Affected [COMPLETED]

By tenfullsun_

58.2K 7.6K 4.4K

"Jadilah pacarku, hanya 6 bulan. Kau bisa mengatur kontraknya." - Jung Jaehyun (Completed) (Berlanjut ke Dadd... More

Coffe
He Was My Ex
Agreement
First Meeting
Late Night Date
Healing
Trouble
Sunday Morning
Apple Cheeks
Daddy's Little Girl
Lost
Premenstrual Syndrome
Fellow
Encounter
Special Chapter: Missing (U)
Persevere
Spesial Chapter: Cousin
No Manner
Revealed
Special Chapter: Hangover
He Loves Her
Baby
Unfulfilled Promises
High Tension
Special Chapter: Babysitting
Decision
Daydream
He (Still) Loves Her
Dreams Come True
Sorry
Daddy's
Reconciliation
Final Chapter: Her
New World

Runaway

1.3K 206 118
By tenfullsun_

"Choi Hyunji itu, selama hidupnya dia hanya mencintai Jung Jaehyun."

"Apa menurutmu dia akan sudi mempunyai anak dari laki-laki lain?"

"Bagaimana kalau ini benar anak Jaehyun?"

"Tidak,"

"Jaehyun, jawab jujur. Itu anakmu atau bukan?"

"Ahra, maafkan aku."

"Bagaimana kau bisa seyakin itu? Kau kan tidak tahu apa-apa." aku hanya bisa diam.

Aku tidak tahu.

Jaehyun hanya bilang bahwa itu bukan anaknya. Bukan dia yang melakukannya.

Tapi bagaimana kalau bayi yang dikandungnya benar-benar anak Jaehyun?

Bagaimana kalau benar seperti itu?

Bagaimana-

Tidak. Tidak mungkin. Jaehyun bilang itu bukan anaknya.

Itu bohong!

Aku terkesiap.

Jantungku berdegup dengan cepat hingga membuat dadaku sakit dan sesak.

Aku menatap langit-langit kamarku yang penuh dengan stiker bintang yang dipasang Jaehyun. Ternyata aku baru saja mengalami mimpi buruk. Entah kapan terakhir kali aku mengalaminya, yang jelas sudah lama sekali.

Bagaimana mungkin masalah Jaehyun bisa begitu mempengaruhiku sampai seperti ini? Sungguh, ini membuat tubuh dan pikiranku lelah.

Pertemuanku dengan Doyoung waktu itu sama sekali tidak memberiku petunjuk tentang siapa sebenarnya ayah dari bayi yang dikandung Hyunji. Anak itu menolak untuk memberitahuku yang sebenarnya dengan alasan itu adalah privasi Hyunji.

Dasar privasi sialan!

Aku mendudukkan diriku dan mengusap wajah. Cukup lama aku berdiam sambil menunduk. Membiarkan rambutku yang terurai menutup seluruh wajahku, sampai akhirnya alarm di ponselku berbunyi. 


Sudah pukul 5 pagi ternyata. Tadi malam aku sengaja mengatur alarm lebih pagi dari biasanya. Hari ini aku ingin pergi ke pantai, sudah lama aku tidak pergi ke sana. Aku butuh hiburan dan menenangkan pikiranku sebelum aku menjadi gila karena masalah ini.



🍑🍑🍑


"Ahra!" sebuah mobil berhenti di depanku, dari kaca yang dibuka aku bisa melihat Jaehyun di dalam sana.

Ini masih jam setengah 7. Kenapa dia sudah berkeliaran di sekitar rumahku?

"Mau kemana?!" tanya Jaehyun setelah mendapatkan perhatianku.

"Ke terminal!" jawabku sekenanya. Aku paling susah berbohong, merepotkan juga untuk mencari alasan.

"Ayo masuk! Aku akan mengantarmu!"

"Tidak perlu!"

Beberapa orang mulai memperhatikan kami yang saling berteriak dari tempat masing-masing. Aku cukup lega ketika Jaehyun kembali menjalankan mobilnya, tapi ternyata dia hanya maju beberapa meter dari jalur bis lalu keluar dari mobil untuk menghampiriku.

Mau apa sih dia?

"Sayang jangan marah terus, ayo oppa akan mengantarmu." Jaehyun tersenyum sangat manis dengan kedua tangannya menangkup pipiku.

Apa-apaan ini!!

Beberapa gadis di sampingku memekik tertahan, berbisik-bisik tidak jelas membuatku semakin tidak nyaman. Mau tidak mau aku harus menuruti keinginan Jaehyun. Aku melepaskan tangannya lalu meninggalkan Jaehyun lebih dulu. Aku bisa mendengar dia terkekeh pelan membuatku semakin jengkel.

"Memangnya kau mau kemana? Kenapa ke terminal?" Jaehyun langsung memberondongku dengan pertanyaan begitu masuk ke mobil.

"Rahasia." Jaehyun berdecak mendengar jawabanku.

"Dipakai seatbeltnya, jangan main ponsel terus." Jaehyun memasang seatbeltku lalu menatapku dari posisinya. Mau tidak mau aku menahan nafas, takut untuk menghembuskan nafas di wajahnya yang begitu dekat.

Setelah memasangkan seatbelt untukku, Jaehyun tidak langsung kembali ke tempatnya. Pemuda ini dengan sengaja menatapku tanpa mengurangi jarak di antara kami. Dia tidak berkata apa-apa, hanya menatapku dengan ekspresi yang tidak bisa dijelaskan.

Hng, bagaimana ini aku tidak bisa menahan nafas lebih lama lagi!

"Kenapa menatapku seperti itu?" suaraku terdengar seperti cicitan. Tanganku meremas jaket karena terlalu gugup.

"Jawab aku atau mau kucium sekarang? Kau mau kemana?" dengan suara lembut Jaehyun bertanya, terlampau lembut hingga membuatku lemas. Kedua matanya beralih menatap bibirku, membuatku semakin gugup.

"Minggir dulu." aku berusaha mendorong dada Jaehyun, tapi dengan mudah ia menahan tanganku lalu mulai memajukan wajahnya.

Tidak! Aku tidak mau!!

"Aku mau pergi ke pantai!" 

Tepat saat hidung kami bersentuhan aku memejamkan mataku. Jaehyun berdiam dalam posisinya untuk beberapa saat, membiarkankanku merasakan hembusan nafasnya di wajahku yang terasa hangat.

"Kenapa harus diancam dulu sih?" Jaehyun tertawa kecil lalu mengacak puncak kepalaku sambil menarik diri.

Aku tidak menjawabnya. Aku masih berusaha menetralisir degup jantungku, lama-lama bersama Jung Jaehyun tidak baik untuk kesehatanku.

Beberapa menit kemudian tidak ada yang buka suara di antara kami. Jaehyun seperti biasa fokus menyetir sementara aku hanya melamun melihat keluar jendela. Rasanya memang tidak nyaman, tujuanku pergi pagi ini adalah untuk menghindarinya. Merenungi semuanya -yang sebenarnya bukan masalahku- untuk membuat keputusan yang harus kuambil selanjutnya.

Mengingat kembali pembicaraan dengan Hyunji dan Doyoung kemarin membuatku harus berpikir ulang. Apakah keputusanku beberapa bulan yang lalu untuk berpacaran dengan Jaehyun merupakan hal yang tepat? Jika mendengar cerita dari sisi Jaehyun memang terdengar ini bukan salahnya. Justru dia adalah korban dari insiden malam itu. Reputasinya rusak di mata keluarganya dan keluarga wanita itu.

Namun kita juga harus mendengar pengakuan dari pihak lainnya. Bukan hanya Jaehyun yang terlibat malam itu. Sebenarnya aku takut jika justru Jaehyun yang berbohong untuk lari dari tanggung jawabnya.

Aku memang mengenal Jaehyun sebagai anak yang baik dari jaman masih sekolah. Tapi itu dulu, pun aku tidak mengenalnya secara dekat. Aku tidak tahu bagaimana Jaehyun yang sebenarnya. Bukankah banyak juga orang di dunia ini yang hanya berpura-pura terlihat baik di depan?

"Kau mau ke pantai mana?" pertanyaan Jaehyun membuyarkan lamunanku.

"Pantai Gyeongpo." jawabku langsung. Toh, Jaehyun sudah tahu tujuanku. Kuberitahu saja sekalian, dia pasti akan terus bertanya jika aku tidak menjawabnya.

"Oke." Jaehyun mengangguk lalu mengganti lampu sen. Dia tidak jadi masuk ke dalam terminal malah terus berjalan lurus.

"Jaehyun!" aku menatapnya tidak percaya.

"Kenapa? Aku kan sudah bilang mau mengantarmu."

"Kan perjanjiannya ke terminal?"

"Aku kan tidak bilang ke terminal. Aku bilang, aku akan mengantarmu."

Sial, benar juga.

Aku mendengus sebal. Tujuanku pergi kan untuk menenangkan pikiranku karena masalahnya. Kenapa sekarang dia malah ikut pergi denganku?

"Sudah sarapan belum?"

Aku tidak menjawabnya karena masih terlalu kesal. Daripada emosiku menjadi tidak terkontrol, lebih baik aku diam saja. Aku bisa mendengar Jaehyun menghela nafas. Kalau dipikir-pikir aku jadi terlihat seperti seorang pacar yang sedang merajuk.

"Ini makan dulu." Jaehyun meletakkan bungkusan plastik di atas pangkuanku. Dari plastiknya yang transparan, aku bisa melihat 2 bungkus roti yang masih hangat dan sekotak susu coklat di dalamnya.

Membuang rasa gengsi, aku mengambil salah satu roti dan memakannya. Kurasa Jaehyun sudah terlalu mengenalku. Dia tahu, aku tidak akan pernah menolak makanan, apalagi kalau aku suka makanan itu.

Dari tempatku, aku bisa mendengar Jaehyun mendengus geli. Aku hanya meliriknya sekilas, terlalu malas untuk menanggapinya saat ini.

"Kau sedang pms ya?" Jaehyun memberikan seluruh perhatiannya kepadaku ketika lampu merah.

"Kau tidak bekerja?" aku mengabaikannya. Lebih memilih mengutarakan pikiranku.

"Tidak."

"Kenapa?"

"Karena mengantarmu ke pantai." aku memutar bola mata jengah. Jaehyun semakin menyebalkan akhir-akhir ini. Suka sekali menggodaku dan membuat naik darah.

"Aku serius."

"Aku juga."

"Jaehyun,"

"Apa?" aku membuang nafas kesal, lelah dengan perdebatan tidak penting ini.

"Lupakan."

"Baiklah." Jaehyun tertawa pelan.

Aku tidak mengajak Jaehyun bicara lagi. Sedang tidak mood dan dia menyebalkan. Jadi sepanjang jalan kami hanya diam, mendengarkan lagu yang diputar dari radio. Lamat-lamat aku tertidur dan bangun saat Jaehyun membangunkanku.

"Kita sudah sampai." Jaehyun membuka seatbelt lalu keluar dari mobil duluan.

Aku tidak langsung keluar mengikutinya. Jiwaku masih belum berkumpul seutuhnya. Dari tempatku aku melihat Jaehyun melepas sepatu dan mantelnya lalu berlari kecil menuju bibir pantai. Astaga apa dia tidak merasa kedinginan?

Setelah benar-benar mengumpulkan kesadaran aku akhirnya turun dari mobil. Dari pinggir pantai Jaehyun melambai ke arahku dengan senyum yang cerah. Dia terlihat bahagia sekali. Beberapa kali dia melompat ke belakang saat air ombak mengejarnya.

Ck, ternyata ada yang butuh liburan juga.

Alih-alih menyusul Jaehyun, aku membiarkan Jaehyun di sana sendiri. Karena tujuanku ke sini bukan untuk main air. Kuputuskan untuk menunggu di dekat tempat Jaehyun meninggalkan mantel dan sepatunya. Melihatku duduk sendirian, akhirnya Jaehyun kembali lalu ikut duduk di sampingku.

"Jadi sepertinya kau sedang stres ya?"

"Aku, tidak kok."

"Jangan bohong. Kau pernah bilang sendiri waktu itu." aku menghela nafas.

"Ya namanya juga hidup. Kadang merasa stres kadang bahagia."

"Stres kenapa?"

"Tidak ada. Hanya merasa lelah dan butuh hiburan. Minggu depan aku sidang, jadi ingin menjernihkan pikiran dulu." Jaehyun tidak bertanya lagi. Tapi dari ekor mataku aku bisa merasakan dia menatapku untuk beberapa saat, setelahnya ia mengikutiku menatap ke arah laut. Cukup lama kami diam, menikmati ombak dan semilir angin pantai walaupun terasa dingin.

"Kalau begitu bagaimana jika rutin ke sini?" pertanyaan Jaehyun berhasil membuatku menoleh ke arahnya. Sejenak aku merasa tidak ingin waktu ini berakhir. Ingin sekali rasanya aku menyetujui idenya itu, tapi tidak mungkin.

"Sebulan sekali mungkin?"

"Jaehyun,"

"Hmm?"

"Bisakah kau berhenti bersikap baik padaku?" Jaehyun menatapku dengan tatapan tidak mengerti.

"Kita kan cuma pura-pura pacaran. Tidak usah terlalu baik padaku. Bersikaplah sewajarnya seperti seorang teman."

"Memangnya aku bersikap seperti apa? Apakah menemanimu pergi itu tidak wajar?"

"Tidak, tolong bantu aku. Jangan membuat semuanya terasa sulit. Jangan membuatku terbiasa dengan keberadaanmu." mendengar itu Jaehyun hanya diam.

"Aku tidak-"

"Bagaimana jika aku tidak bisa?" Jaehyun menyelaku, membuatku kembali menatap Jaehyun.

"Tidak bisa apa?"

"Aku ingin menemanimu. Ingin selalu ada untukmu."

Apa yang barusan dikatakan Jaehyun? Apa maksudnya? Kenapa dia harus berkata seperti itu? Bukannya itu sangat berlebihan jika ia hanya ingin menunjukkan bahwa dia adalah teman yang baik?

Tidak bisa dipungkiri bahwa perkataan Jaehyun membuat hatiku berdesir. Sebuah harapan tumbuh di hatiku. Jantungku mulai berdetak tidak berirama.

Aku tidak tahu harus menjawab apa. Seharusnya aku menjawab tidak, tapi lagi-lagi sebagian diriku ingin bersikap egois. Cukup lama kami saling berpandangan sampai perlahan Jaehyun mendekatkan wajahnya.

Tidak Ahra! Kau harus sadar!

Hampir saja bibir kami menempel kalau aku tidak segera membuang muka. Melihat reaksiku, Jaehyun lalu menarik dirinya. Berdehem sebentar untuk membuang rasa canggung ini.

Aku tidak boleh egois.

"Jaehyun, bagaimana jika kau menikahi Hyunji saja? Bukan demi Hyunji, tapi demi bayi yang dikandungnya." Dari ekor mataku aku bisa merasakan tatapan tajam dari Jaehyun. Aku mengerti, pasti aku telah menyulut emosinya. 

"Apa maksudmu?! Kau menyuruhku bertanggung jawab?!" aku tidak bisa menjawabnya.

Aku tidak ingin dia bertanggung jawab tapi memikirkan nasib bayi itu membuatku harus berpikir berkali-kali. Menghela nafas sebentar, aku tersenyum pada Jaehyun.

"Ayo kita akhiri kontrak ini. Jadilah lelaki yang baik, mungkin dia memang bukan anakmu tapi dia tetap butuh seorang ayah bukan?"

Aku meraih tangan Jaehyun yang bebas. Menggenggam jemarinya -yang mungkin- untuk terakhir kali. Sambil menahan air mataku, aku mencoba tetap tersenyum.

"Kenapa? Kenapa tiba-tiba kau seperti ini?" Jaehyun jelas tidak terima dengan apa yang barusan kukatakan. Mata dan telinganya ikut memerah karena terbawa emosi.

"Kau sudah bertemu Doyoung? Apa yang dia katakan padamu? Apa dia bilang aku yang menghamili Hyunji?! Demi Tuhan, aku sudah mengatakan semuanya padamu Ahra!"

"Jaehyun," sebelah tanganku mengusap pipinya, membelainya lembut untuk menenangkannya.

"Aku sudah menghubungi Doyoung, dia tidak mengatakan apa-apa padaku. Dia bilang dia akan segera menghubungimu."

"Ahra-"

"Aku tidak tahu siapa di antara kalian berdua yang berkata jujur. Aku hanya orang luar. Tapi jika nanti kalian tidak mendapatkan solusi yang baik, tolong pertimbangkan apa yang barusan kukatakan." Jaehyun seperti ingin berbicara sesuatu tapi mungkin terlalu bingung. Mungkin terlalu banyak yang ingin dikatakannya tapi keputusanku sudah bulat. Untuk terakhir kalinya, kuharap dia benar-benar memikirkan perkataanku.

"Percayalah, hidup tanpa seorang ayah bukanlah hal yang menyenangkan."


🍑🍑🍑


"Apa maksudmu?! Kau menyuruhku bertanggung jawab?*

Menulis ini dengan perasaan campur aduk huhu. Gimana menurut kalian dengan keputusan Ahra? Tapi aku rasa keputusan dia udah benar ga sih? Untuk kebaikan semua orang kan? Apalagi dedeknya udah mau lahir, kasihan kalo ga punya ayah.

Anyway, stay strong bang Taeyong. Let's be happy :)
Dengerin lagunya Taeyong yang Cure deh, itu menurutku lagu yang Taeyong banget, apalagi dengan keadaan saat ini.

Yaudah itu aja ya, nanti kita ketemu lagi. Bye bye~

Continue Reading

You'll Also Like

5.6M 290K 58
Serina, seorang gadis cantik yang sangat suka dengan pakaian seksi baru lulus sekolah dan akan menjadi aktris terkenal harus pupus karena meninggal o...
12.9K 1.9K 44
Tentang pertemuan dua insan yang kehidupannya seperti benang kusut. Akan kah persamaan membuat mereka memiliki kekuatan baru? Atau hanya akan menamba...
147K 3.4K 24
Ini copy dari internet sih, jujur. Karna ini cuma buat refresh aja... From:: Official Team Playful Kiss
Hidden [REVISI] By n

Teen Fiction

29.5K 3.5K 16
[PRIVAT] [FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] "Tell me the truth."