After With You (Complete)

By istyanahazzoe

129K 5.8K 1.4K

Part Lengkap FOLLOW DULU SEBELUM BACA :) Kirana Maheswari, gadis berhijab bertubuh mungil ini tidak habis pik... More

Prolog
Pengenalan Tokoh
Part 1: Hari Yang Buruk
Part 2: Dia si Penuh Pesona
Part 3: Dia Hantu Kolam Renang
Part 4: Pertolongan Kedua
Part 5: Memberikan Ancaman
Part 6: Rumah Angker Sarang Hantu
Part 7: Lagu Ciptaan Arkana
Part 8 : Arkana, Gila?
Part 9: Tragedi Toko Buku
Part 10: Hukuman Arkana dan Kirana
Part 11: Kemarahan di Koridor
Part 12: Tembakan Jitu
Part 14: Rencana Yang Gagal
Part 15: Gelang Dari Ran
Part 16: Hilang Kendali
Part 17: Puncak Frustasi
Part 18: Dalang Sebenarnya
Part 19: Menyembunyikan Luka
Part 20: Menghilang Sejenak
Part 21: Pacar Arkana dan Kedai Es Krim
Part 22: Pesan Yang Terkirim
Part 23: Perkelahian Hebat
Part 24: Dua Babu Tampan
Part 25: Gigi Kelinci
Part 26: Guru Les Fisika Kirana
Part 27: Serangan Mendadak
Part 28: Serangan Pagi Buta
Part 29: Mantra Ajaib Arkana
Part 30: Jebakan di Pesta
Part 31: Malam dan Tragedi
Part 32: Hujan dan Pengungkapan
Part 33: Boneka Beruang
Part 34: Sore Yang Buruk
Part 35: Musuh Masa Lalu
Part 36: Kabar Buruk Tengah Malam
TRAILER 2 AFTER WITH YOU
Part 37: Genggaman Seorang Gadis
Part 38: Kabar Bahagia
Part 39: Hari Jadian
Part 40: 20 Hari
Part 41: Euforia Rasa Takut
Part 42: Kecupan Singkat Di Perpustakaan
Part 43: Nyanyian Si Cowok Arogan
Part 44: Melanggar Batasan (16+)
Part 45: Arkana, Kamu Ke mana?
Part 46: Beruang Betina yang Mencari Pangeran
Part 47: Beruang Betina Kangen Pangeran
Part 48: Tangis dan Gadis
Part 49: Tersesat Dalam Perasaan
Part 50: Aku Di Sini Arkana
Part 51: Perkelahian Dini Hari
Part 52: ARRA
Part 53: Awal Sebuah Rencana
Part 54: Terkurung dalam Ketakutan
55: Akhir?
56: Drama Pinggir Jalan
57: Arkana dan Sha
58: Aksi Heroik
Part 59: Arkana dan Laura
Part 60: Tentang 21 Februari
TRAILER AFTER WITH YOU
Hai, Arkana&Kirana bawa kabar
Part 61: Danau dan Perahu
Part 62: Tantangan dan Panggilan
63: Kelulusan dan Fakta Besar
64: Kunang-Kunang dan Sepasang Anak Manusia
Part 65: Dua Pasang Sepatu
Part 66: Mencari Jawaban
Part 67: Dilema Rasa
Part 68: Tentang Tamu dan Tuan Rumah
Part 69: Terima Kasih Sudah Kembali
Part 71: Arkana, Kirana dan Arra
Part 71: Bersama Ombak dan Senja
Part 72: Dejavu
Part 72: Hadiah Malam (End)
Epilog
Promosi Novel ❤️

Part 13: Ungkapan Arkana

1.9K 106 29
By istyanahazzoe

JANGAN LUPA VOTE

JANGAN LUPA KOMENTARNYA

SELAMAT MEMBACA 😊

Malam ini, dia benar-benar menjadi orang dengan hidup yang membosankan. Dia pernah menilai, orang yang hanya menghabiskan waktu malamnya untuk berdiam diri di kamar adalah orang dengan hidup membosankan. Malam ini, dia menjadi orang itu.

Arkana rasa usahanya tidak sia-sia. Setelah hampir setengah jam mencari akun sosial media instagram Kirana, akhirnya dia menemukannya. Segera Arkana melihat berbagai unggahan gadis itu.

Arkana tersenyum sendiri saat melihat beberapa foto yang Kirana unggah di instagram. Arkana semakin tersenyum lebar saat melihat beberapa puisi indah yang Kirana buat. Arkana semakin penasaran, dia terus melihat unggahan Kirana yang lainnya di instagram. Hingga tatapannya bertahan lama pada foto Kirana yang memakai seragam sekolah. Gadis itu seperti foto di dalam ruang kelas.


"Centil juga ya lo Ra! Tapi manis banget." Komentar Arkana melihat foto Kirana. Cowok itu tanpa pikir panjang segera memberikan komentar. Dia tidak mengetikkan kalimat gombalan. Hanya memberikan komentar dengan dua emoji senyum. Senyuman yang lebar.

Arkana sudah lebih dahulu mengikuti Kirana di instagram, setelah selanjutnya cowok itu memberikan love di hampir semua postingan Kirana. Kefokusan Arkana saat ini, membuatnya tidak sadar jika ada yang berjalan pelan-pelan menghampiri.

"Dapet!" katanya berseru senang. Arkana gelagapan. Segera dia bangkit dengan tergopoh. Kakinya masih terasa nyeri karena terjatuh tadi pagi.

"Mama Papa, Kak Arkana udah punya pacar baru!" seru Laura. Gadis itu membawa ponsel Arkana. Tidak segan dia meledek kakaknya berkali-kali.

"Balikin HP gue Laura! Adik durhaka lo!" Arkana memaki lantang. Laura tidak peduli. Dia berlarian kesana dan kemari. Memang sengaja mengerjai kakaknya.

Hingga dia menubruk mamanya—Aulia, barulah Laura menghentikan langkah. "Kasiin HP nya Laura." Aulia menasihati. Laura menggeleng.

"Laura!" Aulia kembali menasihati. Laura menurut. Dia berjalan mendekati Arkana dan menyerahkan ponsel kakaknya.

Tetapi tidak semudah itu. Laura kembali berlari dan tidak jadi memberikan ponsel milik Arkana.

Arkana tidak bisa bergerak lebih cepat. Kakinya masih terasa nyeri. Aulia berseru, menasihati putrinya untuk berhenti mengerjai Arkana.

"Papa..Papa.." Laura memasuki ruang kerja Papanya. Arkana melangkah masuk dengan malas. Entah sudah berapa lama dia baru merasakan lagi masuk ke ruangan itu. Bahkan menatap wajah Papanya saja dia malas.

"Papa lihat deh, pacarnya Kak Arkana. Cantik ya? Laura juga udah lihat langsung kemarin orangnya Pa."

"Laura balikin HP gue!"

Arkana tidak mau berjalan semakin mendekat. Terlebih harus menatap wajah Papanya. Cowok itu berdiri di dekat pintu ruang kerja Ginan—Papanya Arkana.

"Kasiin HP nya sayang ke Kakak kamu." Ginan berucap ke Laura.

"Tapi lihat dulu. Nih." Laura menunjukkan foto Kirana ke Ginan.

"Cantik kan?" Laura bertanya. Ginan mengangguk.

"Kalau yang ini, Laura suka. Kalau yang dulu Laura nggak suka!"

"Laura!"

Arkana sudah tidak bisa menunggu lagi. Dia sudah emosi. Laura berjalan pelan menghampiri kakaknya. Segera dia memberikan ponsel Arkana.

"Awas kalau sampai lo minta bantuin gue buat ngerjain PR lo. Nggak sudi!"

"Pa, masa Kak Arkana gitu? Pa.." Laura mengadu. Merengek. Ginan menghampiri putrinya. Menenangkan.

Arkana melangkah jauh. Cowok itu menuju ke kamarnya.

***

Kirana sangat iri dengan orang yang begitu dengan mudah membuat sesuatu melalui keterampilan tangannya. Entah merajut, melukis ataupun membuat keterampilan. Saat kemarin dia datang ke Rumah Kriya, Kirana sangat takjub melihat Reifansyah dan beberapa anak klub seni kriya yang begitu lihai dan terampil mengubah benda tidak berguna menjadi benda yang indah dan bernilai.

Ia sendiri tidak sepandai itu. Sabtu kemarin saja, Reifansyah membantunya banyak sekali untuk menghasilkan karya seni yang indah di hadapannya ini.

Sampah botol plastik yang terlihat tidak berguna, nyatanya bisa disulap menjadi benda yang indah seperti di hadapannya ini. Kirana suka melihatnya. Gadis itu memajang hasil kerajinan yang dia buat susah payah dengan bantun Reifansyah, di atas meja belajar. Kirana tidak henti memandanginya. Dia sangat menyukainya.

Sudah pukul sepuluh. Kirana melihat ke arah jam kecil yang berdiri di atas meja belajarnya. Kirana beranjak. Dia merapikan beberapa buku yang semula tercecer di atas meja. Setelah itu dia segera merebahkan diri.

Sebelum tidur, dia iseng melihat instagram. Kirana terbelalak sempurna. Akun Arkana.Adtm memenuhi kolom notifikasi.

"Dia apa-aapan sih sok manis banget pakai komen-komen segala?"

"Tuh kan, dia makin aneh ajah!!"

Belum juga selesai dibuat terkejut karena notifikasi yang begitu banyak dari Arkana, Kirana kembali dikejutkan karena melihat pesan masuk dari Arkana di line.

Kirana memang hanya membalas pesan yang penting-penting saja. Tetapi pesan ini entah dia harus membalasnya atau justru mengabaikannya.

Arkana: Besok pagi gue jemput

Kirana: Nggak usah!

Tidak menunggu waktu lama, Arkana membalasnya. Bahkan tidak butuh hitungan menit. Cowok itu sepertinya sudah menunggu balasan pesan dari Kirana.

Arkana: Pokoknya gue jemput

Melihat pesan masuk itu saja, Kirana uring-uringan. Dia pusing sendiri. Entah harus bagaimana membuat cowok itu agar menjauh dari hidupnya. Kirana memilih untuk mengabaikan pesan masuk itu. Dia memilih untuk menarik selimut dan segera terlelap. Besok pagi, dia harus bangun lebih cepat dan pergi ke sekolah lebih pagi dari biasanya.

***

Tania terheran. Masih pukul enam kurang lima belas menit. Tetapi Kirana sudah ketar ketir menunggu sarapan yang sedang dia buat.

"Duduk dong Kirana. Nanti juga ibu siapin sarapannya."

"Cepetan ya Bu. Oh iya, Kirana nggak sarapan di rumah deh. Dibawa ke sekolah ajah sarapannya."

"Kok gitu?"

"Kirana buru-buru Bu. Ayo Bu cepetan, aduh mana sih kotak makannya juga!"

Kirana mondar mandir kebingungan. Dia mencari ke lemari kayu kecil yang ada di dapur. Lemari itu menyimpan banyak peralatan dapur, mulai dari piring dan barang lainnya. Kirana tidak menemukan kotak makannya di situ.

"Ini Kirana." Tania menunjukkan kotak makan berwarna merah muda yang Kirana cari.

"Ayo Bu cepetan siapin ya! Oh iya, Kirana pakai sepatu dulu."

"Kenapa buru-buru banget sih Kirana?"

"Ini kan hari Senin Bu. Kirana juga harus piket. Takut nanti kesiangan."

Tania menatap putrinya semakin heran. Setelah kembali lagi, Kirana segera memasukkan kotak makan itu ke dalam tote bag yang ia bawa. Gadis itu lalu berpamitan. Ibu dan Ayahnya kompak menatap putrinya heran.

"Kamu naik apa Kirana?" Tania berseru.

"Ojek online." Kirana balas berseru.

"Kirana kenapa sih Bu?" Hendra ikut heran dengan Kirana.

"Mau piket katanya Yah." Tania membalas. Hendra hanya manggut paham.

***

Kirana sangat bersyukur. Tidak peduli jika Arkana datang ke rumahnya pagi ini. Karena rencananya semalam, dia memang akan pergi lebih pagi. Menghindari Arkana. Dia tidak perlu repot-repot memberikan alasan ini dan itu jika sudah sampai di sekolah seperti ini.

Jujur saja, ini menjadi rekor terpagi selama ia sekolah. Ternyata sesepi ini. Sebenarnya dia tidak piket hari ini. Hanya saja, dia tidak tahu harus beralasan apa ke Ibunya. Tidak mungkin dia menjelaskan tentang Arkana yang akan menjemputnya pagi ini. Dan dia sengaja menghindari cowok itu.

Kirana menyantap sarapannya dengan terburu. Beberapa murid yang baru masuk ruang kelas, basa basi menyapanya. Kirana balas menyapa. Kembali dia melanjutkan memakan sarapannya.

Dering ponselnya yang berdering keras, membuat pergerakan tangan Kirana terhenti. Gadis itu segera melihat siapa yang menelfon. Ternyata Arkana. Kirana hampir saja menyemburkan nasi goreng yang belum selesai dia kunyah.

Kirana mengabaikan panggilan masuk dari Arkana. Setelah itu, dia melihat tiga pesan masuk dari Arkana. Kirana berseru sebal. Tetapi kenapa harus Ayahnya yang memberikan nomor ponselnya ke Arkana?

+628xxxxx: Kenapa lo nggak tungguin gue sih? Kan gue udah bilang mau jemput

+628xxxxx: Gue dapet nomor lo dari ayah lo. Kata dia, lo pergi ke sekolah pagi-pagi banget.

+628xxxxx: Gue sekarang otw ke sekolah

Kirana mempercepat memakan sarapannya. Entah kenapa menghindari Arkana ternyata seribet ini. Kirana tidak nyaman dengan sikap Arkana yang terus mendekatinya. Dunianya selama ini sudah begitu nyaman. Tetapi menjadi berantakan dan terganggu gara-gara cowok itu.

Ruang kelasnya masih sepi. Beberapa murid yang baru datang tadi, menuju keluar dari ruang kelas. Kirana tidak punya pilihan. Tidak mau nanti saat Arkana datang, hanya ada ada dirinya dan cowok itu di ruang kelas.

Kirana pergi keluar ruang kelas dan menuju toilet. Dia hanya perlu menunggu beberapa menit lagi. Pasti Gadis dan Fara akan datang dan upacara bendera akan dimulai. Setidaknya, dia tidak perlu menghadapi Arkana pagi ini. Apalagi jika sampai hanya berdua dengan cowok itu di ruang kelas. Membayangkannya saja membuat isi kepala Kirana penuh dengan berbagai hal yang cowok itu lakukan.

Arkana selalu punya cara dan niat yang tidak pernah bisa dia baca apa maksudnya. Kirana hanya tahu, Arkana selalu cari gara-gara dengannya.

***

Dunianya selama ini sudah berada dalam zona nyaman. Teramat nyaman, sampai-sampai Arkana yang tidak henti mengganggunya, adalah bencana bagi Kirana. Tidak mudah menghindari cowok itu. Tadi saja, Kirana panas telinga mendapat teror dari berbagai pertanyaan yang cowok itu lontarkan karena pagi ini tidak mau pergi ke sekolah bersama.

Gadis dan Fara yang tahu hal itu, mereka justru malah menggodai Kirana. Mereka bilang, Arkana mulai tertarik dan bla bla bla. Kirana tidak ingin jika hal itu benar terjadi. Baginya, Arkana lebih baik membencinya sekalipun jika harus menyukai. Kirana belum siap harus disukai oleh siapapun. Apalagi Arkana. Cowok itu terlalu agresif menurutnya.

Saat jam istirahat sekarang saja, Kirana berada dalam pusat perhatian. Arkana tiba-tiba saja berjalan mendekatinya. Menariknya paksa untuk berdiri. Arkana menarik Kirana ke tengah halaman kantin.

Pasang mata memperhatikan. Mereka ketar ketir. Kirana lebih lagi. Dia melepaskan cekalan tangan Arkana sekuat tenaga. Tetapi nihil. Cowok itu semakin mengeratkan cekalannya. Arkana melihat ke arah Kirana. Cowok itu menyeringai. Kirana dihantam perasaan tidak enak. Apa yang akan Arkana lakukan? Kirana membatin.

"Perhatian semuanya!" Arkana berseru lantang. Pasang mata semakin lekat memperhatikan.

"Gue mau kasih info penting ke kalian semua. Kalau cewek di samping gue ini, yang namanya Kirana maheswari, dia—"

Kirana menoleh. Menatap tajam Arkana. Kirana bertanya-tanya. Kalimat apa yang akan Arkana ucapkan selanjutnya? Kirana masih berusaha melepaskan cekalan tangan cowok itu. Tetapi sia-sia.

"Dia cewek gue. Gue udah jadian sama dia. Jadi, siapapun yang cari gara-gara sama dia, akan berurusan sama gue!"

Kirana tersentak. Tubunya hampir saja kehilangan keseimbangan. Kata, "Cewek gue" Yang Arkana ucapkan bagai mimpi buruk di pagi hari.

Kirana menggeleng. Memberikan penjelasan lewat gerak tubuhnya. Bahwa dia bukan cewek Arkana.

Arkana yang lengah menjadi jalan bagi Kirana untuk pergi. Dia tidak ingin jadi pusat perhatian terlalu lama. Gara-gara ungkapan Arkana semula, di kantin ramai oleh murid yang bersorak-sorak dan bersiul-siul.

Kirana berlari jauh meninggalkan kantin. Arkana mengejar di belakang. Tepat di depan koridor salah satu ruang kelas, Arkana berhasil meraih pergelangan tangan Kirana.

"Kenapa lari?" tanya Arkana.

"Kamu jangan seenaknya gitu dong Ar! Jadiin aku cewek kamu. Kamu pikir aku mau?"

"Ya jelas mau kan? Siapa sih yang nggak mau sama gue?"

"Aku. Aku nggak mau sama kamu! Berhenti gangguin aku Ar. Bisa?"

"Nggak bisa Kirana. Masalahnya—"

Arkana menarik pergelangan tangan Kirana. Membuat tubuh gadis itu tertarik dan menipiskan jarak diantara mereka. Arkana masih menggantungkan ucapannya. Dia lalu berbisik dan melanjutkan perkataan, "Masalahnya, lo udah gangguin hidup gue duluan."

Kirana merinding mendengar perkataan itu. Hidupnya yang sudah teramat nyaman selama ini, nyatanya dengan mudah Arkana hancurkan. 

***

SI ARKANA EMANG DEH. KALAU UDAH NIAT, APA AJAH DI SIKAT ABIS!

AGRESIF BANGET KAN DIA. WAJAR KIRANA KETAKUTAN WKWKWK

MAKASIH BANYAK YG SUDAH BACA AFTER WITH YOU

MAKASIH BUAT VOTE DAN KOMENNNYA

SAMPAI BERTEMU LAGI DI PART BERIKUTNYA

2 NOVEMBER 2020

Continue Reading

You'll Also Like

14.7M 837K 50
Nikah? Sama dosen pembimbing skripsi sendiri? Apa jadinya? Untung atau malah bunting eh buntung? Hanya kisah tentang mahasiswa semester akhir yan...
9.4M 286K 33
Orang bilang perkataan adalah doa, hal itu yang terjadi pada Inggita Almira Arundati. Karena tidak menjaga perkataannya yang suka ceplas ceplos Inggi...
1.1M 133K 75
Dia laki-laki yang mengajarkanku titik tertinggi dalam mencintai. Dia membuat aku jatuh cinta sejatuh-jatuhnya. Dia laki-laki yang kucintai dengan ti...
4.1K 2.8K 46
Seorang mahasiswa yang berkuliah di kampus yang cukup terkenal di Indonesia, mahasiswa yang juga mengikuti organisasi di kampusnya yang biasa disebut...