Michella [END]

By latterbee

904 462 50

[HARAP FOLLOW SEBELUM BACA] tenang bakal difolback kok hihi saat membaca jangan lupa vote! up minimal semingg... More

Prolog
Dia
Secret Place
Tranfusi Darah
Sebagian Hati Devan
Ulangan
Jalan
Kanvas
Date?
Buku Raka
'Cause you're the reason
Princess
Mimpi
Nyaman
Wanna be mine?
I'm yours
First Day
Chocolate
Night Princess
Sebulan
Day with you
Karra ; him sister
Truth or dare
Got you
Tanpa Raka
Koma
Pura-pura lupa
Memudar
Bingkisan Masa Lalu
Pelaku
Suprise!
Anak baru
Rencana (dibuat)
Rencana (dimulai)
Perasaanya
Story of Nakula
Kecewa
Rencana (berjalan)
Rencana (berakhir)
History of Nakula
About them
Kita
Little Happines
Rumah
Trio gesrek
Kau dan aku-END

OSIS

103 34 6
By latterbee

—Setiap malam aku bermimpi, di dalam mimpi itu aku dipertemukan dengannya kembali. Dan aku sendiri mengharapkan pertemuan itu.—

Para siswa berhamburan keluar kelas seraya merenggangkan tangan mereka, usai pelajaran fisika yang dipenuhi rumus-rumus tadi. Michel berjalan bersama Vey menuju kantin, mereka satu sama lain tak tahu apa yang harus diperbincangkan.


"Chel,"

"Vey," serempak mereka memanggil satu sama lain.

"Lo duluan," ucap Michelle mengalah.

"Nggak lo duluan aja," Vey mempersilahkan Michel untuk berbicara duluan,Michelle mengangguk mengiyakan.

"Lo kenapa nggak sekolah di Filipina aja?" tanya Michel langsung pada intinya, tangan Vey menggaruk kepalanya yang jelas- jelas tidak gatal, sepertinya ia tidak tau kalimat apa yang tepat untuk menjawab pertanyaan Michel.

"Ya..., nggak apa-apa sih.Bedanya apa sama aja kan." kepala Vey menunduk setelah menjawab pertanyaan Michel seakan menyembunyikan sesuatu yang tak boleh ketahui dunia.

"Tapi...,"

"Itu Felic, yuk duduk" Vey mengalihkan topik pembicaraan ketika melihat Felic melambaikan tangan, mengisyaratkan agar mereka duduk di sebelahnya sepanjang istirahat terus menundukkan kepalanya sungguh itu membuat Michelle bersalah dengan sendirinya. Felic angkat bicara ia menyadari hal itu Vey biasanya ceria menunduk kan kepalanya yang terlihat berbeda sedangkan Michelle menatap lurus pada Vey seakan ada suatu kesalahan telah ia perbuat.

"Gue udah selesai sekalian bayarin bakmi sama jus jeruk gue ya!" pernyataan Felic membuat dua gadis di hadapannya mengalihkan pandangan ke arahnya.

"GAK!" jawaban mereka membuat Felic terkekeh pelan melihat kelakuan mereka.

"Pokoknya Fel, gue nggak mau bayarin lo udah gue pas-pasan lagi." Michelle memperjelas jawabannya mengingat dompetnya sudah tipis sejak kemarin. Pembicaraan mereka terhenti ketika sebuah pengumuman terdengar dari speaker yang berada di dekat kantin.

"PENGUMUMAN, DIHARAPKAN KEPADA SELURUH SISWA AGAR SEGERA BERKUMPUL DI AULA SEKOLAH UNTUK PEMILIHAN ANGGOTA OSIS BARU."

Yeyy....
Sorakan para senior menggema di seluruh penjuru sekolah, pemilihan anggota OSIS baru yang sudah tertunda dua bulan lalu, sebab keterlambatan perpisahan kelas XII tahun ajaran lalu, akhirnya dilaksanakan. Michel, Vey dan Felic sudah sampai di aula, mereka menggeleng-gelengkan kepala tanda tak mengerti akan kegilaan kakak-kakak kelasnya yang disebabkan pemilihan anggota OSIS baru.

"Gue kira Kak Devan OSIS yang baru," bisik Vey, masih tak mengira bahwa Kak Devan adalah mantan ketua OSIS.

"Iya, gue kirain juga gitu." timpal Felic.
Michel memilih untuk diam, ia tak suka membicarakan orang lain apalagi mencampuri urusan hidup orang lain. Toh, lagi pula kata pepatah diam adalah emas, bukan?.

"Eh, anak kelas X juga dipilih jadi anggota OSIS loh!" ucap Aster yang tiba-tiba muncul diantara mereka.

"Widih, keren. Gue pengen banget jadi anggota OSIS dari dulu." Vey mengiyakan perkataan Felic, ia juga menginginkan hal serupa.

"Chel, lo nggak kepengen jadi anggota OSIS gitu?" tanya Aster menghentikan diamnya Michel.

"Nggak ah, ribet." jujur, Michel memang tidak menginginkan hal yang sama seperti teman-temannya. Jawabannya yang singkat nan jelas itu, spontan membuat ketiga manusia di sampingnya mengangguk mengerti.

"Padahal kan lo punya bakat di bidang seni, lo bisa ngegambar... apa itu namanya? Anem ya?" Aster sengaja salah menyebutkan nama karakter yang sering digambar Michel dan hal tersebut memulai kehebohan diantara mereka bertiga.

"Anime, Aster!" serempak Vey dan Felic mengoreksi kalimat terakhir yang dikatakan Aster.

"Iya, iya. Sorry, nggak usah ngegas napa?" Felic memutar bola matanya, lelah dengan sikap Aster selalu seperti ini. Michel kembali diam.

"Michella Raina Aksara, bisa kemari sebentar?"
panggil seorang anggota OSIS.

"Iya? Saya."
                   
"Lo dipilih jadi anggota OSIS bagian seni" jelas kakak OSIS.

"Gue nggak mau!" jawab Michelle secepat kilat.

"Kok enggak mau?"

"Ya, jadi OSIS itu berat. Dan lo tau itu kan?" tanya Michelle balik, sinis.

"Kalau lo lakuinnya dengan hati, Insya Allah nggak bakal berat kok, menurut gue gitu"

'Ih ini orang ribet banget sih?kan gue yang nggak mau'

"Karena ini keputusan Devan, lo tau kan dia siapa?"

"Ya dia mantan ketua OSIS tahun lalu lalu kan.Ya udah terserah aja" Michel bisa pasrah dari pada berkepanjangan.

"Seriously ?"

"Yup" jawaban terakhir Michelle pemilihan anggota OSIS adalah ya dengan terpaksa, ia pun kembali ke tempat semula. Tepat di saat Michel kembali pengumuman para anggota OSIS yag baru dimulai, sang MC langsung mengumumkan nama ketua OSIS tahun ini.

"Kita sambut ketua OSIS tahun ini, Askar Seismolog" riuh suara tepukan tangan para siswa mengalun di setiap langkah sang ketua OSIS.

"Dan wakil ketua OSIS kita tahun ini, Raka Ulka Pratama yang menjadi ketua bidang seni tahun lalu" lama nama itu tak terdengar di telinga Michel. Nama laki-laki yang ia tak sengaja ia tabrak di kantin saat MOS. Suara tepuk tamgan pun ditepukkan untuk wakil ketua OSIS, kecuali suara tepukan tangan Michel. Ia hanya menatap wajah Raka, yang terlintas di pikirannya adalah ia akan sering bertemu dengan laki-laki itu saat rapat atau kegiatan OSIS lainnya.

"Chel, lo kok gak tepuk tangan sih?" tanya Aster melihat Michel yang terdiam sejak nama Raka disebutkan.

"Gak, gak apa-apa kok"Michel menjawab dengan sedikit terbata.

"Cuma, perih aja tangan gue karena kebanyakan tepuk tangan."lanjut Michel sembari mengusap-usap kedua tangannya. Aster mengangguk mengiyakan, setelahnya Michel bernafas lega karena Aster tak bertanya lagi.

"Dan sekian, nama-nama anggota OSIS lainnya akan ditempel di mading sekolah nanti sore. Pengumuman bagi anggota OSIS yang baru akan diadakan rapat usai zuhur. Saya Lisa sebagai mc mengundurkan diri."ujar Lisa menutup pengumuman.
_____________________

Bel berbunyi untuk ketiga kalinya pada hari ini, setelah bel istirahat kedua tadi. Aster, Felic dan Vey memakai tas mereka lalu berjalan keluar menuju pintu kelas untuk kembali ke asrama, sedangkan Michel masih membereskan buku-bukunya yang berantakan di atas meja. Aster berbalik melihat Michel yang tak mengikuti merka bertiga, tak seperti biasanya.

"Chel, lo gak balik ke asrama?" Aster kembali duduk di depan Michel heran melihat Michel yang tak terburu-buru--seperti biasanya--karena ditinggalkan.

"Kalian pulang duluan aja, gue ada urusan sore ini" jawab Michel matanya tetap fokus pada buku-buku yang baru saja dirapikannya.
"Urusan apa?" Aster masih bertanya ia tak mau beranjak dari tempatnya. Ia menatap Michel.

"Gue punya urusan sama pak Krans"
Michel menyebut nama guru bahasa inggris yang memang hari ini memasuki kelas mereka.

"Gue tau kok Chel. Lo lagi bohong sama gue." Michel memberhentikan aktifitasnya membereskan buku. Michel menggelengkan kepalanya sembari menatap Aster, Aster juga menggelengkan kepalanya setelah Michel.

"Ya, gue bohong. Hari ini ada rapat osis, kan?"

"Terus lo ngapain mau ikut-ikutan mereka rapat ?" ucapan Michel dipotong Aster yang semakin mengganggu Michel.

"Gue jadi salah satu anggota osis baru tahun ini dan sore ini gue rapat" entah untuk ke berapa kali batin Michel logika Aster. Michel menekankan pada kalimat anggota OSIS baru dan itu membuat Aster sedikit terkejut Vey dan Felic yang tak disadari kehadirannya apapun sama-sama terkejut atas pernyataan Michel.

"Beneran, Chel ?" tanya Vey yang sedari tadi terdiam, Michel hanya mengangukkan kepalanya lalu berdiri dari tempat duduknya.

"Kok bisa ?" tanya Vey lagi--penasaran.

"Udah biarin aja dia pergi. Nanti aja lo tanya lagi di asrama, dia ada rapat" Felic menahan Vey yang ingin bertanya lagi.

"Yuk, pulang. Kalo nungguin dia nanti keburu cacing di dalam perut gue dance terus lanjut sama prosesi kematian" Aster memegang perutnya, mengisyaratkan bahwa ia lapar. Ucapan Aster disambut tawa oleh Felic dan Vey.

Raka pov

Askar memutar-mutar kunci ruang OSIS yang sedikit macet, aku menghentak-hentakan kaki pada lantai menghasilkan intonasi yang membuat rasa bosanku sedikit menghilang menunggu Askar membuka pintu. Suara langkah kaki terdengar dengan intonasi berbeda, terlihat seorang gadis berambut acak-acakan berjalan menuju kerumunan OSIS yang lain. Aku menatapnya lekat, ia gadis yang tak sengaja kutabrak di kantin saat kelas X MOS, gadis yang tak pernah absen dari mimpi-mimpiku dan gadis yang beredar isu bahwa Devan menyukainya.

"Ka, yuk masuk" ajak Askar menghentikan logikaku untuk memikirkan gadis itu.

"Em? oh, yuk!" aku mengikuti Askar yang sudah mendahuluiku. Hari ini aku pasti akan mengetahui nama sang gadis.

"Kalian semua tau nggak ngapain diadain rapat hari ini ?" tanya Askar memulai rapat yang bertujuan untuk mengarahkan dan menyusun ketua setiap bidang.

"Nggak" sahut para anggota OSIS kecuali gadis kantin--gadis yang tak sengaja kutabrak sat MOS-- yang sedang memainkan pulpen dan aku yang sedang menatapnya dan itu disadari Askar yang sedang berbicara memecah keheningan ruangan ini.

"Hari ini kita bakalan ngebagi tugas kalian masing-masing dan sebelumnya kalian semua harus memperkenalkan diri, biar deket gitu" Askar menyenggol bahuku pelan lalu melanjutkan ucapannya.

"Dan ini dimulai dari diri gue sendiri" Askar memberi jeda sebentar hampir semua gadis di dalam ruangan ini terpukau dengan ketampanannya tapi sepertinya itu tak berlaku bagi gadis kantin, ia sibuk dengan dunianya sendiri.

"Nama gue kalian pasti udah pada tau, kan ?" tanya Askar dengan tampang sok cool--yang sebenarnya memang cool, tapi aku tak mau mengakui akan hal itu--nya. Para anggota OSIS mengangguk, lagi-lagi aku dan si gadis kantin tak merespon pertanyaan Askar, sahabatku.

"Gue ulang aja, nama gue Askar Seismolog. Gue lahir di Bekasi, 23 maret 2003. Alhamdulillah selamat ditambah emak gue juga selamat" tawa anggota-anggota OSIS baru memenuhi ruangan tersebut.

"Oke, selesai. Dilanjut sama Raka" Askar mengakhiri pengenalan dirinya.

"Em, gue Raka Ulka Pratama. Gue lahir di Bogor, 4 november 2003." padat, itu satu kata yang tepat untuk mendeskripsikan perkataanku. Aku menyadari hal itu. Saat aku memperkenalkan diri, aku melihat Michel sedikit terkejut dengan ucapanku entah ucapan di bagian yang berisi namaku atau tempat tinggalku atau tanggal lahirku. Aku tak tau.
________________

Thank for all readers❤
Jangan lupa untuk ninggalin vote dan komen, karena itu berharga banget buat author😊

Continue Reading

You'll Also Like

176K 28.9K 60
Ale! Gadis barbar yang selalu mengejar-ngejar cinta seorang Raka Allandra. gadis yang selalu merecoki hari-hari sang pujaan hatinya dan berharap suat...
28.3K 1.6K 82
Revisi Semuanya baik-baik saja menurut Atika saat ia belum masuk dalam anggota Osis. Entah mengapa hal itu merenggut masa-masa santainya. Apa lagi ia...
2.3M 122K 63
#1 in romance (15-06-2020) #1 in sad (07-07-2019) #1 in fiksiremaja (07-07-2019) #1 in sekolah (24-09-2020) #1 in anaksekolah (16-04-2020) #2 in hurt...
183K 18.5K 60
Yang sudah baca cerita ini, tolong jangan spoiler alur cerita dan Endingnya! Anastasya Aurelian Bramasta alias Aca, selalu dihantui perasaan bersalah...