After With You (Complete)

By istyanahazzoe

129K 5.8K 1.4K

Part Lengkap FOLLOW DULU SEBELUM BACA :) Kirana Maheswari, gadis berhijab bertubuh mungil ini tidak habis pik... More

Prolog
Pengenalan Tokoh
Part 1: Hari Yang Buruk
Part 2: Dia si Penuh Pesona
Part 3: Dia Hantu Kolam Renang
Part 4: Pertolongan Kedua
Part 5: Memberikan Ancaman
Part 6: Rumah Angker Sarang Hantu
Part 7: Lagu Ciptaan Arkana
Part 8 : Arkana, Gila?
Part 9: Tragedi Toko Buku
Part 10: Hukuman Arkana dan Kirana
Part 11: Kemarahan di Koridor
Part 12: Tembakan Jitu
Part 13: Ungkapan Arkana
Part 14: Rencana Yang Gagal
Part 15: Gelang Dari Ran
Part 16: Hilang Kendali
Part 17: Puncak Frustasi
Part 18: Dalang Sebenarnya
Part 19: Menyembunyikan Luka
Part 20: Menghilang Sejenak
Part 21: Pacar Arkana dan Kedai Es Krim
Part 22: Pesan Yang Terkirim
Part 23: Perkelahian Hebat
Part 24: Dua Babu Tampan
Part 25: Gigi Kelinci
Part 26: Guru Les Fisika Kirana
Part 27: Serangan Mendadak
Part 28: Serangan Pagi Buta
Part 29: Mantra Ajaib Arkana
Part 30: Jebakan di Pesta
Part 31: Malam dan Tragedi
Part 32: Hujan dan Pengungkapan
Part 33: Boneka Beruang
Part 34: Sore Yang Buruk
Part 36: Kabar Buruk Tengah Malam
TRAILER 2 AFTER WITH YOU
Part 37: Genggaman Seorang Gadis
Part 38: Kabar Bahagia
Part 39: Hari Jadian
Part 40: 20 Hari
Part 41: Euforia Rasa Takut
Part 42: Kecupan Singkat Di Perpustakaan
Part 43: Nyanyian Si Cowok Arogan
Part 44: Melanggar Batasan (16+)
Part 45: Arkana, Kamu Ke mana?
Part 46: Beruang Betina yang Mencari Pangeran
Part 47: Beruang Betina Kangen Pangeran
Part 48: Tangis dan Gadis
Part 49: Tersesat Dalam Perasaan
Part 50: Aku Di Sini Arkana
Part 51: Perkelahian Dini Hari
Part 52: ARRA
Part 53: Awal Sebuah Rencana
Part 54: Terkurung dalam Ketakutan
55: Akhir?
56: Drama Pinggir Jalan
57: Arkana dan Sha
58: Aksi Heroik
Part 59: Arkana dan Laura
Part 60: Tentang 21 Februari
TRAILER AFTER WITH YOU
Hai, Arkana&Kirana bawa kabar
Part 61: Danau dan Perahu
Part 62: Tantangan dan Panggilan
63: Kelulusan dan Fakta Besar
64: Kunang-Kunang dan Sepasang Anak Manusia
Part 65: Dua Pasang Sepatu
Part 66: Mencari Jawaban
Part 67: Dilema Rasa
Part 68: Tentang Tamu dan Tuan Rumah
Part 69: Terima Kasih Sudah Kembali
Part 71: Arkana, Kirana dan Arra
Part 71: Bersama Ombak dan Senja
Part 72: Dejavu
Part 72: Hadiah Malam (End)
Epilog
Promosi Novel ❤️

Part 35: Musuh Masa Lalu

1.4K 78 2
By istyanahazzoe

Terimakasih yang sudah setia sama cerita After With You

PART INI MENGANDUNG KEKERASAN. HARAP KEBIJAKSANAAN KALIAN

Jangan lupa vote dan komennya YANG BANYAK

Yg belum follow akun WP aku follow dulu ya istyanahazzoe  😊

Selamat membaca 😊😊




Arkana sudah sampai di dekat danau. Dia tidak melihat Kirana ada di sana. Arkana memanggil nama Kirana. Tidak ada respon. Arkana melihat ke arah lain, Tetapi nihil. Kirana tidak ada.

Arkana mengutuk dirinya sendiri. Tadi, dia sampai lupa ada janji dengan Kirana sore ini. Tadi saat dirinya menemui Laura di sekolah, gadis itu berujung minta ini dan itu. Arkana tidak punya pilihan lain. Dia harus menuruti kemauan Laura. Hingga Kirana memberitahu untuk ketemuan di dekat danau, Arkana hanya berpesan untuk menunggu beberapa menit.

"Ra!"
"Kirana..."

Arkana terus memanggil Kirana. Dia berlarian mencari Kirana kesana dan kemari. Arkana menghubungi Kirana berkali-kali. Tidak ada jawaban.

"Apa dia udah pulang ya?"
"Lo sih Ar! Nyuruh dia nunggu beberapa menit, tapi lo datang satu jam kemudian!"

Arkana merutukki sikapnya sendiri. Arkana bergerak akan menghubungi ayahnya Kirana. Tepat saat dia akan melakukan panggilan, Kirana menelfon. Arkana bernapas lega.

"Ra, lo di mana? Ini gue udah di dekat danau."

"Hai, Arkana."

Arkana terdiam beberapa detik. Bukan suara Kirana yang dia dengar. Arkana langsung diserang hal-hal yang buruk. Tetapi dia tidak asing dengan suara yang dia dengar sekarang ini.

"Lo siapa? Mana Kirana?"

"Ini gue Farel. Kirana ada sama gue. Lo tahu, gue sebentar lagi akan melanjutkan permainan malam itu yang belum sempat gue selesain!"

"Bangsat! Lo bawa Kirana ke mana? Jangan berani-beraninya lo sentuh dia! Gue akan habisin lo!"

"Hahaha. Silakan Ar, habisin gue semau lo! Yang penting gue bisa nikmatin tubuh cewek yang lo suka ini!"

"Lo jangan main-main sama gue Farel! Kasih tahu ke mana lo bawa Kirana?!

"Gue bawa Kirana ke gedung tua kosong bekas pabrik kertas. Gue kasih lo waktu sepuluh menit. Telat datang, Kirana habis sama gue! Dan lo harus datang sendiri, inget itu!"

"Bangsat! Anj** lo Farel!" Arkana memaki lantang. Hari sudah semakin menggelap. Dia tidak punya banyak waktu.

Arkana bergerak cepat menuju ke mobilnya. Menuju ke satu tempat sesuai yang Farel kasih tahu tadi. Arkana tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri jika Kirana sampai kenapa-napa.

***

Arkana berlari cepat. Memasuki gedung kosong itu. Dia datang sendiri. Perasaannya begitu kacau hari ini. Bahkan sudah kacau semenjak tadi siang setelah mendapat pesan misterius itu. Arkana Adhitama tidak pernah mengenal rasa takut atas ancaman orang lain. Tetapi dia sangat takut jika orang yang dia sayang sampai terluka. Terlebih karena dirinya.

Hawa dingin dan kengerian menyambutnya pertama kali. Gedung kosong yang Arkana datangi saat ini sudah sangat tua. Bahkan bisa dikatakan sebentar lagi akan hancur. Arkana memanggil nama Farel dengan tidak sabaran. Segala perkataan kasar dia keluarkan. Mengutuk apa yang sudah Farel lakukan ke Kirana.

"Sebagai tamu lo harus sopan Arkana Adhitama." Seseorang menyambut Arkana. Dia muncul dari balik pintu yang sudah reot. Dia menyambut Arkana dengan ekspresi wajah yang sangat tidak enak dilihat.

Arkana langsung maju cepat. Mencengkeram baju yang Farel kenakan. Kepalan hebat sudah Arkana tunjukkan. Sebentar lagi akan melayang bebas meninju Farel.

"Mana Kirana?" tanya Arkana membentak.

"Gue akan kasih tahu dimana Kirana, asal lo lepasin dulu cengkeraman lo ini!" Farel membalas.

Arkana menatap kedua mata Farel dengan tajam. Kali ini Arkana mengalah. Dia hanya ingin Kirana selamat. Tidak sedikitpun terluka.

Farel menepuk bekas cengkeraman Arkana tadi dengan santai. Dia terkekeh dengan menggelikan. Menatap Arkana dengan tatapan meremehkan.

"Ternyata seorang Arkana Adhitama nggak sehebat yang gue kira," ucap seseorang.

Arkana terdiam. Terkejut dengan kemunculan orang itu. Kejadian satu tahun lebih yang lalu langsung melintasi ingatannya. Arkana yakin betul orang yang baru muncul di hadapannya ini sudah mendekam di penjara.

"Kenapa? Kaget lihat orang yang seharusnya ada di penjara malah berkeliaran dengan bebas, hah?"

Orang itu semakin maju mendekati Arkana. Kejadian satu tahun lebih yang lalu begitu Arkana ingat. Kejadian yang membuatnya terkapar tidak berdaya di pinggir jalan raya.

"Gue juga kaget Arkana Adhitama. Orang yang seharusnya mendekam di penjara tetapi dia bisa bebas berkeliaran kemana-mana dan hidup tanpa ada rasa bersalah!"

Arkana terdiam. Berhadapan dengan orang di hadapannya ini berhasil menguncinya bersama kenangan masa lalu yang buruk itu.

"Enak ya jadi Anda. Berbuat kriminal pun hidup lo tetap aman. Ya begitulah lucunya hukum di negeri ini. Melindungi yang kuat dan melemahkan yang lemah!"

"Gue udah jelasin berkali-kali sama lo! Gue bukan orang yang udah mencelakakan adik lo!" Arkana akhirnya buka suara.

"Mana ada bung seorang penjahat terus terang tentang kejahatannya, hah?" balas orang di hadapan Arkana. Separuh wajah orang itu penuh dengan luka. Rambutnya gondrong, dan badannya tinggi namun kurus. Nama orang itu Gio.

"Lo mau tahu nasib cewek lo gimana sekarang? Dia kecapean!" Gio melanjutkan.

Arkana sudah tidak bisa menahan diri. Dia langsung mencengkeram leher Gio dengan erat. "Dimana Kirana sekarang? Jawab Gio?!" Arkana menagih dengan emosinya yang meledak-ledak. Bahkan sudah sedari tadi. Tetapi semula dia tahan.

"Dimana ya?" Gio menjawab dengan santai. Tidak peduli jika Arkana mencengkeram lehernya dengan kuat saat ini.

Farel maju, tetapi Gio berisyarat menyuruh Farel diam di tempatnya. Gio lalu tertawa lantang. Entah menertawakan apa. Yang pasti hal ini menambah kemarahan dalam diri Arkana.

"Dimana Kirana sekarang, bangsat!" Arkana memaki lantang tepat di hadapan wajah Gio.

"Gue kan udah bilang dia kacepean. Cewek lo udah gue coba!"

"Bajingan!"

Arkana lepas kendali. Dia memukul habis Gio. Farel di dekat Gio tidak hanya diam melihat Arkana sudah memukuli Gio. Farel bergerak meraih tubuh Arkana agar menjauh dari Gio. Dua lawan satu. Pertandingan sore ini.

"Arkana, Arkana. Lo tuh ya, emosian banget jadi orang! Kalau lo mau tahu cewek lo dimana sekarang, ya lo baik-baikin gue lah!"

"Nggak usah banyak bacot lo! Dimana Kirana sekarang, bangsat?!"

Arkana bergerak maju. Tetapi Farel menahannya dengan begitu kuat. Gio tertawa bahagia di hadapan Arkana. Ini sungguh pemandangan yang sangat membuat Arkana muak. Hingga tiga orang berbadan tegap dengan tampang menyeramkan muncul, Arkana semakin berada di zona bahaya.

"Oh.., jadi lo beraninya keroyokan!" Arkana meremehkan Gio.

"Bukannya rameh-rameh lebih asyik Arkana. Sama asyiknya seperti kita yang habis nikmatin tubuh cewek lo itu!"

Arkana melepaskan diri dengan susah payah dari kungkungan Farel. Tetapi belum juga dia berhasil meninju Gio, anak buah Gio menyerang Arkana. Dengan mudah mereka memukul Arkana.

Pukulan tadi begitu hebat. Arkana tersungkur. Punggungnya membentur tembok. Arkana bangkit lagi dengan susah payah. Tiga lawan satu. Arkana bahkan belum menyiapkan diri untuk pertarungan tiba-tiba ini. Secara postur badan bahkan Arkana kalah, ditambah pukulan demi pukulan yang mereka layangkan tidak mampu Arkana tepis.

Hari sudah semakin menggelap. Sama gelapnya seperti harapan Arkana saat ini. Dia tidak peduli jika dirinya babak belur sekalipun, dia hanya ingin Kirana baik-baik saja. Hanya itu.

Arkana sudah berada di ujung tanduk. Dirinya sudah sangat lemah. Tawa bahagia mengudara diantara sinar lampu kuning yang menyinari ruangan itu. Tawa bahagia yang mereka tunjukkan untuk merayakan Arkana yang sudah tersungkur lemah.

"Mana nih jagoan SMA Adhitama? Segitu ajah KO!" Farel memanaskan suasana. Merendahkan Arkana.

"Hahaha.." Mereka membalas dengan tawa.

Arkana dipaksa bangkit oleh satu orang yang berbadan besar. Dia mengangkat tubuh Arkana seperti mengangat satu karung kapas. Arkana dilempar dengan begitu enteng oleh orang itu. Arkana membentur tembok dinding gedung itu.

Mereka tertawa kembali. Apa yang mereka lihat sekarang bukan seperti kengerian, tetapi seperti komedi di sore menjelang malam.

"Bangun dong Ar! Segitu ajah nyerah, payah lo!" Gio berkata dengan lagak sombongnya.

Dia duduk dengan santai menyaksikan pertandingan tiga lawan satu sore menjelang malam ini.

Arkana sudah setengah sadar. Wajah Arkana sudah penuh dengan luka. Tiga orang berbadan besar tadi memukulinya tanpa henti. Dengan tatapan yang semakin memburam, Arkana mencoba melihat sekitar. Dia berharap bisa melihat Kirana. Tetapi nihil, dia tidak melihat Kirana.

Arkana tidak peduli dengan dirinya. Hanya Kirana yang dia pedulikan. Apapun akan dia lakukan untuk menyelamatkan gadis itu. Tidak peduli jika melukai harga dirinya.

Arkana berjalan tergopoh mendekati Gio. Seragam putih abu yang dia kenakan saat ini penuh dengan noda. Keadaan Arkana sudah tidak karuan. Arkana dibiarkan mendekati Gio. Tepat sampai, Arkana memohon diantara kedua kaki Gio.

"Lo boleh lakuin apapun ke gue. Gue nggak peduli. Tolong kasih tahu ke gue, dimana Kirana. Gue mau ketemu sama dia." Arkana memohon. Kalimat yang dia keluarkan terlontar dengan susah payah.

Gio menendang Arkana hingga Arkana terjungkal. Lagi lagi mereka tertawa melihat kengerian ini. Gio mendekati Arkana. Dia langsung mencengkeram kedua sisi wajah Arkana.

"Lo tahu Ar, gue mampusin lo sekalipun itu nggak sebanding atas apa yang udah lo lakuin ke adik gue! Lo udah bikin dia kehilangan banyak mimpi dan harapannya dan semua itu gara-gara lo!" Gio berkata penuh penekanan. Gio semakin menguatkan cengkeramannya di ujung kalimat yang dia ucapkan.

"Gue bukan orang yang udah mencelakakan adik lo!" Arkana membalas dengan susah payah.

"Bacot!" satu pukulan Gio berikan. Arkana tersungkur. Satu dari tiga orang berbadan besar tadi yang sudah menghajar habis Arkana maju mendekat. Dia memaksa Arkana bangkit.

Pertunjukkan yang mengerikan belum selesai. Kedua tangan Arkana dipaksa terangkat ke atas, lalu anak buah Gio mengikatnya kencang. Posisi yang sangat mengerikan.

Arkana tertawa lantang. Darah keluar dari mulutnya. Meski dia dihadapkan dengan keadaan yang mencekam, tetapi bersikap angkuh ke musuhnya tidak boleh dia lewatkan.

"Kalian bebas lakuin apa ajah ke gue. Tapi gue jamin, habis ini hidup kalian nggak akan bebas. Ha ha ha."

"Mau mampus ajah lo banyak bacot!" Gio mendekat dan memberikan satu pukulan hebatnya lagi.

"Mampusin ajah gue Gio. Gue jamin, adik lo akan membenci lo seumur hidupnya!"

Gio terdiam. Dia semakin mendekat dan mencengkeram kuat wajah Arkana. Tatapan mereka saling beradu tajam. Hingga suara lemah memanggil, Arkana baru mengalihkan tatapannya.

"Arkana.." Kirana memanggil lemah Arkana. Seseorang membawa Kirana dan mendorong Kirana dengan kasar. Keadaan Kirana pun tidak jauh beda kacaunya dengan Arkana.

"Ra.." Arkana terkejut melihat keadaan Kirana sekarang. Arkana merasakan sakit. Lebih sakit dari pukulan demi pukulan yang dia terima. Gadis yang dia sayang terikat kencang dengan keadaan yang sangat kacau. Arkana bahkan tidak melihat kain yang menutup kepala gadis itu. Arkana melihatnya. Bagaimana rambut Kirana yang terurai berantakan. Arkana mengutuk keras apa yang sudah mereka lakukan ke Kirana.

Arkana berusaha melepaskan diri. Apalagi dia sekarang melihat Gio mendekati Kirana dan lancang menyentuh gadis itu. Arkana bisa melihatnya jelas, Kirana ketakutan.

"Jangan berani-beraninya lo sentuh dia! Gue habisin lo Gio!" Arkana memaki lantang. Sayang, dia tidak bisa berbuat lebih. Apalagi sekarang pukulan hebat sudah mendarat lagi mengenai perutnya.

Kirana menangis. Ketakutanya semakin menjadi. Apalagi melihat kengerian tepat di depan kedua matanya.

"Lihat Arkana baik-baik. Sebentar lagi dia akan mampus!" Gio mencengkeram kedua pipi Kirana. Memaksa gadis itu agar menatap lurus ke arah Arkana. Di hadapannya, Arkana sudah dipukuli habis oleh tiga orang berbadan besar.

"Nggak aku mohon jangan!" Kirana memohon bersamaan dengan tangisannya. Hari ini, hari yang dia pikir menjadi hari yang bahagia, nyatanya berbanding terbalik. Hari ini menjadi hari yang sangat mengerikan.

"Ini sangat seru kan, Kirana?" ucap Gio. Dia cengengesan. Sangat senang melihat Arkana yang sangat hancur tepat di hadapannya saat ini.

"Lebih seru lagi, kalau benda ini ikut bermain!" Gio melanjutkan. Dia mengeluarkan pisau yang begitu tajam.

Kirana menggeleng. Memohon agar Gio berhenti. "Nggak, jangan! Aku mohon! Kalian ini manusia apa bukan sih? Bisa-bisanya kalian tertawa dan senang melakukan hal keji kayak gini!" Kirana berkata dengan tegas. Gara-gara ucapan Kirana tadi, Gio membalasnya dengan menampar keras gadis itu.

Farel yang berdiri tidak jauh dari Kirana mendekati Kirana. Dia berjongkok di depan Kirana.

"Kirana, andai ajah lo mau jadi cewek gue, lo akan aman. Nggak akan kena masalah kayak gini. Lo sih, malah milih Arkana." Farel berucap ke Kirana. Dengan lancang Farel mengusap lembut pipi Kirana. Jelas Kirana menghindari hal ini. Walaupun ya tetap saja, ini percuma. Farel berhasil menyentuhnya.

"Arkana pantas mendapatkan semua ini Kirana. Lo juga tahu kan, gimana sombong, angkuh dan sok berkuasanya dia. So, dia sangat pantas mendapatkan balasan dari sikapnya itu. Dan, lo harus tahu Kirana. Arkana pernah mendorong seorang siswi SMA Adhitama sampai dia jatuh dari tangga. Lo tahu, siswi itu sampai koma berbulan-bulan. Sekarang dia cacat dan kehilangan segala harapan dan mimpinya!"

Kirana menatap terkejut. Apa benar? Kirana bertanya dalam hatinya. Kirana tidak terlalu menggubris apa yang Farel ucapkan. Di depannya saat ini, Kirana masih melihat Arkana yang terikat dengan posisi menggantung.

"Nggak!!" Kirana berteriak histeris. Arkana sudah mendapatkan goresan di perutnya. Gio tertawa senang.

"Aku mohon berhenti!" Kirana berteriak memohon agar kengerian ini segera dihentikan.

Kirana tidak sanggup melihat Arkana seperti ini. Cowok itu sudah tertunduk lemas. Kedua tangannya masih terikat. Kirana lebih baik melihat keangkuhan sikap Arkana ketimbang lemahnya Arkana seperti ini. Kirana memaki dalam hati. Mengutuk semua yang sudah mereka lakukan ke dirinya dan Arkana.

Gio mendekati Arkana kembali. Dia bukan hanya menggores, tetapi menusuk Arkana dengan pisau itu. Dia lalu berbisik, "Selamat menikmati kesakitan dan akhir hidup lo Arkana!"

Kirana berteriak histeris. Hingga ikatan yang semula dia berusaha lepaskan dengan diam-diam terlepas, Kirana berlari cepat mendekati Gio. Mencegah Gio yang akan menusukkan pisau itu kembali ke perut Arkana.

"Aishhh!" Gio mendamprat habis wajah Kirana.

"Ra.." Arkana memanggil Kirana dengan lemah. Kirana tersungkur. Dia bangkit lagi, berdiri di hadapan Arkana. Menjadi benteng pertahanan cowok itu.

"Lo mau mati juga, hah?" Gio marah karena Kirana menghalangi.

"Ra.." Arkana memanggil Kirana dengan lemah. Kirana mendengarnya.
"Minggir Ra. Nanti lo kenapa-napa." Arkana berkata lagi dengan lemah.

"Udah mampusin ajah sekalian Bos!" orang berbadan besar memberikan pendapatnya.

Gio menyeringai. Menatap Kirana tajam. Tepat saat pisau tajam itu akan melayang bebas menembus perut Kirana, seruan panik terlontar dari anak buah Gio. Di luar gedung tua itu sudah ada kepungan tiba-tiba.

"Bangsat!" Gio memaki.

"Argh!!!" Gio berteriak. Kirana menggigit tangannya dengan kencang hingga pisau yang Gio pegang lepas dari gengggamannya.

"Bos kita harus pergi sekarang!" satu orang berbadan tegap menarik Gio. Padahal tadi Gio akan membalas perbuatan Kirana.

Mereka semuanya pergi dengan kalap. Kirana mendengar banyak derap langkah kaki yang berjalan mendekat. Kirana segera melepaskan ikatan tali Arkana. Kirana melepaskannya susah payah.

"Bertahan Arkana. Aku mohon."

Arkana setengah sadar. Dia cengengesan. Kirana sungguh benci hal ini. Dia menangis dan sedih melihat kondisi Arkana saat ini. Tetapi cowok itu malah cengengesan.

"Jangan nangis. Kamu hebat Ra." Arkana berkata dengan lemah. Ibu jarinya susah payah bergerak mengusap air mata Kirana.

Derap langkah kaki semakin mendekat. Arkana sudah berada dalam dekapan Kirana. Cowok itu perlahan mulai hilang kesadaran.

"Kamu harus bertahan Ar. Kamu harus denger jawaban aku dulu." Kirana berkata dengan susah payah. Tangisannya semakin menjadi.

"Aku sayang kamu Ra." Arkana berucap sangat lemah. Hingga kedua matanya tertutup sempurna.

"Aku juga sayang kamu Ar. Aku mohon bertahan Ar. Arkana!" Kirana mengguncang Arkana. Tetapi tidak ada lagi respon dari Arkana.

Lima orang mendekat. Mereka sigap menolong Kirana dan Arkana. Tangisan Kirana pecah.

Kirana belum siap kehilangan Arkana. Sangat tidak siap!

----

ARKANA 😭😭

MEWEK GUYS 😭😭

BAGAIMANA PART INI?

MAKASIH BANYAK YANG SUDAH BACA

SUPER MAKASIH VOTE DAN KOMENNYA

JANGAN LUPA FOLLOW AKU WP AKU ISTYANAHAZZOE

SAMPAI BERTEMU DI PART BERIKUTNYA

05 DESEMBER 2020

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 83.9K 40
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...
5.3K 1.9K 40
Aina Faj'ri, seorang perempuan yang gemar sekali tertidur di kelas. Karena hobinya itu dia kerap kali dihukum oleh gurunya namun, itu tak membuatnya...
13.4K 1.6K 46
[COMPLETED] WELCOME BACK IN MY STORY!! --- Ketidaksengajaan menjadi awal pertemuan Rara dan Reyga. Sepasang manusia yang sedang belajar tentang cinta...
1.1M 133K 75
Dia laki-laki yang mengajarkanku titik tertinggi dalam mencintai. Dia membuat aku jatuh cinta sejatuh-jatuhnya. Dia laki-laki yang kucintai dengan ti...