RATU (TAMAT)

By hfcreations

655K 59K 4.5K

Ratu Kenarya terkenal karena berhasil membuat sebagian anak cowok meneguk ludah. Bukan oleh wajahnya yang can... More

PROLOG
1 - DIA, KEENAN SAMUDERA
2 - DIA, RATU KENARYA
3 - MENOLAK PEDULI
4 - DI WAKTU YANG SAMA
5 - MENAHAN DIRI
6 - DIA, PENGUSIK KETENANGAN
7 - STALKER
8 - SATU HARI BERSAMA
10-ANGGOTA OSIS
11 - PERMINTAAN SEORANG RATU
12 - FESTIVAL
13 - PILIHAN
14 - HILANG KESADARAN
15 - PESAN MASUK
16 - JEMPUTAN
17 - Sebuket Mawar
18 - Rahasia
19 - Panti Asuhan
20 - Perasaan
21 - Di Luar Kendali
22 - Perpustakaan
23 - Bukan yang Pertama
24 - Pesta Ulang Tahun
25-Bianglala
26- Kalo Lo Ratu, Gue Rajanya!
27- Keputusan
28 - Harapan
29 - Bukan Teka-Teki
30 - Bukti Janji
31 - Hello, Bandung!
32 - Darmawisata
33 - Alasan
34 - Pertemuan
35 - Lebih Bersama
36 - Kencan
37 - Tertangkap Malu
38 - Tamu Tak Diundang
39 - Hadiah untuk Ratu
40 - Kehilangan
41 - Berhenti Berharap
42 - Yang Sebenarnya
43 - Semakin Menjauh
44 - Tentang Rindu
45 - Kembali
46 - Menuju Kebenaran
47 - Kesempatan
48 - Akhir Waktu (TAMAT)
EPILOG

9 - SEBUAH BUMERANG

12.8K 1.1K 59
By hfcreations

SEBUAH BUMERANG

Berjuang.

Sesimpel katanya.

Dan seletih kamu berjalan menaiki eskalator yang bergerak turun.

Keenan Samudera —

***

MUNGKIN Ratu lebih membutuhkan tabung oksigen dibanding orang yang tenggelam di laut lepas.

Napasnya sedikit sesak seiring dengan mendorong troli yang berisi televisi itu keluar dari mall. Belum lagi, Ratu menemukan kakinya yang sedikit lecet, hal yang membuat cewek itu melepas sepatu high heels-nya kemudian diletakkan di keranjang yang sama.

Tapi, lebih parahnya, cowok yang sedang berjalan di depannya justru mencuri semua napasnya.

Jika tidak selamanya sikap cuek selalu bisa menutupi kepedulian yang cowok itu miliki. Bahkan dengan satu perhatian yang Keenan tunjukkan cukup membuat napas Ratu semakin tercekat.

Hanya dengan mengingatnya saja, membuat darah Ratu mendidih hingga jantungnya terus memompa lebih kuat.

Menimbulkan getaran aneh di dadanya yang sedari tadi ia tahan menggunakan telapak tangan.

Astaga.... Jangan-jangan kena serangan jantung gue?! —batin Ratu.

Sehebat apapun sikap Keenan yang berhasil membuatnya kewalahan. Ratu tidak akan mudah menaruh hati dengan beralasan terbawa perasaan.

Terlalu lama terbayang. Membuat matanya yang dari tadi mengikuti langkah Keenan menjadi kabur. Cowok yang sempat memimpin jalannya itu mendadak hilang—tidak tertangkap matanya lagi.

Sampai akhirnya, Ratu mencebik kesal sebelum memutuskan mencari ke arah parkiran. Mengabaikan telapak kakinya yang perih karena berjalan di atas aspal yang terik. Cukup lama ia mengitari pelataran sampai matanya melihat keberadaan motor sport berwarna hitam terparkir di samping mobil pink miliknya.

Tentu saja Ratu tahu siapa pemilik kendaraan itu sehingga bibirnya tertarik ke atas karena saking takjubnya.

Gue pikir dia udah pulang. Mana sih tuh cowok?

Ratu perlu mengontrol rasa senang yang menelusup ke dalam dadanya dengan rasa penasaran yang sebelumnya datang.

Sempat cewek itu menanyakan keberadaan Keenan pada petugas parkir yang dibalas dengan gelengan kepala.

Kemudian Ratu berusaha fokus mengatur penglihatannya.

Menatap ke titik di mana Keenan sedang berjalan menuju ke arahnya bersama tatapan yang membuat cowok itu sempat mempesona di matanya.

Lebih dulu cewek itu menggelengkan kepalanya sebelum bayangan Keenan mengambil alih fungsi akalnya.

Sedangkan Keenan langsung diam di tempatnya berdiri saat menemukan Ratu berlari menghampirinya. Yang sedetik setelahnya, cowok itu mengeluarkan sesuatu yang baru dibelinya dari kantung plastik. Memberikan benda itu kepada Ratu yang dibalas dengan kerutan di dahi.

"Buruan pake." ujar Keenan yang justru menambah kerutan dahi Ratu. "Gue tau kaki lo sakit."

Ratu sudah membuka mulutnya untuk bicara, tapi Keenan lebih dulu berjongkok. Karena gerakan refleks, cewek itu memegangi bahu Keenan. Ia menunduk saat melihat cowok yang sedang meraih kakinya seraya memasangkan sepasang sendal jepit baru adalah hal yang tidak baik untuk jantungnya.

Kalau dipikir-pikir, itu hanya sebuah sendal yang tidak terlalu bagus bahkan terkesan murah. Tapi apapun yang cowok itu berikan mampu membuat debaran di dalam dadanya semakin menjadi-jadi.

Setelah beberapa saat Ratu mengatur napasnya. Keenan sudah menarik diri. Memasukkan kedua tangannya ke dalam saku.

"Apa hari ini gue udah bersikap seolah kayak pacar yang lo mau?" tanya Keenan tiba-tiba.

Dan tatapan Keenan setelahnya adalah sesuatu yang tak sanggup Ratu lihat.

Cewek itu juga mengerti kemana pertanyaan Keenan akan berujung.

"Gue udah ngasih apa yang lo mau. Dan mulai besok gue gak mau liat muka lo." Keenan mendesis. "Kalo lo emang nganggep kita pacaran. Berarti hari ini gue mau kita putus. Ngerti lo?"

Di saat yang sama, Ratu masih memahami situasi.

Seolah suara gemuruh kendaraan di jalan seketika lenyap. Mungkin kalimat yang baru ia dengarlah yang membuatnya mematung.

Ia mengerjap beberapa kali sebelum matanya fokus menatap Keenan. "A—apaan, sih? Lo lupa kalo kita satu sekolah? Gimana gak ketemu coba?" seketika Ratu tertawa hambar. "Kalo lo marah soal tadi. Gue minta maaf. Duit lo bakal gue ganti kok besok."

"Gue lebihin malah. Lo mau gue kasih berapa?" tanya Ratu lagi. "Atau lo mau gue beliin apa?"

Mengindahkan ucapan Ratu. Keenan memilih mencengkram bahu cewek itu. "Gue gak mau berurusan sama lo. Kalimat mana yang enggak lo ngerti?!"

"Gue gak ngerti semuanya. Segitunya lo benci sama gue?" Ratu menatap Keenan. "Apa yang bikin lo ngehindar mulu dari gue? Anak-anak cowok yang lain aja suka nekat deketin gue. Dan lo—"

"Karena gue gak suka. Apalagi cewek yang suka nindas orang lain kayak lo."

Cowok itu memotong ucapan Ratu dan memperjelas maksudnya. Kalimat yang biasanya selalu ia ucapkan sambil mengangkat dagu tinggi-tinggi di hadapan laki-laki manapun. Tanpa sadar justru membawa maksud lain yang membuat cewek itu memegang erat tali tasnya.

"Kita cuma tinggal jalanin hubungan seperti yang gue bilang." Ratu menurunkan tangan Keenan di bahunya. Beralih mencengkram lengan cowok itu dengan kedua tangan. "Gue bisa ngelakuin apapun yang bikin lo jatuh hati sama gue."

"Oh ya?" tanya Keenan acuh sambil melepaskan pegangan Ratu di lengannya. "Kalo gitu besok lo gak usah ajak gue ngobrol seolah kita udah saling kenal. Gak usah ngaku-ngaku kalo gue itu cowok lo."

"Gue gak mau." Ratu memandangnya, yang dibalas Keenan tanpa ekspresi. "Gue udah nembak lo di depan anak-anak, masa iya kalo ketemu gak gue sapa?"

Keenan yang tidak menjawab beralih mendorong bahu Ratu ke samping dan melewatinya.

"Keenan!" panggil Ratu. "Gue salah apa, sih?"

Tadi, Ratu sudah berpikir akan memberikan televisinya kepada cowok itu secara cuma-cuma juga dengan hutang yang tetap dibayar. Tapi, melihat punggung tegap Keenan yang berjalan menuju motornya membuat Ratu menjulurkan tangan— mengambil sepatu high heels-nya dan kemudian dilempar ke arah yang sama, kali ini dengan umpatan.

Dan bunyi motor yang bergerung meninggalkan parkiran adalah hal yang membuat matanya memanas.

Ratu pikir mungkin karena cewek itu sempat tidak berkedip hingga debu di udara mengenai matanya.

Tapi, Ratu juga tidak mengelak jika cowok bernama Keenan telah menoreh perasaan lain di dadanya. Jika sesulit apapun ia mengejar dan memperjuangkan. Tanggapan dari Keenan hanya satu.

Menghindarinya.

"Ratu?" sapa seseorang yang membuatnya menoleh. Menatap cowok yang berseragam sama seperti Keenan tersenyum begitu lebar ke arahnya.

Berbeda dengan Ratu yang melipat tangan sambil mengangkat sebelah alisnya. "Ngapain lo? Gue kira lo masih di rumah sakit cuma karena gue tendang tulang keringnya?"

"Gue bener-bener minta maaf sebelumnya." cowok itu, Arka, menggaruk rambutnya yang seketika gatal. "Karena kita kebetulan ketemu di sini. Jadi gue sekalian pengen minta maaf."

Ratu yang tidak mendengarkan, justru mendorong dahi cowok itu dengan jarinya hingga terhuyung ke belakang. "Pergi! Apa pengen gue bikin lo masuk rumah sakit lagi?! Pergi buruan!"

Arka yang mendengar itu tampak kehabisan kata. Cowok itupun berlalu dari sana setelah Ratu lebih dulu menginjak kakinya dengan kuat.

Kembali membereskan belanjaannya. Dengan susah payah Ratu mengangkat kardus televisi itu ke dalam bagasi mobil. Bersamaan dengan sandal pemberian Keenan yang ia lepas kemudian ditumpuk di atas kardus.

Sepertinya Ratu sudah terlalu tinggi menggantung harapan.

Karena pada akhirnya cewek itu akan terus hidup di dalam dunia yang tidak menginginkan keberadaannya.

***

KEGIATAN yang ingin Ratu lakukan pagi ini adalah sarapan. Dilanjutkan dengan berebah di atas kasur. Seperti sekarang. Menonton animasi asal Jepang dari televisi—yang sebenarnya tidak ingin ia beli—di dalam kamar berdominan putih. Seraya menyeruput mie instan yang akhir-akhir ini menjadi makanan favoritnya.

Entah karena ada film animasi kesukaannya meski sudah diputar ratusan kali atau memang ada rencana bolos sekolah hingga waktu menunjukkan pukul 8-pun Ratu masih menyandarkan punggungnya di bantalan sofa.

Hingga secara tiba-tiba, Ratu memilih meninggalkan kartun kesayangannya karena harus membuka pintu rumah setelah puluhan kali suara belnya berbunyi.

"Ada keperluan apa sampai saya harus dipanggil ke sini?"

Ratu mengangkat bahunya, seperti tidak menemukan jawaban atau lebih tepatnya ia mempunyai sesuatu yang lebih menarik untuk ditunjukkan dibanding ketidakwarasannya saat pertama kali menembak cowok di hadapan anak-anak lain.

Yang mungkin orang pikir tindakannya sekarang adalah awal dari kegilaan Ratu, tepat di saat cewek itu membawa blackcard-nya ke hadapan Dilan lalu dipatahkan menjadi dua bagian begitu mudah.

Jika mau, kalian boleh merekomendasi rumah sakit jiwa yang elit kalau perlu, karena itu adalah hal yang terlintas dipikiran Dilan saat ini.

"Gue gak butuh kartu cacat kayak gini. Mending sebelum dikasih ke gue, harusnya lo cek dulu kartunya bisa dipake apa enggak?" Ratu memberi patahan itu pada Dilan. "Lo balikin gih ke Papi. Gak guna. Bikin gue malu se-mall aja kemaren."

Dilan mengerjap beberapa kali, tapi kegilaan Ratu masih membuat matanya terbelalak. "Apa ada masalah?" tanya Dilan. "Kamu bisa bilang ke saya kalo gitu. Tidak perlu dirusak seperti ini."

"Lo gak denger?!" Ratu menatap sinis. "Kartunya cacat. Dan karena itu cowok gue jadi ngambek karena gue pinjem duitnya buat ganti rugi."

"Dan pokoknya gue mau itu kartu diganti sama yang baru." ucap Ratu sambil melipat tangan.

Namun, sayangnya, Dilan lebih tertarik untuk menjawab ucapan Ratu sebelumnya. "Ganti rugi?"

"Berisik, ah!" ujar Ratu dengan nada menyebalkan. "Yang lebih penting sekarang, gue belom bisa masuk sekolah karena gue gak punya duit buat bayar utang dia. Cash gue gak ada sama sekali di dompet. Dan kartu kreditpun udah gue rusakin karena gak bisa dipake."

Kemudian tatapan Dilan berpindah ke dahi saat cewek itu mengulurkan tangan ke hadapannya. "So, bukannya ini yang lo mau? Nyelesain semua masalah yang udah gue buat. Bahkan Papi dan Mami aja udah muak sama kelakuan gue."

"Biar gue kasih penawaran sekali lagi." ucap Ratu. "Berhenti ngurusin hidup gue atau—"

Ratu hendak menyelesaikan kalimatnya, tapi sebuah kartu kredit lebih dulu mendarat di telapak tangannya.

"Apapun yang kamu mau akan saya berikan." Dilan tersenyum. "Itu kartu kredit saya. Sebagai gantinya black card yang rusak. Sementara kamu pakai kartu kredit itu dulu." lalu pria itu mengayunkan pintu. "Saya permisi."

Kemudian pintu tertutup bersamaan Ratu yang sudah berlari ke kamar untuk menyiapkan diri pergi ke sekolah. Ya, meski gerbang sekolah sudah ditutup setengah jam yang lalu. Rupanya tidak menjadi halangan bagi Ratu untuk tidak kembali menganggu hidup Keenan di sekolah.

Apapun yang akan Keenan katakan tentang dirinya nanti, ia tidak peduli.

Tapi, sesampainya di parkiran sekolah, Ratu justru tidak menemukan motor Keenan di sekitar sana.

Pertanyaannya, apakah cowok itu masuk sekolah

Padahal Ratu sudah bersusah-payah menyogok satpam sekolah untuk sekadar memberinya jalan masuk karena telat yang tidak wajar.

Memilih untuk masuk dan menyusuri lorong menuju kelasnya. Cewek itu justru merasa namanya dipanggil saat melewati tangga ke ruang BP.

Dan Ratu tentu tidak lupa dengan suasana ruangan berdominan putih ini karena selain kelas cewek itu juga sering berada di dalam ruangan BP.

"Apa kamu tahu apa yang sudah kamu lakukan sehingga saya memanggil kamu kemari?" seperti biasa Bu Afti memangku tangannya di atas meja.

Sedang Ratu mengendikkan bahu.

Merasa harus cepat mengakhiri ini karena ia belum mengerjakan tugas bahasa sebanyak enam lembar yang dikumpulkan siang nanti.

Ya, jika cewek itu ingin lulus dari sekolah ini.

Di sisi lain, Bu Afti menatap Ratu dengan sorot mata yang seperti biasanya. "Saya dapat laporan mengenai sikap kamu yang lagi-lagi berulah." lalu memasang kembali kacamata itu sehingga ekspresi kesal Ratu terlihat jelas oleh matanya.

"Saya gak ngapa-ngapain, kok, Bu." aku Ratu yang membuat wanita itu mengeluarkan ponselnya dari dalam tas.

"Lalu ini apa?" setelah membuka kunci ponselnya. Bu Afti menunjukkan sebuah video yang membuat Ratu menggertakkan gigi karena itu.

"Ngapain lo? Gue kira lo masih di rumah sakit cuma karena gue tendang tulang keringnya?"

"Gue bener-bener minta maaf sebelumnya."

Mendengar itu, buku-buku tangan Ratu sudah memutih karena saking eratnya mengepal. Bu Afti yang melihat itu justru malah memperbesar volume video.

"Karena kita kebetulan ketemu di sini. Jadi gue pengen sekalian minta maaf."

"Pergi! Apa pengen gue bikin lo masuk rumah sakit lagi? Pergi buruan!"

Kemudian video berakhir begitu saja saat Ratu masih membuka mata lebar sedang Bu Afti sudah menyimpan kembali ponselnya dalam tas. Entah siapa yang merekam pertemuannya dengan Arka sewaktu di mall kemarin? Ratu yakin jika ia tahu siapa pelakunya mungkin akan ia buat menyusul terbaring di rumah sakit seperti lawan bicaranya dalam video.

"Video tadi benar-benar membuat saya geram. Harus menggunakan cara apa supaya saya bisa mendisiplinkan kamu?"

Dengan jarak yang lumayan dekat. Begitu jelas gambar dan suara yang terekam. Hingga rencana Ratu untuk mendekati Keenan dengan cara mengikuti organisasi yang sama dari cowok itu, sepertinya berakhir dengan kata gagal.

Tapi, terlalu cepat untuk Ratu menyerah. Bisa saja ia membayar guru-guru disini untuk sekedar memberi persetujuan perihal rencana itu.

"Bu~" ucap Ratu dengan nada memohon karena seperti itu yang memang terdengar oleh Bu Afti. "Nanti saya gak bandel lagi, deh. Saya juga janji gak bakal nindas orang lagi. Biarin saya masuk OSIS, ya, Bu? Itung-itung tembus kenakalan saya selama ini. Ya, Bu? Ya?"

Sesuatu yang mustahil sedang Ratu lihat sekarang. Bagaimana wanita didepannya itu mengangguk sambil mendorong kacamatanya yang terus-menerus merosot. Bisa jadi penyebab utamanya berada pada bagian hidungnya.

Mengabaikan hal itu. Ratu justru mencondongkan badannya ke depan. "Serius, Bu? Saya bisa jadi wakil ketua OSIS?"

"Siapa yang mengijinkan kamu jadi wakil?" wanita itu tampak memikirkan kalimat untuk selanjutnya. "Saya hanya mengijinkan kamu menjadi anggota OSIS. Itupun dengan syarat, kamu harus menepati janji yang baru saja kamu sebutkan."

Ratu yang hampir lupa cara berterimakasih, sekarang dengan gembiranya berucap sambil menyium punggung tangan wanita di hadapannya. "Makasih, Bu. Saya janji."

Bu Afti hanya menggelengkan kepala melihat perubahan Ratu dari beberapa tahun terakhir. Setidaknya wanita itu harus berbangga dengan usahanya sendiri karena telah merubah siswi bermasalah di sekolahnya menjadi lebih baik.

Mungkin Bu Afti saja yang tidak tahu jika yang menjadi alasan kuat Ratu mau mengikuti OSIS adalah karena satu cowok yang terus menolaknya.

Ratu mengangguk singkat sebelum keluar dari ruangan dengan perasaan senang yang membuncah.

Karena sekarang, Keenan mungkin tidak akan bisa terus-menerus mengabaikannya. Meski sebenarnya Ratu sendiri tidak mengerti apa saja tugas menjadi anggota OSIS.

"Ken," bukan untuk memanggil. Melainkan hanya untuk menyadarkan dirinya. Jika sekarang, Ratu akan semakin dekat saja dengan cowok itu.

Keenan Samudera, satu-satunya cowok yang berhasil membuat Ratu—yang selalu menolak laki-laki yang menembaknya—kini merasakan hal itu menjadi bumerang bagi dirinya.

***

YAK KASIAN SEKALI KAMU RATU HABIS DITERBANGIN TIBA-TIBA DI JATUHIN SAMA KEENAN HAHAHA 

DILAN TERLALU BAIK SAMA RATU NIH :(

KIRA-KIRA SIAPA YA YANG NGEREKAM VIDEO RATU SAMA ARKA?

SEMANGATIN RATU GA NIH BUAT DEKETIN KEENAN?

PENASARAN DENGAN PART SELANJUTANYA?

WAJIB BANGET BUAT DITUNGGU DAN SEGERA REKOMENDASIKAN CERITA "RATU" KETEMAN-TEMAN KALIAN YAA ^^

Dan Jangan sampai lupa untuk tinggalkan Comment dan Vote untuk cerita RATU ya.

Jangan lupa juga follow wattpad hfcreations biar kalian langsung dapat notifikasi langsung kalau RATU update.

Selalu support dan baca cerita RATU by Y. Arviyani

Sekali lagi jangan lupa comment dan vote yaa. Biar penulisnya tambah semangat lanjutinnya.

Dan juga jangan lupa Share cerita ini Di Instagram kalian dan Wajib banget buat rekomendasiin cerita ini ke teman-teman kalian biar dilanjut ceritanya semakin cepaat :)

Ayo rekomendasikan Cerita RATU keteman-teman kamu yaaa.

Untuk Info-info mengenai cerita hfcreation bisa dicek di Instagram : @hf.creations

Continue Reading

You'll Also Like

1.8M 196K 52
Ditunjuk sebagai penerus untuk mengabdikan dirinya pada pesantren merupakan sebuah tanggung jawab besar bagi seorang Kafka Rafan El-Fatih. Di tengah...
9.4M 392K 63
On Going (Segera terbit) Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di ke...
1M 33.4K 45
-please be wise in reading- ∆ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ∆ Tentang Vanila yang memiliki luka di masalalu dan tentang Vanila yang menjadi korban pelecehan...
3.4M 212K 45
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...