I'm Fine || Kim Seokjin ✓

By kimjinieya__

137K 9.1K 531

[COMPLETE] Seokjin adalah namja berbahu lebar seluas samudera pasifik yang memiliki sifat pendiam, dingin dan... More

1
2
3
Perkenalan tokoh
4
5
6
7
8
9
10
11
12
14
15
16
17
18
19
Promot
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45 (End)
Cuma Mampir...

13

2.4K 186 10
By kimjinieya__

Sebelumnya~~~

"Ne Eomma"

"Ya sudah kalian berdua turunlah, Eomma tunggu"

"Ne!" jawab mereka serempak.

Tak ada suara lagi dari sang Ibu. Sepertinya Hyuna sudah kembali ke bawah.

❤️
❤️
❤️
❤️
❤️
❤️

Hening.

Keduanya hanya saling bertatapan. Seokjin merasa bahwa adiknya belum siap untuk menceritakan apa yang ia sembunyikan darinya. Jadi lebih baik ia tidak memaksa Chani untuk menceritakan secara langsung.

"Baiklah, hyung tidak akan memaksamu. Tapi suatu saat nanti hyung akan tahu dengan sendirinya"

Setelah mengatakannya Seokjin pergi keluar kamar menuju meja makan di lantai bawah. Ada sedikit perasaan lega dan takut bercampur jadi satu.

"Kang Chanhee" panggil Seokjin datar.

Ternyata Seokjin kembali lagi saat di rasa sang adik tidak mengikutinya keluar.

"Eoh? Ne hyung, aku akan keluar"

Tidak ingin membuat sang kakak menunggu lama, Chani segera keluar kamar. Mereka berjalan beriringan menuju lantai bawah.

❤️
❤️
❤️

Setelah selesai makan malam, Seokjin langsung naik ke lantai atas menuju kamarnya. Ia terus termenung di balkon kamarnya. Seokjin mengambil ponselnya yang berada di saku celana pendeknya. Ia mencari nomor telepon seseorang dan menghubunginya.

Tuuutttt.... Tuuutttt....

Klik

"Yeoboseyo?"

"Joon-a, bagaimana keadaan Minji?" tanya Seokjin.

"Hyung tenang saja, Minji sedang istirahat sekarang"

"Apa dia sudah makan malam?"

"Sudah hyung, keokjeongmaseyo hyung"

"Baiklah, gomawo. Kau sudah menjaganya dengan baik"

"Cheonma hyung"

"Ya sudah hyung tutup dulu"

"Ne"

Pip

Seokjin mematikannya secara sepihak. Ia menghembus nafas lelah dengan apa yang terjadi akhir-akhir ini. Bebannya sekarang semakin bertambah. Ia memijit pelipisnya penat.

Grep

Seokjin tersentak kaget saat tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang.

'Oppa, keokjeongma, semuanya akan baik-baik saja. Aku yakin Oppa pasti kuat'

Seokjin hanya membiarkan gadis ini memeluknya dari belakang. Ia terus menatap lurus ke depan. Dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Apa Oppa harus terpuruk dulu baru kamu akan muncul, Saeron-a?" tanya Seokjin dingin.

'Ne Oppa. Aku akan muncul setelah Oppa terpuruk'

"Jangan sering membuatku terkejut saat kau tiba-tiba memelukku"

'Hehehee... Mianhae Oppa'

Hening.

Seokjin tetap terus memandang taman yang membentang luas di sekitar rumahnya. Walaupun di belakang rumahnya ada rumah-rumah mewah lainnya. Tapi tetap saja halaman belakang rumahnya begitu luas dan indah. Saeronpun masih memeluknya dari belakang. Senyumnya pun masih terukir di bibir kecilnya.

'Oppa, aku senang bisa terus memelukmu seperti ini. Aku sungguh sangat merindukanmu Oppa'

"Saeron-a"

'Hm?'

"Apa kau tidak bisa kembali ke atas sana?" tanyanya medongak menatap langit gelap.

'Aku belum menyelesaikan tugasku di sini'

"Memangnya apa tugasmu?" tanya Seokjin penasaran.

'Membahagiakan Oppa'

"Apa terlihat jelas kalau Oppa tidak pernah bahagia?"

'Sangat. Kebahagiaan Oppa seperti telah terkubur jauh di dalam lubuk hati Oppa'

"Bagaimana caranya mengeluarkan kebahagian itu dari lubuk hati Oppa?"

'Caranya Oppa harus mendapatkan pendamping hidup yang tulus menerima Oppa apa adanya. Bukan karena harta kekayaannya'

Seokjin menghela nafas frustasi. "Jadi Oppa harus mencari pendamping hidup?" tanyanya.

'Hm. Oppa harus bisa mencari seorang wanita yang hatinya tulus. Tapi sepertinya Oppa sudah mendapatkannya'

Seokjin berbalik menghadap Saeron yang masih memeluknya. Ia mengerutkan keningnya.

"Nugu?"

'Song Dahyun. Sifatnya sungguh mirip denganmu, kalian juga saling mencintai'

Seokjin diam tak menjawab. Ia terus menatap manik mata Kim Saeron di hadapannya. Mereka selalu seperti itu jika tengah bertemu satu sama lain. Tanpa mereka sadari, di balkon seberang kamarnya, ada seorang namja yang memperhatikan setiap gerak-gerik hyungnya.

'Waeyo? Kenapa Oppa menatapku seperti itu?'

Seokjin tersenyum tipis. "Yeppo" pujinya.

Seketika pipi Saeron merona bak tomat di rebus. Ia memalingkan wajahnya karena malu. Seokjin hanya terkekeh melihat tingkah lucu Kim Saeron.

'Oppa, sepertinya ada yang memperhatikan kita'

"Nugu?"

'Chani'

Seokjin menoleh menatap seseorang yang berdiri di balkon sebelah balkon kamarnya.

Kang Chani.

Dialah yang menatap hyungnya dengan raut wajah kebingungan.

"Hyung, kau berbicara dengan siapa?" tanya Chani.

"Eobseo"

Mendengar Seokjin menjawab santai, seketika Saeron mencubit pinggulnya kencang.

"Akh!! Appo!" seru Seokjin.

"Hyung, gwaenchanayo?" tanya Chani khawatir.

Seokjin mengelus pinggulnya yang dicubit oleh Saeron. Bahkan ia masih meringis merasakan sakit di pinggulnya.

"E-eoh. Hyung gwaenchana"

'Apa ada seseorang yang mencubit pinggulnya?' tanyanya dalam hati.

Karena mendengar suara batin Chani, Saeron beralih menatap Chani yang seperti tengah menatapnya. Padahal tidak.

"Hyung, lebih baik kau beristirahatlah. Tubuhmu masih belum sehat, angin luar tidak baik untuk tubuhmu"

"Gwaenchana, hyung akan masuk nanti"

"Baiklah hyung, aku masuk kamar dulu" pamitnya.

"Ne, jaljayo"

Chani mengangguk sebagai jawabannya. Setelah itu ia masuk ke kamarnya. Seokjin kembali menatap Saeron yang masih memeluknya erat dan fokus menatapnya intens.

"Apa kau ingin terus memelukku seperti ini?" tanya Seokjin malas.

'Ne, aku tidak ingin melepaskan pelukan ini selamanya'

Bukannya melepaskan pelukannya, justru Saeron meletakkan kepalanya di dada bidang Seokjin. Memeluknya semakin erat. Tanpa perintah air mata Saeron mengalir dengan sendirinya melewati pipinya.

'Oppa, aku merasa bahwa dunia ini tidak adil'

"Waeyo? Kenapa kau berkata seperti itu?"

'Dunia ini seakan tidak merestui kita bersatu Oppa, sehingga Tuhan memanggilku terlebih dahulu sebelum aku beranjak dewasa'

"Siapa yang mengatakannya?"

'Aku'

"Hei! Lihat aku!" titahnya.

Saeron mendongak menatap namja berbahu lebar yang lebih tinggi darinya.

"Sampai kapanpun, kau akan tetap di hati Oppa. Oppa tidak akan melupakan semua kenangan yang pernah kita lalui bersama"

'Jinjja?'

Seokjin tersenyum dan mengangguk sebagai jawabannya.

"Oppa janji akan selalu mengingatmu"

'Gomawo Oppa'

"Ya sudah, Oppa mau masuk ke dalam. Ada tugas sekolah yang harus Oppa selesaikan"

'Arraseo Oppa'

Cup

Saeron mengecup singkat bibir tebal milik Seokjin. Kedua matanya terbelalak terkejut dengan tindakan tiba-tiba dari Saeron.

'Saranghae'

Setelah mengatakannya, Saeron menghilang dari hadapannya begitu saja. Ia memegang bibirnya yang dikecup singkat oleh Saeron.

"Selalu saja seperti itu" gumamnya.

Diam beberapa detik. Kemudian Seokjin bergegas masuk ke dalam kamarnya dan mengerjakan tugasnya yang belum ia kerjakan.

❤️
❤️
❤️

Paginya, mereka semua sarapan dengan tenang di meja makan seperti biasanya. Tak lama kemudian Sang Ayah memecahkan keheningan yang ada di meja makan.

"Nanti malam Abeoji dan Eomma akan mengadakan pesta anniversary yang ke 25 tahun. Abeoji harap kalian bertiga meluangkan waktu kalian untuk acara nanti malam"

"Apa nanti banyak tamu yang datang Appa?" tanya Seonji.

"Iya sayang, Eomma dan Appa mengundang banyak tamu hari ini. Jadi Eomma harap kalian bisa meluangkan waktu kalian"

"Baiklah aku mengerti Eomma" jawab Chani.

"Lalu bagaimana denganmu, Seokjin-a?" tanya Hyuna.

"Aku ikut saja" jawab Seokjin tanpa menatap sang Ibu.

"Oke baiklah. Tapi Eomma harap di antara kalian ada yang membawa pasangan" ujar Hyuna melirik ke arah Seokjin.

Sedangkan Seokjin hanya sibuk menyantap sarapannya dengan tenang. Chani dan Seonji menatap Ibunya bingung.

"Seokjin-a, Eomma ingin kau membawa seorang gadis di acara nanti malam"

Uhukk

Uhukk

Seokjin tersedak dengan makanannya sendiri. Hyuna langsung memberikan air mineral pada Seokjin dan dengan senang hati Seokjin menerimanya. Setelah lega, ia menatap Ibunya malasnya.

"Apa maksud Eomma?"

"Kalau kau tidak ingin di jodohkan oleh Haejin bawalah seorang gadis pilihanmu sendiri. Abeoji tidak masalah jika dia tidak sama seperti kita, yang terpenting hati dan sifatnya sama seperti Kim Saeron"

Kedua namja muda ini langsung membeku. Ini pertama kalinya sang Ayah mengungkit nama Saeron kembali.

"Sayang, Eomma tahu, selama ini kau selalu bermimpi buruk tentang Saeron. Eomma ingin kau segera menemukan seorang gadis pengganti Saeron"

"Apa boleh aku membawanya?"

"Eoh? Apa kau sudah ada seseorang yang akan kau ajak nanti?" tanya Hyuna terkejut.

"Hm"

"Joha, Eomma harap gadis ini bisa merubah sikapmu"

"Aku tidak berjanji" ujarnya dingin.

Hyuna hanya menampilkan senyum manisnya kepada putra sulungnya. Ia tahu jika putranya jika di paksa untuk merubah sifatnya, justru putranya akan sangat marah dengannya.

"Aku sudah selesai"

Seokjin bangkit dari duduknya lalu berjalan menuju dapur meletakkan piring dan sendok kotornya. Kemudian berjalan kembali ke arah meja makan.

"Aku berangkat dulu" pamitnya.

"Josimhae"

Seokjin menjawab dengan deheman khasnya. Ia langsung pergi keluar dari rumahnya. Menyalakan motor sportnya dan meninggalkan pekarangan rumahnya. Kali ini dia tidak mengajak Chani bersamanya.

❤️
❤️
❤️

Setelah sampai di depan rumah seseorang, ia langsung melepas helmnya. Lalu ia turun dari motornya. Ia berjalan melewati gerbang pendek rumah ini hingga pintu utama rumah ini. Ia menekan bel rumahnya.

Ting Nong

Seokjin menunggu dengan sabar sampai pintu rumah terbuka.

Ceklek

Pintu terbuka menampilkan seorang wanita cantik keluar dari pintu rumahnya.

"Mencari siapa ya?" tanyanya.

"Annyeonghaseyo, saya teman sekelas Dahyun. Apa Dahyun masih di dalam?"

"Ah! Kerokkuna. Kau temannya ya? Dia masih ada di dalam kamarnya, masuklah"

"Ne gamsahamnida"

Seokjin masuk ke dalam rumah Dahyun. Lalu mendudukkan dirinya di sofa.

"Chakamman, Noona akan memanggilnya"

"Ne, algesseumnida"

Setelah itu yeoja yang menyebut dirinya Noona inj langsung pergi menuju kamar Dahyun di lantai atas. Selama ditinggal olehnya Seokjin terus mengedarkan pandangannya ke segala arah ruang tamu. Selang 4 menit Dahyun muncul bersama dengan kakaknya.

"Oppa, tumben kau kemari?" tanyanya heran.

"Aku menjemputmu kemari"

"Jinjja Oppa?"

Seokjin mengangguk mengiyakan. Ia terus menatap yeoja yang berdiri di samping Dahyun. Seketika Dahyun ingat dengan sesuatu.

"Ah iya Oppa, ini Eonniku yang pernah aku ceritakan padamu"

"Annyeong, Song Hyunsoo imnida, mannaso bangawoyo" salamnya.

"Annyeonghaseyo, Kang Seokjin imnida"

"Kaliankan satu kelas tapi kenapa Dahyun memanggilmu Oppa?"

"Dia lebih tua 1 tahun dariku Eonni"

"Jinjjayo? Berarti umurnya lebih muda 2 tahun dari Eonni?"

"Geurae Eonni"

"Seokjin-a"

"Ye?"

"Kau tak perlu seformal itu dengan Noona, aku sangat senang jika ada teman laki lakinya datang menjemputnya. Selama ini Noona menunggu seorang teman laki lakinya datang ke rumah ini"

Dahyun mencubit lengan Eonninya.

"Aww! Sakit Dahyun!" kesal Hyunsoo.

Sedangkan Dahyun merotasikan matanya jengah. Lalu ia menatap Seokjin.

"Oppa, kita berangkat sekarang"

"Arraseo"

Seokjin bangkit lalu membungkuk pamit kepada Hyunsoo. "Noona, kami pamit berangkat sekarang" pamitnya.

"Aigoo... Sopannya. Arraseo, josimhae"

"Ne"

"Eonni aku berangkat dulu"

Hyunsoo mengangguk dan tersenyum sebagai jawabannya. Setelah itu kedua orang ini keluar rumah Dahyun.

Saat sampai depan Dahyun bingung. Diakan tengah menggunakan rok sekolah, bagaimana caranya dia naik. Ia terus memandangi motor sport milik Seokjin.

Seokjin memberikan helmnya kepada Dahyun. Dengan senang hati Dahyun menerimanya. Saat Seokjin naik ke motornya Dahyun hanya diam di tempat. Seokjin menaikkan alisnya heran.

"Kenapa kau tidak naik?"

"Aku pakai rok dan bagaimana aku bisa duduk di sana?"

Seokjin menghela nafasnya gusar. "Kau naiklah dulu, ppalli" tegasnya.

Sesuai perintah Dahyun menaiki motor sport yang tempat duduknya sangat tinggi baginya. Setelah Dahyun naik, ia segera melepas jas seragamnya. Lalu meberikannya pada Dahyun.

"Pakai ini untuk menutupi pahamu"

Plak

"Aww! Kenapa kau memukulku?!"

"Otak mesum!"

Dahyun langsung menyambar jas sekolah milik Seokjin dan menutupkannya pada pahanya yang terekspos. Seokjin mendengus kesal dengan perilaku Dahyun barusan kepadanya.

Tanpa kata Seokjin langsung menancap gas motor sportnya menuju sekolah yang terbilang cukup dekat jika dari rumah Dahyun.

❤️
❤️
❤️

Sesampainya di sekolah, sepasang mata siswa/i teralih menatap Dahyun dan Seokjin yang berangkat sekolah bersama. Bahkan mereka melihat Dahyun memeluk pinggang Seokjin. Semua siswi yang melihatnya seketika memanas terutama Seoyoon yang ternyata juga berada tak jauh dari tempat parkir.

Selama Dahyun sekolah, Seokjin akan terus mengantar jemputnya. Mengenal pergelangan kakinya masih sakit akibat diinjak oleh wanita licik itu. Dahyun perlahan turun dari motor di bantu oleh Seokjin yang masih di motornya. Seokjin menggenggam tangannya saat turun. Dahyun melepaskan jas sekolah milik namja berbahu lebar ini.

"Gomawo" ujarnya sembari memberikannya pada Seokjin.

Seokjin menerimanya tanpa mengucapkan sepatah katapun. Ia masih sedikit kesal dengannya. Bagaimana tidak, dia ingin membantunya tapi di anggap mesum olehnya. Bagaimana tidak kesal.

"Oppa, kau masih kesal denganku?"

"Menurutmu?"

Seokjin meletakkan helmnya di motornya, lalu turun.

"Kita ke kelas sekarang"

Saat ia ingin merangkulnya, Dahyun mundur selangkah.

"Aku bisa sendiri"

Setelah itu Dahyun pergi meninggalkan Seokjin yang menatap gadis itu datar. Akhirnya Seokjin memutuskan berjalan di belakangnya 1 meter. Ia terus memantau Dahyun dari belakang. Jalannya pun masih tertatih.

Saat mereka berjalan di koridor sepasang mata siswi di sana menatap sinis ke arah Dahyun. Namun ia mengacuhkan semuanya. Seokjin terus memperhatikan mereka semua. Takut ada yang berbuat seenaknya dengannya.

Dan benar saja. Ada salah satu siswi yang sengaja menendang kaki kanannya yang terbalut perban cokelat sehingga Dahyun terhuyung ke depan.

Bruk

"Akh!"

Saat itu juga Seokjin berjalan cepat menarik lengannya agar Dahyun tidak jatuh tersungkur ke lantai. Dahyun meringis kesakitan di kakinya. Seokjin terus menggenggam kedua lengannya erat agar Dahyun tak terjatuh. Lalu ia menatap siswi yang menendangnya tadi.

"Maumu apa hm? Jangan pernah kalian melukainya lagi"

Siswi itu dan beberapa temannya terbungkam. Tanpa seijin Dahyun, Seokjin segera menggendongnya ala bridal. Setelah itu ia membawa Dahyun ke ruang UKS. Di belakang keduanya terlihat keenam sahabatnya yang menatap mereka dengan tatapan yang sulit di artikan. Akhirnya mereka hanya mengikuti hyung tertua mereka. Entah membawa Dahyun ke mana.

Sesampainnya di UKS, Seokjin segera mendudukkannya di ranjang. Untungnya ada seorang dokter yang biasa merawat murid-murid di sekolah ini.

"Aigoo... Ada apa dengannya?" tanyanya.

Ia jalan mendekati Seokjin yang berjongkok melepas sepatu Dahyun.

"Kakinya bengkak"

Keenam sahabat Seokjin datang.

"Hyung" panggil Jimin.

Seokjin menoleh dan sedikit terkejut mendapati keenam sahabatnya di UKS.

"Kenapa kalian ada di sini?"

"Kami tadi tidak sengaja melihatmu menggendong Dahyun Noona di koridor, hyung" jelas Jungkook.

Seokjin berdiri mempersilahkan sang Dokter memeriksanya. Benar kata Seokjin. Setelah kaki Dahyun di tendang oleh siswi tadi, pergelangannya kembali membengkak.

"Aigoo... Kenapa bisa seperti ini? Jangan terlalu sering digunakan untuk berjalan, bisa bertambah parah jika dipaksakan"

"Apa separah itu Han Ssaem?"

"Tidak. Cedera ini tidak terlalu parah, kalau ditutup dengan perban cokelat kakimu akan baik-baik saja. Untuk sementara kau di UKS dulu, istirahatkan kakimu"

"Tapi Ssaem~"

"Tidak ada bantahan! Kau harus istirahat. Jangan memperburuk kakimu!" sambar Seokjin tegas.

"Arraseo"

Dahyun menunduk menatap kakinya yang terluka. Seoyoon dengan seenaknya menginjak kakinya sehingga ia tidak bisa berjalan terlalu sering.

"Kau tenanglah, hanya legamenmu saja yang bengkak. Nanti juga akan sembuh beberapa minggu, yang terpenting kau gunakan untuk berjalan di hari penting atau sekolah. Jangan digunakan untuk berlarian"

"Arraseo Ssaem, gamsahamnida"

"Kalau begitu kelian bertujuh, kembali ke kelas. Sebentar lagi bel masuk akan berbunyi"

"Ne, algesseumnida Han Ssaem" ujar Namjoon.

Setelah itu mereka beranjak pergi meninggalkan ruang UKS. Sepeninggal ketujuh namja itu Dahyun terlihat sedang termenung.

'Kenapa wajah Seokjin seperti terlihat khawatir denganku? Ada apa dengannya?' tanyanya dalam hati.

"Kau kenapa melamun Haksaeng?"

"Eoh? Hanya sedang memikirkan sesuatu Ssaem"

"Memikirkan apa?"

"Seokjin"

Han Ssaem tersenyum menatap Dahyun. Dia sudah duduk di ranjang seberang ranjang Dahyun.

"Ada apa dengan Seokjin?"

"Apa dia sekhawatir itu denganku Ssaem?"

"Sepertinya iya. Apa kau tidak mengetahui berita apa-apa tentang 1 tahun yang lalu?"

"Ah! Saya tidak sering memperhatikan berita sekolah. Memangnya ada apa Ssaem?"

"1 tahun yang lalu, sekolah ini mengadakan Turnamen Basket melawan SMA Sevit. Tim basket Dongtan dipimpin oleh Seokjin. Saat pertandingan kedua di mulai, ada kejadian yang sangat tidak mengenakkan di lapangan"

"Kejadian apa Ssaem?"

"Seokjin jatuh dan lawan mainnya tidak sengaja menginjak lututnya, sehingga dokter menyatakan lutut kakinya patah. Jadi semenjak itu Seokjin mengundurkan dirinya dari Club basket"













































****

Im Yoona as Song Hyunsoo
21 tahun

Han Hyojoo / Han Ssaem

****

Jangan lupa voment ya!
Thankyou 😘

Continue Reading

You'll Also Like

88.9K 5.4K 18
Sarada harus menerima keputusan orang tuanya yang harus pergi demi pekerjaan. Dia harus tinggal bersama seorang pria untuk menjaganya. Dia adalah ana...
13K 1.3K 40
[COMPLETE] ⚠️[Mengandung konten : kekerasan] ⚠️ Jika sudah bersinggungan langsung dengan ambisi, bahkan keluargapun seperti tak ada harganya, semua d...
15.2K 894 17
[ C O M P L E T E ] [[word count: 10,561 words]] story by ssjin___
201K 11.8K 32
( cerita sudah lengkap tapi masih tahap revisi) Uchiha Sarada gadis berusia 17 tahun yang menduduki bangku sekolah kelas 2 SMA , dia adalah anak dar...