainya"

"Lalu kenapa kau tidak beli yang sama dengan yang dibeli Sooah?"

"Hanya sedang tidak ingin saja"

Ia beralih ke arah pedagang pernak pernik itu. Memilih yang lain selain jepit rambut yang di pilih Sooah. Sedangkan Seokjin memperhatikannya dari belakang. Saat ia melihat-lihat pernak pernik tersebut. Dia tak sengaja melihat sebuah gelang sederhana yang sangat bagus untuk di jadikan gelang couple. Ia mengambil 2 buah gelang. Ternyata Sooah juga melihatnya.

"Oppa, bagaimana dengan yang ini?"

Dahyun mengangkat gelang yang ia ambil ke arahnya agar Seokjin bisa melihatnya.

"Apa tidak ada yang lainnya?"

"Eobseo. Aku mau yang ini saja"

"Ya sudah belilah"

"Pilih salah satu Oppa!" titah Dahyun tersenyum.

"Ye? Aku juga pakai ini?"

"Hm" angguknya antusias.

"Arraseo. Aku pilih yang hitam"

"Kalau begitu aku ambil yang merah"

Dengan senang ia berbalik menatap seorang Ahjumma sang penjual.

"Ahjumma, aku beli dua gelang ini"

"Hanya itu saja Nona?"

"Ne"

"Berapa harganya Ahjumma?"

Dahyun tengah bertanya harga gelang tersebut pada pedagang pernak pernik di sana. Saat Dahyun ingin mengambil dompet untuk membayar. Sudah terlebih dahulu di bayar oleh Seokjin.

"Ahjumma ini uangnya"

"Ahh... Gamsahamnida. Ini kembaliannya"

"Ne. Sama-sama"

Setelah memasukkan uangnya ke dalam dompet, ia mengantongi dompetnya ke saku celananya.

"Oppa, kenapa kau yang membayarnya?"

"Dahyun-a, dia ini laki laki. Pasti dia akan membayarkannya untukmu. Tidak seperti manusia es ini!" sindir Sooah.

Merasa tersindir, Yoongi menoleh dengan cepat menatapnya.

"Mwo? Kau menyindirku?"

"Ani. Jika kau merasa saja" ujar Sooah menjulurkan lidahnya keluar.

"Haaiisshh!" kesalnya.

Kedua sepasang kekasih selain mereka terkekeh geli melihat interaksi mereka.

"Ya sudah lebih baik kita pergi ke tempat lain" ujar Dahyun dan diangguki Yoongi dan Sooah.

💜
💜
💜

Siang bergantikan sore. Pukul 5 sore. Setelah kembali dari jalan-jalan, wajah Seokjin sedikit pucat. Entah kenapa ia merasakan tubuhnya sedikit lemas. Bahkan dia harus menyandarkan tubuhnya di kursi kemudinya. Dan di sampingnya terdapat gadis yang ia cintai. Sedangkan kedua sepasang lainnya ada di belakang mobil Seokjin.

Belum juga setengah perjalanan, Seokjin sudah menepikan mobilnya. Sontak membingungkan Yoongi, Sooah dan yang terutama Dahyun. Sang kekasih menoleh ke arah Seokjin.

"Oppa... Gwaenchanayo?" tanya Dahyun khawatir.

Tatapan Dahyun seketika sendu. Melihat peluh yang keluar membanjiri kening dan lehernya membuatnya khawatir. Tangannya terulur mengecek kening Seokjin dengan punggung tangannya.

Hangat. Itulah yang ia rasakan sekarang. Ia meyakini bahwa Seokjin tengah demam saat ini. Tapi beruntung tubuhnya belum terserang demam tinggi seperti yang dokter katakan. Tapi besar kemungkinan Seokjin bisa terserang demam tinggi. Sedangkan mobil belakang, merasa ada yang aneh saat Seokjin menghentikan mobilnya di tepi jalan. Yoongi keluar dari mobil meninggalkan Sooah sendirian di dalam mobil. Lalu menghampiri mobil hyungnya yang berhenti di depan mobilnya

Tok

Tok

Tok

Kaca mobil terbuka. Dahyunlah yang menekan tombol untuk menurunkan kaca mobil pintu bagian kemudi. Yoongi sedikit terkejut dengan presensi sang hyung yang tengah memejamkan matanya dengan wajah bertambah pucat. Menahan rasa pusing yang mendera di kepalanya. Demam di tubuhnya membuatnya sedikit pusing.

"Ada apa dengan Jin hyung?" tanya Yoongi panik.

"Sepertinya sebentar lagi dia akan demam. Kita harus membawanya pulang atau ke rumah sakit?" bingung Dahyun.

"Tidak perlu ke rumah sakit... Ambilkan obat untukku" lirih Seokjin dengan mata terpejam.

"Kau yakin Oppa?"

"Hm" dehemnya lirih.

Dengan tergesa ia mengambil sebuah kantong plastik yang diberikan padanya dari Yoongi tadi siang. Dia tertegun saat melihat betapa banyaknya obat yang harus di minum setiap hari oleh Seokjin. Ia menatap lekat obat-obatan milik kekasihnya.

"Dahyun-a, jangan di lihat saja. Jin hyung menunggumu"

"Ah! Mian! Tapi obat mana yang harus aku ambil Oppa?"

"Yang warna putih" lirih Seokjin.

"Tapi di sini banyak sekali obat yang berwarna putih Oppa"

Karena Dahyun tak tahu obat mana yang harus diminum untuk dirinya, akhirnya dia yang mengambil alih obat itu. Menuangkan 2 butir obat dan menegaknya tanpa air. Ia memejamkan matanya. Agar pusing yang mendera kepalanya menghilang.

"Dahyun-a, lebih baik kau dengan Sooah. Aku yang akan menyetir mobil Jin hyung"

"Arraseo"

Dahyun bergegas keluar dari mobil. Begitu juga dengan Yoongi yang membuka pintu kemudi. Memapah hyungnya untuk dipindahkan ke kursi sebelah kemudi.

"Soo-ya! Kau yang menyetir mobilku! Kita bawa Jin hyung ke rumah sakit!"

Sooah keluar dari pintu mobil sebelah kursi kemudi.

"Arraseo!" balasnya teriak.

"Dahyun-a, kau bersama Sooah tak apa?"

"Hm. Tak apa Yoongi-ya"

Setelah itu keduanya berlari ke arah mobil. Mereka segera melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata menuju rumah sakit.

💜
💜
💜

Namja bermarga Lee Hanseol berlari tergesa di saat dia mendapatkan kabar dari Yoongi jika Seokjin kambuh dan hampir kejang sebelum di bawa ke rumah sakit. Untungnya demamnya tidak terlalu tinggi.

Ia memasuki kamar rawat majikannya yang tengah terbaring lemah di ranjang pesakitan.

Sreeekk

Saat masuk, ia mendapati presensi Dahyun yang duduk di samping ranjang Seokjin. Ia menutup kembali pintu itu. Tangan Dahyun menggenggam erat tangan itu. Hanseol menghampiri Dahyun.

"Nona Muda"

Dahyun tersentak di saat suara seseorang di belakangnya mengagetkannya. Ia menoleh menatapnya.

"Hanseol Oppa, kenapa kau memanggilku Nona Muda? Bukankah kau sekarang memanggil Seokjin Oppa dengan namanya saja?"

"Sekarang sudah tidak lagi"

"Waeyo?"

Sreekk

Atensi keduanya spontan beralih menatap seseorang yang baru saja masuk ke kamar rawat Seokjin. Kedua mata Dahyun, Yoongi dan Sooah terbelalak terkejut.

"S-Sangwoo Sa-samcheon? Hyu-hyuna Imo?" tanyanya kaget.

Kedua orang paruh baya ini mendekati ranjang Seokjin. Dahyun menggeser tubuhnya sedikit menjauh agar kedua orang paruh baya ini bisa bertemu dengan Seokjin. Sebelum mendekati putra sulungnya, Hyuna merangkul mengusap lembut lengan gadis yang sangat ia sayangi.

"Gwaenchana. Imo dan Samcheon tidak akan marah denganmu" ucapnya lembut nan lirih.

"Mianhae imo" lirih Dahyun.

"Hm. Gwaenchana"

Setelah mengatakannya Hyuna mendekati Seokjin yang terlelap karena obat bius yang diberikan padanya. Demam Seokjin sedikit naik karena dia kurang istirahat. Karena takut terjadi sesuatu dengan Seokjin, ketiga pemuda ini membawanya ke rumah sakit.

Hyuna mendudukkan dirinya di kursi yang tersedia di samping ranjang pesakitan. Menggenggam tangan putranya yang panas karena demam. Mengusap lembut surai cokelat pemuda yang di hadapannya. Putra sulung yang sangat ia sayangi harus terbaring di ranjang pesakitan. Sang ibu merasakan apa yang di rasakan oleh anaknya. Ia tahu, selama ini putra sulungnya telah berjuang melawan penyakit yang ada di tubuhnya. Walau bukan penyakit kanker atau yang lainnya. Kekebalan tubuh yang semakin lemah bisa saja membuat pasien penderita penyakit ini kehilangan nyawanya.

"Aigooo... Lihatlah putraku yang tampan ini... Kenapa kau bisa seperti ini hm?" lirih Hyuna.

Sepasang mata sang ibu memanas. Ada perasaan sakit saat melihat wajah pucat dan peluh yang keluar di sekujur tubuhnya. Bahkan ia bisa melihat dengan jelas dahinya sedikit mengerut. Seokjin menahan pusing di kepalanya. Hyuna terus mengusap lembut menghilangkan rasa sakit di kepalanya. Merasakan usapan lembut dari sang ibu, Seokjin semakin tenang. Hyuna tersenyum tipis.

"Hei. Jagoan Abeoji. Apa yang terjadi padamu hm? Kenapa kau tidak pernah membaritahu Abeoji jika kau sudah ada di Seoul? Abeoji dan Eomma sungguh sangat merindukanmu nak"

Ketiga pemuda dan salah satu asisten Seokjin menatap sendu dua orang paruh baya di depan mereka. Mereka juga tahu apa yang mereka rasakan. Dahyun menatap Hanseol.

"Hanseol Oppa, di mana Chani dan Seonji?"

"Kami sengaja tidak memberitahukan mereka. Samcheon takut mereka akan sedih melihat ini" sambar Sangwoo.

Mereka spontan menoleh ke arah seorang pria paruh baya yang baru saja menjawab pertanyaan Dahyun. Bukan Hanseol yang menjawab melainkan Sangwoo Ayah Seokjin yang menjawabnya.

"Tapi mereka berhak tahu tentang Seokjin, Samcheon"

"Iya Samcheon tahu Dahyun-a, tapi ini sudah malam untuk mereka. Terutama Chani yang beberapa hari lagi akan UTS"

"Baiklah kalau begitu Samcheon"

"Lebih baik kalian pulanglah, ini sudah malam"

"Ne Samcheon"

Dahyun mendekati wanita yang selama ini ia anggap seperti ibunya sendiri.

"Imo" panggilnya lirih.

Hyung mendongak menatap ke arah Dahyun. "Sayang, Eomma pernah bilang padamu jangan panggil Imo tapi Eomma" kesalnya.

Dahyun menggaruk tengkunya yang tak gatal. "Hehee... Mian Eomma" cengirnya.

Hyuna terkekeh geli melihat cengiran polos anak gadisnya ini.

"Baiklah. Kalian pulanglah, jaga kondisi kalian baik-baik"

"Ne Eomma" jawab Yoongi dan Dahyun bersamaan.

"Sooah-ya, kenapa diam?" tanya Hyuna.

"Ah! Mianhaeyo Imo"

"Panggil Eomma"

"A-ah n-ne Eom-ma"

"Jangan gugup sayang" ujar Hyuna tersenyum hangat.


























































****

Annyeongggg...

Jangan lupa voment ya gaes!
Gomawo 😘

Continue Reading

You'll Also Like

6.2K 876 11
Park Chaeyoung adalah seorang pelajar dan juga seorang peserta yang akan masuk perguruan tinggi. Park Chaeyoung sangat frustasi dan menyerah terhadap...
33.2K 683 22
Sebuah antologi puisi hasil dari interpretasi dari kumpulan setiap lagu BTS dari era Love Yourself, dengan jalan cerita yang selaras dengan kisah yan...
12.3K 200 200
Aloha!!! Kali ini gue akan membuat sebuah kumpulan lirik-lirik lagu dari BTS. Sebelumnya memang ada, namun kali ini gue berfikir bahwa gue ingin memb...
195K 20.1K 44
{ Fanfiction with BTS Member } 🏅#11 di PHOBIA 🏅#25 di jjk 🏅#66 di PJM Kim Jian berusaha untuk menyembuhkan dirinya dari rasa trauma saat berdekata...